*Catatan KP #6

“Bisa jadi, perbincangan sederhana kita saat ini (Ba’da Subuh)
Justru menjadi bekal kalian dalam menjalani hidup,
dibandingkan materi atau kajian yang saya berikan di ruang kelas”
(Ustadz Arif Rif’an, Musyrif Asrama)

          Kalimat ini adalah salah satu kalimat yang paling saya ingat dari banyak nasehat yang selalu diberikan Musyrif Asrama kami, Ustadz Arif. Oya, kata “Musyrif” bermakna “Pembina” karena saat ini saya hidup dan dibina di asrama Lembaga Pendidikan Insani sebagai santri (santri kilat 2 tahun-read). Dan saya benar-benar meyakini  hal itu. Bahwa banyak hal yang kita alami dalam kehidupan ini bisa jadi bermakna sia-sia ketika dilihat secara materi. Namun, yakinlah bahwa semua itu adalah pelajaran hidup yang Allah berikan kepada kita. Karena tidak ada sesuatu yang sia-sia ataupun kebetulan dalam hidup. Semua terjadi karena izin Allah swt.

     Masih dalam suasana Kerja Praktek yang belum selesai. Lebih tepatnya dalam perjuangan untuk segera selesai. Tak terasa sudah H+6 dari jadwal selesai seharusnya. Syukurnya kami terhitung dalam masa perpanjangan Kerja Praktek sehingga masih dalam jalur akademis. Dan tepat hari ini, 5 Maret 2013, laporan saya ditandatangani pembimbing. Sehingga tahap selanjutnya adalah menemui Kabiro untuk mendapatkan persetujuan dan tandatangan. Rekan saya, masih dalam perjuangan terbaiknya untuk menyelesaikan. Pada hari itu pun kami bersama-sama kembali konsultasi dengan pembimbing.

          Mengeluh, ya alih-alih semua hal ini menjadi keluhan karena semua serba dalam penantian hanya untuk sebuah laporan. Astagfirullah, saya mohon ampun kepada Allah. Seharusnya tidaklah seorang Muslim ketika dia dalam hidupnya selalu mengeluh karena berarti tidak menerima takdir Allah. Dan hari ini pun Allah kembali seperti memberikan pelajaran dan hikmahnya kepada kami. Dan semua bermula dari konsultasi terakhir kami pada sore ini.

          “Jadi enak kan membaca dan memahami laporan kamu”, buka Pembimbing saat mengoreksi laporan rekan saya. “Tolong dilengkapi ini dan ini….dst”, lanjut beliau. Saya hanya memperhatikan dan mendengarkan setiap masukan untuk penyelesaian laporan rekan saya. Dan ketika masukan telah disampaikan sampailah pada pertanyaan, “Jadi bisa selesai kapan?”. Saya pun menguatkan dan meyakinkan rekan saya, “Besok klo bisa Pak”. “Ya, tergantung usaha dan keseriusan kamu”, ungkap beliau. Dan ternyata itu adalah motivasi pembuka beliau pada hari itu. Karena beliau menceritakan sedikit kisah hidup dan motivasinya bagi kami sebagai mahasiswa.

          “Ini barulah sebuah ujian sederhana kamu dalam menghadapi dunia nyata. Karena KP adalah sebuah pijakan kamu untuk memasuki dunia nyata. Masa SD hingga kuliah adalah masa dimana kamu bermimpi. Karena pada fase itu alur hidupmu dipenuhi oleh mimpi-mimpi untuk menjadi apa. Sedangkan ketika kamu wisuda dan mendapatkan gelar sarjana, fase itulah kamu akan memasuki dunia nyata dari mimpi-mimpimu.

          Maka jadikan KP ini sebagai tempat kamu belajar untuk memasuki dunia nyata. Karena tentunya setelah KP kamu akan menyelesaikan tugas akhir dan menjadi sarjana. Dan menjadi sarjana itu adalah sebuah tanggungjawab berat. Layaknya gelar ‘haji’ saat kembali dari tanah suci, gelar sarjana pun saat wisuda harusnya dipenuhi rasa tangis karena kamu akan bertanggungjawab terhadap gelar itu”.

          Sebuah nasehat yang luar biasa bagi saya sebagai mahasiswa tingkat akhir. Karena ungkapan salah seorang rekan saya yang wisuda pun cukup menarik. “Wisuda hanyalah ibarat hari dimana kamu menjadi ratu/raja sehari. Yang utama justru hari sesudah itu”. Ya, terlepas dari berbagai pandangan itu, pernyataan dari Pembimbing KP ibarat motivasi untuk selalu bersyukur. Bahwa menjadi sarjana strata 1 adalah sebuah hal besar dan harus disyukuri. Apalagi didunia industri. Maka bersegeralah untuk meraih gelar itu secepatnya J

Ya, masihkah mengeluh dengan jadwal ‘kembali’ yang tertunda?
Bersyukurlah dan yakinilah bahwa semua ini adalah pelajaran hidup penuh makna


Pdg.6.3.2013
*dalam detik penantian menemui Kabiro
diruang admin CBM



Idzkhir al-Mu’adz