Dakwah
di tengah kehidupan masyarakat pasti akan berhadapan dengan sejumlah kendala,
tantangan, hambatan dan bahkan ancaman. Apalagi ketika dakwah sudah memasuki
wilayah dengan karakter penuh tantangan karena perluasan orbitnya. Para kader
dakwah harus memiliki karakter yang kuat agar bisa menyikapi berbagai tantangan
tersebut dengan tegar.
Paling
tidak, kader dakwah diharapkan memiliki tujuh karakter berikut ini, agar bisa
tegar menghadapi realitas medan dakwah yang kadang terasa sangat keras
perbenturannya.
Pertama,
atsbatu mauqifan,
kader dakwah harus menjadi orang yang paling teguh pendirian dan paling kokoh
sikapnya. At-Tsabat
(keteguhan) adalah tsamratus
shabr (buah dari kesabaran). Sebagaimana firman Allah, “Famaa wahanuu lima ashabahum
fii sabiilillahi wamaa dha’ufu wamastakanu”. Mereka tidak menjadi
lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan
tidak pula menyerah, dan Allah menyukai orang-orang yang sabar. Keteguhan itu
membuat tenang, rasional, obyektif dan mendatangkan kepercayaan Allah untuk
memberikan kemenangan.
Kedua,
arhabu shadran,
kader dakwah harus menjadi orang yang paling berlapang dada. Medan dakwah
sering kali membuat hati sempit. Banyak kata-kata ejekan, cemoohan, caci maki,
sumpah serapah yang terlontar begitu saja dari banyak kalangan. Kader dakwah
tidak boleh bersempit hati dan sesak dada karena caci maki orang dan karena
berita-berita di media massa yang sering kali mendiskreditkan tanpa konfirmasi
dan pertanggungjawaban.
Ketiga,
a’maqu fikran,
kader dakwah harus menjadi orang yang memiliki pemikiran paling mendalam. Kader
harus selalu berusaha mendalami apa yang terjadi, tidak terlarut pada fenomena
permukaan, tetapi lihatlah ada apa hakikat di balik fenomena tersebut. Jika
pemikiran kader bisa mendalam, ketika merespon pun akan lebih obyektif,
terukur, dan seimbang.
Keempat,
ausa’u nazharan,
kader dakwah harus menjadi orang yang memiliki pandangan luas. Cakrawala
pandangan kader dakwah harus terus menerus diperluas, agar tidak mengalami
gejala kesempitan cara pandang. Membaca realitas dengan pandangan yang luas
akan membawa kader kepada sikap adil dan moderat. Todak terjebak kepada
sikap-sikap ekstrim dan berlebih-lebihan.
Kelima,
ansyathu amalan,
kader dakwah harus menjadi orang yang orang yang paling giat dalam bekerja.
Kader dakwah tidak boleh disibukkan dengan membantah isu-isu, atau mengcounter suara-suara
negatif, karena itu tidak banyak membawa produktivitas. Yang lebih produktif
adalah selalu bekerja di tengah masyarakat. Tunjukkan kerja nyata. Jika ada
yang perlu direspon, boleh direspon sesuai kebutuhan, namun tetap harus giat
bekerja untuk kebaikan masyarakat, bangsa dan negara.
Keenam,
ashlabu tanzhiman
kader dakwah harus memiliki gerakan yang paling kokoh strukturnya. Sebagai
jama’ah kumpulan manusia, pasti ada kekurangan dan kesalahan. Namun kewajiban
kita adalah terus berusaha menghindarkan diri dari kesalahan dan kelemahan,
sambil terus berbenah. Struktru dakwah harus terus menerus dikokohkan dari pusat,
wilayah, daerah, cabang hingga ke ranting. Jangan biarkan ada celah yang bisa
digunakan untuk melemahkan struktur dakwah.
Ketujuh,
aktsaru naf’an, kader
dakwah harus menjadi orang yang paling banyak manfaatnya. Sebaik-baik manusia
adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain. Kader dakwah harus membuktikan
bahwa keberadaan mereka di tengah kehidupan masyarakat memberikan banyak
kontribusi kebikan. Tidak merugikan atau membuat keonaran, namun justru
memberikan banyak kemanfaatan dan kebaikan.
Jika
tujuh karakter itu dimiliki oleh para kader dakwah, niscaya lebih ringan dan
mudah menghadapi tantangan dan hambatan di sepanjang jalan dakwah. Kader dakwah
dan seluruh aktivitas dakwah akan semakin kokoh dan diterima masyarakat, dalam
menghadirkan berbagai kebajikan yang diharapkan oleh umat, bangsa dan negara.
*Diedit dari tulisan Ustadz Cahyadi Takariawan
Yk.9.10.2012
Idzkhir al Mu’adz
0 comments:
Post a Comment