Sebuah pesan
singkat pernah masuk kepada salah seorang sahabat. Pesan dengan sebuah pertanyaan
yang mungkin sangat sederhana. “Mas, apakah alasan yang membuat Mas masih mau
bertahan di amanah ini? Bukankah…….. Sepertinya Mas justru punya alasan untuk
bisa mundur dengan berbagai kondisi itu”
Wajar dan
manusiawi. Itulah ekspresi pertama ketika diceritakan tentang pesan itu., Tidak
ada yang salah dengan pertanyaan itu. Bahkan itu juga menjadi renung bagi diri pribadi.
Pernahkah kita bertanya pada diri sendiri untuk setiap hal yang diamanahkan
kepada kita. Apa sesungguhnya yang membuat kita masih istiqomah di sebuah
amanah. Sejatinya setiap diri kita pasti punya alasan untuk tidak bertahan
dalam menjalankan amanah. Apalagi dengan berbagai tuntutan dan targetan kita
yang juga butuh dikejar. Targetan akademis, tuntutan keluarga, targetan rencana
hidup, targetan pribadi, dll. Tepat sebagaimana pernyataan diatas, setiap kita
justru punya alasan untuk mundur.
Sahabat, Innamal a’malu bin niat, Sesungguhnya
setiap amal itu tergantung kepada niatnya. Maka jawaban pertanyaan diawal tulisan
ini hanya bisa dikembalikan kepada hadist pertama yang selalu diletakkan
dibagian awal setiap kitab fiqih ini. Ya, tidak lain karena “niat” selalu menjadi
kata kunci bertahannya sebuah amal. Niat yang benar akan menjadi tekad yang
kokoh menghadapi segala aral. Niat yang benar akan menjadi ruh semangat yang
berkobar. Niat yang benar akan menjadi alasan untuk tak pernah mundur dalam
beramal.
Dan niat
yang benar itu adalah niat yang ikhlas, niat karena Allah Swt. Bahwa setiap
amal yang kita lakukan itu dilakukan karena Allah Swt. Allah yang memerintahkan
kepada kita para hamba-Nya. Allah juga yang menjamin terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada kita. Sebagaimana firman-Nya, “Barangsiapa yang menolong
agama Allah, Allah akan menolongnya dan mengukuhkan kedudukannya” [Muhammad: 7].
Pertanyaannya apakah kita memiliki iman yang benar untuk meyakini firman Allah
tersebut. Sehingga kita tidak pernah ragu lagi dengan apa yang Allah jamin
kepada kita. Allah juga berfirman, “Sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan
pahala orang-orang yang berbuat kebaikan." [QS. Huud: 115]. Maka apakah
kita ragu bahwa Allah tidak akan pernah menyia-akan amal kita. Ketika kita ragu maka wajarlah kita
menjadi beramal tanpa ruh sehingga mudah terbuncah dengan berbagai ujian.
Sungguh, ketika
kita mundur dalam beramal hanya berbuah kerugian bagi diri kita sendiri. Allah
tidak pernah rugi. Allah tidak berkurang sedikitpun ke-MahaAgung-an-Nya karena
kita mundur. Melainkan kita-lah yang merugi karena peluang bertambahnya catatan
amalan kebaikan kita menjadi berkurang. Apalagi ketika mundur disaat sesungguhnya
tidak alasan yang tepat untuk mundur. Yang kita dan Allah Maha Mengetahui apa
yang tersimpan didalam hati.
Maka, apa
alasan yang membuat kita tetap istiqomah dalam amanah dan amal? Tidak lain
karena amalan yang kita lakukan itu karena Allah Swt. Dan Allah tidak akan
pernah menyia-nyiakan amal-amal kita. Wallahu a’lam.
Yk.7.4.2014
Idzkhir al-Mu’adz
0 comments:
Post a Comment