Entah
kenapa saya menjadi tergerak untuk menulis tentang fenomena kualitas
dan kuantitas dalam sebuah lembaga/organisasi terkhusus lembaga dakwah. Menjadi
sebuah hal yang unik ketika berbicara tentang jumlah dan terkadang sulit untuk
digambarkan.
Ketika
menjalani perjalanan di SMA, kami begitu menikmati ketika pertemuan perdana kelompok
ekstrakurikuler, ROHIS menjadi lembaga yang berlimpah ruah untuk dihadiri
kedatangannya. Hingga mushola SMA yang kecil saat itu sesak dengan kehadiran
siswa baru yang tertarik. Saya sebagai siswa tahun kedua saat itu hanya bisa
tersenyum bangga bahwa motivasi untuk mempelajari Islam itu begitu besar. Ketika
sosok-sosok yang dilihat saat itu adalah sosok yang unggul dalam prestasi. Seimbang
dengan kepahaman yang baik terhadap Islam. Akan tetapi, seperti menjadi sebuah
sunnatullah ketika wajah-wajah penuh motivasi itu berkurang menuju akhir
keberadaan di lembaga itu. Tidak hanya berkurang bahkan menghilang seolah tidak
pernah ada yang datang dilembaga itu.
Dan
3 tahun kemudian saya mengalami hal yang kurang lebih sama. Ketika poster itu
tersebar, publikasi sms itu berputar, wajah-wajah dan ajakan itu hadir dimana-mana,
pengumuman itu menjadi perbincangan, dan formulir itu menjadi pegangan. Ya,
peristiwa yang sama terjadi, Open Recruitment sebuah lembaga. Bukan lagi sekolah
akan tetapi kampus. Apa yang terjadi selanjutnya? Wajah-wajah yang penuh
motivasi perbaikan itu dengan penuh antusias menuliskan motivasinya, “Ingin
belajar Islam”. Sungguh motivasi mulia yang membuat kita menjadi tercambuk. Hati
kita terlecut. Nurani kita tergugah untuk melakukan sesuatu. Melakukan sesuatu.
Dan
seperti alur mundur yang terjadi beberapa waktu sebelumnya. Wajah-wajah itu
menghilang seiring dengan waktu. Ibarat fungsi linear waktu dengan jumlah yang bergradien
negatif. Pada akhirnya kuantitas itu menjadi berkurang.
Ada
yang berujar bahwa yang penting adalah kualitas bukan kuantitas. Dan bagi saya
ini biasanya menjadi sudut pandang orang-orang kaderisasi (PSDM-read). Namun ada
yang berpandangan sebaliknya. Bahwa kuantitas itu sangat penting karena
bagaimana mungkin sesuatu itu bermanfaat ketika dia hanyalah dibawa sedikit
orang. Bagi sebagian orang ini adalah sudut pandang syiar (Event-read). Dan tetap
ada yang akan memilih untuk berkata bahwa dua-duanya adalah sangat penting. Kuantitas
dan Kualitas.
Tidak
ada yang salah terhadap pilihan-pilihan ini. Dikembalikan kepada sudut pandang
kita saat melihat. Namun, bagi saya ketika menyatakan diri bahwa kuantitas dan
kualitas adalah sebuah keharusan. Tidak lain dan tidak bukan karena memandang
dengan targetan besar ini ada sebuah loncatan besar yang harus dilakukan. Ada usaha
maksimal terhadap hal itu. Sehingga biarlah Allah yang memberikan hasil atas
ikhtiar kita. Biarlah Allah yang menentukan siapa yang bertahan dari jumlah
itu. Bukan berpasrah diri dengan pernyataan bahwa sebuah keharusan pada
akhirnya jumlah itu menjadi segini.
Karena
ketika Allah yang memberikan sebuah kuantitas akhir dari ikhtiar maksimal kita.
Maka bisa jadi makna kuantitas yang sedikit dalam pandangan kita itu merupakan
kuantitas yang besar dihadapan Allah swt.
“………Orang-orang
yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak
terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan
izin Allah. dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (Q.S Al Baqarah:
249)
Maka masihkah kita harus sedih
ketika berjumlah sedikit dengan ikhtiar maksimal kita?
Yk.17.4.2012
Idzkhir Al Mu’adz
0 comments:
Post a Comment