Sunday, July 28, 2013

Kisah Rumah Qur'an Anak part #1       

       
Sudah setengah perjalanan Ramadhan 1434 tahun ini dilalui. Tak terhitung anugrah Allah diperoleh di bulan penuh berkah ini. Dari ilmu, pengalaman baru, cerita, dan hikmah lainnya. Namun, dari sekian banyak hikmah bulan ini, bagi saya ada satu hal luar biasa yang saya peroleh dibulan ini. Satu pengalaman yang berbeda dari apa yang pernah dijalani sebelum-sebelumnya. Yakni pengalaman pertama menjadi seorang pengajar di Rumah Qur’an Anak. 

          Kehendak Allah untuk menjadikan saya seorang pengajar bisa dibilang pada mulanya karena jawaban terdesak dan terpaksa. Pertama kali ditawarkan bukanlah menjadi pengajar untuk anak-anak melainkan menjadi pengajar tahsin mahasiswa fakultas tetangga ujung timur sana. Ketika penawaran itu adalah untuk mahasiswa saya menyetujui dan bersedia. Tidak lain karena memang keseharian dan latar belakang amanah yang selalu berinteraksi dengan mahasiswa dapat menjadi bekal untuk menjalani peran ini. Ya, mahasiswa dengan segala kekakuan dan pendekatan yang dapat dilakukan. Akan tetapi, semua berubah ketika akhirnya penawaran itu berubah menjadi seorang pengajar bagi anak-anak. Allahu Akbar.

          Ya, dengan awal mulanya keterdesakan dan keterbutuhan maka akhirnya saya pun menyetujui. Toh, ini juga peluang berbuat baik yang besar. Apalagi setahu saya Rumah Qur’an itu masih dekat lokasinya, di sebelah Masjid Nurul Islam Jakal. Sebuah awal ketidaksadaran saya untuk pengalaman baru. Karena ternyata lokasi Rumah Qur’an yang dimaksud berbeda. Peran sebagai Musyrif atau Ustadz bagi anak-anak ini ternyata berlokasi di Rumah Qur’an Anak yang terletak didaerah utara Stadion Maguwoharjo. Jarak tempuh kesana nyaris 30 menit. Sehingga ketika jadwal mengajar adalah jam 4 maka sebelum Ashar saya sebaiknya sudah harus berangkat. Subhanallah. Ketidaksadaran yang sungguh memberikan hikmah. Bahwa apabila kita memang berniat berbuat baik karena Allah, jarak yang jauh bukanlah sebuah halangan. Hikmah pertama.   

          Hal menarik lainnya untuk peran sebagai pengajar Rumah Qur’an Anak ini adalah sistem komunikasi untuk mengajar. Mungkin bagi kita yang terbiasa mengelola pembinaan dikalangan mahasiswa ataupun siswa caranya bisa sangat sederhana. Cukup dengan menghubungi binaan siswa atau mahasiswa tersebut secara langsung. Via sms, chat, whatsapp, dll. Hal yang berbeda dengan binaan anak-anak usia 5-8 tahun. Anak-anak usia kelas 1 SD ini belum mempunyai HP, gadget, dsj. Maka cara berkomunikasi terbaik adalah via orang tua mereka. Dan untuk hal ini saya harus memilih-milih kata-kata yang tepat. Ketika mengirim sms, saya bisa mengedit ulang sms itu 7 kali hanya untuk memastikan kata-kata yang dipilih adalah tepat/tidak. Itu pun tidak bisa dikirim secara dadakan. Karena kesibukan orang tua tentu harus disesuaikan dengan bagaimana mereka mengantarkan anak-anak mereka. Ya, kata-kata adalah senjata. Sedangkan kalimat untuk berkomunikasi terbentuk dari kata-kata yang baik. Itu pun harus bersesuaikan dengan konteks siapa, bagaimana dan kapan kita berkomunikasi. Apalagi untuk mengajak ke jalan kebaikan. Maka berkata-katalah secara baik dan bermanfaat. Hikmah kedua.  

          Oya, terkait berkomunikasi dengan orang tua ini setidaknya ada beberapa pengalaman mengesankan selama dua pekan mengajar J. Pengalaman pertama, ketika saya khilaf memahami jadwal mengajar di hari Ahad. Saya berkhusnudzhon dikarenakan jadwal bersamaan dengan kelompok lain maka jadwal itu langsung dipegang oleh pengelola Rumah Qur’an Anak layaknya TPA. Sampai sore itu, seorang ibu dari adik-adik kelompok binaan tiba-tiba menelpon. “Mas, hari ini ada belajarkah?”, pertanyaan sang ibu. Secara spontan, saya kaget. Na’udzubillah. Saya pun bertanya, “Apakah ada pengelola Rumah Qur’an ada disana?”. Dan ternyata tidak. Hal yang berarti pengajar untuk hari Ahad tetap saya. Jarak yang lumayan dengan waktu tempuh yang juga lumayan tentu tidak memungkinkan untuk saat itu untuk langsung berangkat. Apalagi sang ibu melanjutkan telponnya, “Klo memang tidak ada jadwal kami pulang ya Mas”. Saya pun memohon maaf dan mengiyakan. Namun, kejadian ini ternyata tidak selesai ditelpon itu. Karena ada kejadian yang akhirnya mengiringi peristiwa itu J. Mungkin saya lanjutkan cerita khusus terkait ini pada tulisan lain. Sampai akhirnya dari pengelola melakukan evaluasi terkait jadwal dan sistem mengajar untuk keseluruhan Musyrif dan Musyrifah.

          Pengalaman kedua, untuk konfirmasi dan pertanyaan atau pun pemberitahuan terkait kehadiran dan jadwal dan lain-lain. Entah kenapa ada kesan sendiri setiap memberikan info jadwal belajar hari itu. Orang tua, baik Bapak ataupun Ibu akan memberikan jawaban, “Nggih Mas, Insya Allah hari ini X (nama anak) berangkat. Nuwun”. Atau pun saat dengan terpaksa adik-adik binaan hari itu berhalangan untuk hadir. Malam harinya setelah mengajar akan masuk pesan singkat yang mengungkapkan permohonan maaf atas ketidakhadiran sang anak hari itu dengan penjelasan alasannya. Luar biasa. Setidaknya dua pengalaman ini bagi saya sangat berkesan dan berbeda ketika menjalani peran ini J.

          Pada akhirnya, semua amanah ini hanyalah jalan untuk meraih ridho Allah Swt. Semoga Allah senantiasa menerima sebagai amal baik. Dan hal yang sempat terlintas dipikiran saya setiap melalui perjalanan dari Pogung ke Rumah Qur’an Anak, bisa jadi ini adalah bentuk terimakasih saya kepada para guru-guru yang dulu telah mengajarkan saya tentang cara membaca Al Qur’an. Karena mereka pun dulu tentu menjalani perjuangan yang luar biasa hanya untuk mengajarkan kalam Allah ini.
Wallahu a’lam bi shawab          

Yk.28.7.2013
*di hari terakhir untuk mengajar
Di Rumah Qur’an Anak
sebelum Libur Idul Fitri



Idzkhir al-Mu’adz

Posted on Sunday, July 28, 2013 by Akhdan Mumtaz

No comments

Monday, July 1, 2013

“Wahai manusia ! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah, rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah yang paling utama. Inilah bulan ketika engkau diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-nya.

Pada bulan ini nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doa mu di ijabah.bermohonlah kepada Allah, rabbmu dengan  niat yang tulus dan hati yang suci, agar Allah membimbingmu untuk melakukan shaum dan membaca kitab-nya.

Sungguh celaka orang yang tidak mendapatkan ampunan Allah pada bulan yang agung ini.kenanglah lapar dan hausmu sebagai kelaparan dan kehausan pada hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fakir dan miskin, muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda dan sambungkanlah tali persaudaraanmu, dan jaga lidahmu. Tahanlah pandanganmu dari yang tidak halal, jagalah pendengaranmu dari yang tidak halal kamu mendengarnya. Kasihilah anak-anak yatim. Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tanganmu untuk berdoa dalam shalat-shalatmu, karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah azza wa jalla memandang hamba-hambanya dengan penuh kasih . Dia menjawab mereka ketika mereka menyerunya. Menyambut mereka yang memanggilnya dan mengabulkan doa mereka.

“Wahai manusia ! Sesungguhya diri kalian tergadai karena amal-amal kalian , maka bebaskanlah dengan  istighfar. Puggung-punggungmu berat karena beban dosa-dosamu maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu. Ketahuilah Allah swt bersumpah dengan segala kebesaran-nya bahwa dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud dan tidak akan mengancam mereka pada hari manusia berdiri dihadapan rabbula’lamin

“Wahai manusia ! Barang siapa diantaramu memberikan makanan untuk berbuka kepada orang-orang mukmin yang melaksanakan shaum pada bulan ini, maka disisi Allah nilainya sama dengan  membebaskan seorang budak, dan ia diberi ampunan atas dosa-dosanya yang lalu. Para sahabat bertanya, “ Ya Rasulullah tidaklah kami semua mampu berbuat demikian”. Rasulullah meneruskan khutbahnya, ”Jagalah diri kalian dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma, jagalah diri kalian walaupun dengan seteguk air.”

“Wahai manusia ! Barangsiapa memperbaiki ahlaknya pada bulan ini dia akan berhasil melewati shirat pada hari ketika kaki-kaki tergelincir.
Barangsiapa meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki, tangankanannya (pegawai/pembantu) pada bulan ini Allah akan meringankan pemeriksaan-nya pada hari kiamat. Barangsiapa menahan kejelekkannya pada bulan ini, Allah akan menahan mulutnya pada hari dia berjumpa dengan-nya.
Barangsiapa memuliakan anak yatim pada bulan ini, Allah akan memuliakannya pada hari dia berjumpa dengan-nya.
Barang  siapa   menyambungkan   tali   persaudaraan  (silaturahim) pada bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-nya pada hari dia berjumpa dengan-nya
Barangsiapa memutuskan kekeluargaan pada bulan ini. Allah  akan memutuskan daripadanya rahmat-nya pada hari dia berjumpa dengannya.
Barangsiapa melakukan  shalat sunat pada bulan ini. Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api nereka
Barangsiapa melakukan shalat fardlu, baginya ganjaran seperti melakukan tujuhpuluh shalat fardlu pada bulan yang lain.
Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku pada bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari timbangan meringan.
Barangsiapa pada hari ini membaca 1 ayat alqur’an maka pahalanya samaseperti menghatamkan al’quran pada bulan-bulan lain.

“Wahai manusia sesungguhnya pintu-pintu surga  dibukakan bagimu, maka mintalah kepada tuhan-mu agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonkanlah pada rabb-mu agar tidak akan pernah dibukakan bagimu. Syetan-syetan  dibelenggu maka mintalah agar mereka tidak pernah lagi menguasaimu. Amirul mukminin, Ali Bin Abi Thalib Ra. Berdiri dan berkata :” Ya Rasulullah Amal Apa Yang Paling Utama Pada Bulan Ini?” Jawab rasulullah saw.:” ya, abul hasan amal yang paling utama pada bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah swt”. ( hr.ibnu khuzaimah,ibnu hibban dan baihaqi ).

Kita tidak akan pernah berjumpa dengan kemudahan ampunan, kecuali di bulan ramadhan ini, sebanyak dan semelimpah apapun dosa kita, sungguh Allah menjanjikan ampunan-nya dibulan ini.
Kalau kita merasa berat hidup dengan lumuran dosa dan maksiat, maka ketahuilah ampunan Allah di bulan Ramadhan lebih dahsyat dari pada dahsyatnya dosa-dosa kita.
Kalau kita merasa gersang dan kering, maka Ramadhan adalah sarana  yang paling cepat untuk mendapatkan rahmat-nya. Kalau kita dililit utang piutang, maka Allah adalah dzat maha
Kaya yang menjanjikan terkabulnya doa, dilunasinya apa yang kita butuhkan. Karenanya sungguh sangat rugi andai kita tidak bergembira ria. Tidak bersemangat dalam menghadapi bulan Ramadhan ini.

Ramadhan diawali dengan adzan berkumandang, maka itulah saat setan dibelenggu, dimulainya hitungan pahala amal yang berbeda, dibukanya pintu-pintu surga, ditutupnya pintu-pintu neraka. Maka sudah selayaknya kita harus bersungguh-sungguh berharap agar Allah menjamu kita, dengan menyiapkan diri kita menjadi orang yang layak di jamu Allah swt.
WAllahu a’lam.

Posted on Monday, July 01, 2013 by Akhdan Mumtaz

No comments