“Kaulah ibuku, Cinta kasihku,
Pengorbananmu sungguh sangat berarti,
Kaulah ibuku, Cinta kasihku,
Terimakasihku tak akan pernah terhenti,
Kau bagai matahari yang slalu bersinar,
Sinari hidupku dengan kehangatanmu”
(Ibu oleh Haddad Alwi feat Farhan)

Sebuah kabar yang saya terima sore ini begitu mengagetkan. Berawal dari melihat postingan digrup FB hingga saya coba pastikan kepada salah seorang tokoh pemuda. Ya, kabar dari dusun Medangan, Desa Tersan Gede, tempat yang menjadi lokasi KKN saya beberapa bulan yang lalu. Bahwa ibunda dari Bapak Kadus Medangan telah berpulang ke rahmatulllah. Semoga Allah Swt menerima beliau disisi-Nya dan memberikan tempat terbaik disisi-Nya.
Pertanyaanya mungkin mengapa saya harus bercerita tentang hal ini. Tidak lain karena ada sesuatu yang mengingatkan saya tentang beliau. Salah satu hal terbaik yang saya peroleh dari berbagai cerita selama KKN. Apakah yang spesial dari beliau, ibunda Pak Kadus? Maka disinilah saya bercerita.
Berawal dari interaksi kami bersama keluarga besar Pak Kadus setidaknya membuat kami sudah merasa menjadi bagian dari keluarga itu. Apalagi saya, yang sejak pertama kali datang ke dusun Medangan, menjadikan rumah Pak Kadus sebagai tempat pertama untuk bersilaturrahim. Dan hal luar biasa dari Ibunda Pak Kadus tidak terlepas dari kisah hidup Pak Kadus sendiri.
Ketika sorot balik kisah masa lalu Pak Kadus, beliau bercerita “Saya memiliki masa lalu yang cukup kelam Mas Idri. Bisa dibilang, saya adalah preman”. Pernyataan ini bagi saya sebuah hal yang wajar, bahkan ketika kita pertama kali bertemu beliau. Kita akan berkesimpulan awal seperti itu. Karena perawakan beliau yang bertato, potongan rambut yang panjang berkuncir. Hal yang akan jauh berubah ketika kita kenal beliau lebih dekat.
“Mabuk-mabukan, nyabu, dan perilaku lain yang mungkin tidak Mas Idri bayangkan pernah saya lakukan”, lanjut beliau. Perilaku yang diakui nyaris oleh semua penduduk dusun Medangan bahkan desa Tersan Gede. “Hal yang tetap diladeni ibu saya dengan penuh kesabaran dengan perilaku-perilaku buruk tersebut”, ungkap Pak Kadus. “Saya masih ingat betapa dahulu masih banyaknya barang yang kami miliki, hingga semua habis hanya karena saya. Ibu dengan sabar memenuhi segala perangai saya saat itu. Menghabiskan semua barang dan uang yang ada”, aku beliau.
“Sampai suatu ketika Ibu saya sakit Mas Idri”, ungkap Bapak Kadus. “Seketika itulah saya sadar bahwa satu-satunya orang yang masih tersisa didunia ini untuk saya adalah beliau. Lalu bagaimana mungkin saya menyia-nyiakan beliau. Maka dari itulah saya bertekad untuk berubah.
“Ketergantungan saya dengan obat-obatan pun coba diobati dengan mengikat saya selama beberapa hari diatas kasur di dalam kamar. Rasa sakit dan sungguh sangat berat untuk lepas dari ketergantungan itu. Nyaris selama beberapa hari itu, saya penuh dengan teriakan dengan ketidaktahanan saya. Namun, ketika mengingat wajah ibu, tekad untuk berubah itu pun muncul pada diri saya. Tekad kuat untuk tidak menyia-nyiakan dan mengecewakan beliau. Sehingga saya kuat dan bertahan. Hingga akhirnya saya bisa lepas dari ketergantungan itu. Itulah perubahan pertama saya”, ungkap beliau. Sungguh saya pada awalnya tidak menyangka bahwa beliau akan bercerita banyak tentang hal ini. Tapi, mungkin inilah hikmah yang Allah berikan  melalui KKN saat itu.
“Setelah perubahan itulah secara bertahap saya mulai berubah menjadi lebih baik Mas Idri. Berhenti dari kebiasaan-kebiasaan yang tidak seharusnya. Diantaranya mabuk-mabukan. Dahulu nyaris setiap hari hingga akhirnya secara bertahap berkurang”, lanjut beliau. “Hanya tetap ada sebuah penyesalan pada diri saya Mas. Mas bisa lihat kondisi ibu saya saat ini. Mas tidak akan yakin bahwa dahulunya beliau begitu sehat dan bisa dibilang gemuk. Namun, karena saya. Mas bisa melihat kondisi ibu sekarang”, cerita beliau dengan haru. Memang kondisi ibunda Pak Kadus saat itu kurus karena sakit yang dideritanya. Bahkan beberapa kali beliau sering harus ke rumah sakit dengan kondisi kesehatannya. Termasuk selama 1 pekan menjelang penarikan kami dari KKN. “Hal terbaik yang bisa saya lakukan saat ini adalah dengan merawat ibu sebaik-baiknya. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa yang telah saya lakukan dahulu”, tutup beliau.
Ya, mungkin pertemuan kami sangatlah singkat. 40 hari KKN, dalam interaksi dan menjadi bagian dari keluarga Pak Kadus. Dekat secara langsung dengan ibunda Pak Kadus sendiri belum sampai, hanya sempat bercakap ketika saat itu beliau rawat inap di rumah sakit. Dan hari ini, tepat jam 4 sore, kabar duka itu sampai kepada saya. Bahwa ibunda Pak Kadus yang membuat beliau berubah dan bertahan berpulang ke rahmat Allah Swt. Berikanlah tempat terbaikmu Ya Allah dan tabahkanlah keluarga yang ditinggalkan.
Insya Allah esok, kami akan ke dusun Medangan, desa Tersan Gede setelah kurang lebih 4 bulan belum bersilaturrahim kesana.
Wallahu a’lam bis shawab.
Yk.19.11.2012
*menulis ini membuat teringat akan Ayah & Ibunda
yang sudah 2 tahun belum bertatap muka


Idzkhir al-Mu’adz