Part 3 bisa jadi menjadi episode akhir Ramadhan di
Yogyakarta. Wallahu a’lam, Hanya Allah Yang Maha Mengetahui. Lebih tepatnya Ramadhan
di Magelang. Kok bisa? Karena Ramadhan pada tahun 2012 ini saya jalani bersama
warga Tersan Gede, Salam, Magelang. Dalam sebuah skenario dari Allah swt. KKN, Kuliah Kerja Nyata UGM 2012.
Mungkin sedikit bercerita tentang bagaimana
awalnya bisa menjatuhkan pilihan ke Tersan Gede, Magelang. Kok saya tidak
mencari lokasi yang bisa jadi dikampung halaman, Pariaman ataupun Padang. Pilihan
lokasi ini jatuh dikarenakan sedikit tidak memungkinkan bagi saya untuk
jauh-jauh dari UGM. Maksudnya masih ada beberapa tanggungjawab yang tidak serta
merta dapat saya tinggalkan selama KKN. Maka pilihan yang paling mungkin adalah
lokasi yang bisa ditempuh dengan jarak yang sesuai dari UGM.
Tersan Gede pun merupakan desa yang memang terus
difollow up-i pemberdayaan masyarakatnya. Dan ketika saya memutuskan berada di
lokasi ini, kami adalah Generasi V dari KKN UGM di desa ini. Sebuah beban yang
cukup besar karena seringnya desa ini menjadi lokasi KKN. Namun akan ada banyak
cerita dari desa ini. Cerita yang kami para generasi KKN UGM bingkai dalam
cita-cita Menuju Desa Tersan Gede Mandiri.
Ramadhan di Tersan Gede kami jalani dengan amanah
menjalankan program KKN. Sehingga bisa dibayangkan bagaimana perjuangan
teman-teman KKN Unit 196 dengan tetap menjalani ibadah puasa. Banyak program
yang dirancang harus berbenturan ketika mempertimbangkan waktu yang sesuai bagi
masyarakat Tersan Gede ditengah bulan Ramadhan ini. Karena bagi masyarakat
waktu pagi adalah waktu untuk ke sawah, waktu siang adalah jeda untuk
istirahat, waktu sore adalah waktu untuk memasak bagi ibu-ibu dan kembali ke
sawah bagi bapak-bapak, dan waktu malam adalah waktu untuk ibadah tarwih.
Nah Lho? Lalu bagaimana kami harus bisa menjadikan
waktu ini tidak menjadi kendala program. Inilah yang menjadi PR besar kami
sebagai mahasiswa ketika berada dimasyarakat. Salah satu yang menjadi kuncinya
adalah bagaimana kami bisa membangun kedekatan dengan masyarakat. Sehingga ketika
program ini harus dijalankan bisa dianggap menjadi bagian dari aktivitas
masyarakat Tersan Gede. Meskipun beberapa momen memang akhirnya tidak bisa
maksimal diikuti oleh masyarakat Tersan Gede sebagaimana yang kami harapkan. Tapi
itulah peran dan resiko kami menjalankan program dibulan Ramadhan. Dan
Alhamdulillah kami dan masyarakat sama-sama mafhum kondisi masing-masing. Bahkan
terkadang ada rasa sedih juga ketika secara langsung masyarakat menyampaikan
permohonan maafnya secara sungguh-sungguh kepada kami. Sedih karena kami saja
sering tidak peduli ketika memang ada suatu agenda berbenturan dikampus. Dan tanpa
rasa sesal sedikit pun tidak memenuhi undangan. Satu pembelajaran bersama
masyarakat Tersan Gede.
Ramadhan di Tersan Gede memang berbeda dengan
Ramadhan di Yogyakarta, apalagi Ramadhan dilingkungan kampus. Tidak ada
spanduk, baliho, rambu-rambu yang menyatakan bahwa Ramadhan itu telah datang. Meskipun
beberapa dari bentuk ini menjadi program KKN kami J.
Bahkan pada awalnya saya merasa seolah-olah Ramadhan tidak terlalu berpengaruh
terhadap masyarakat disini. Akan tetapi, pandangan ini berubah ketika menjalani
Ramadhan. Memang tidak ada spanduk, baliho, rambu-rambu Ramadhan akan tetapi Masjid
dan Mushola penuh sesak hingga separuh Ramadhan berjalan. Nyaris setiap mushola
memiliki agenda untuk bisa mengumpulkan warga. Dari ta’jil, sahur, tadarusan,
dll. Untuk daerah kampus mungkin ada hal yang sama. Akan tetapi, diperuntukkan
bagi mereka yang ingin berbuka puasa di Masjid/Mushola. Bedanya di Tersan Gede
adalah ta’jil diperuntukan dan menjadi undangan untuk seluruh masyarakat
masing-masing dusun. Bisa dibayangkan bagaimana penuhnya Masjid/Mushola ketika
semua anggota masyarakat hadir disana.
Oya,
sedikit penjelasan. Unit KKN kami berada di satu desa bernama Tersan Gede. Unit
ini dibagi atas 4 sub unit yang berlokasi di 4 dusun. Dusun-dusunnya adalah
Medangan, Nabin, Bobosan dan Puguhan.
Dan salah satu pembelajaran terbesar
bagi kami mahasiswa KKN selama Ramadhan disini adalah menjadi
penceramah-penceramah tarwih keliling dusun. Memang beberapa dari kami sudah
biasa mengisi materi, pelatihan dan sejenisnya dikampus. Akan tetapi, desa
sungguh sangat berbeda dengan kampus. Banyak materi-materi yang tepat dikampus
tidak sesuai dengan dimasyarakat. Waktunya pun sangat berbeda, ada yang sangat singkat
dan ada yang cukup panjang. Inilah saat ilmu dan kebutuhan menjadi ujian. Ketika
kita harus memberikan ceramah dengan persiapan hanya 30 menit bahkan 5 menit
sebelum waktunya karena tidak ada orang lain. Ketika tanpa sengaja singgah dan
duduk namun diminta menyampaikan materi. Ya, itulah KKN.. Bahwa ternyata
masyarakat merupakan hamba-hamba Allah yang haus akan ilmu agama. Dan kita
sebagai mahasiswa yang secara harfiah memiliki pendidikan tinggi diberi harapan
besar untuk itu. Maka masihkah kita akan mempertanyakan dan memisahkan
pemahaman ilmu kuliah dan ilmu agama kita. Ya, kita sering bergumam bahwa
pemuda adalah harapan besar bangsa. Dan ketika bersama masyarakat (dalam KKN)
kita mendapatkan pembelajaran itu.
Mahasiswa
bersiaplah untuk menjadi harapan bangsa.
Yk.24.8.2012
Dalam
suasana Idul Fitri dan
Kenangan
bersama masyarakat Tersan Gede
Idzkhir
al-Mu’adz