Tuesday, December 25, 2012

Pernah menonton sebuah film menarik berjudul Patch Adams? Akan ada banyak pelajaran berharga dari film yang dibintangi oleh Robin Williams ini. Film ini bercerita tentang sebuah bentuk penyembuhan berbeda dari seorang dokter bernama Adams (diperankan oleh Robin Williams). Bahwa rasa bahagia justru menjadi sebuah penyembuhan terbaik yang harus pertama kali diberikan oleh seorang dokter. Karena dengan kebahagiaan itulah setiap proses penyembuhan itu bisa menjadi lebih cepat. Hingga sebuah impian terbesar dari dokter Adams, tidak lain adalah membahagiakan semua orang.

Bisa jadi inilah salah satu bagian yang membuat saya sangat sesuai dengan tema film ini. Keinginan membahagiakan semua orang. Akan tetapi, ikhtiar terbaik kita untuk hal ini tidak akan selalu berhasil sebagaimana yang diharapkan. Setidaknya hal itulah yang mungkin diperoleh dari hikmah hari ini, 12-12-2012. Meskipun sesungguhnya apa yang terjadi hari ini hanyalah sebuah puncak dari apa yang berlangsung beberapa waktu sebelumnya. Bahwa sesungguhnya membahagiakan orang lain lebih saya maknai dengan berusaha agar tidak sedikitpun memberikan rasa tidak enak, tidak nyaman bagi orang lain. Dan mungkin itulah yang sering “menjebak” kita dalam hidup. Memikirkan bagaimana perasaan orang lain.

Hari ini, 12-12-2012 adalah hari terberat dalam catatan agenda semester ini. Karena di tanggal ini setidaknya ada 3 jadwal penting yang harus dipenuhi. Expo Proyek Terpadu, yang tidak lain adalah proyek akhir kami dalam tugas kelompok sebagai mahasiswa Teknik Industri. Dan ternyata Allah mentakdirkan dilengkapi  dengan bahwa hari ini adalah batas akhir penyelesaian Laporan Keuangan Hibah KKN LPPM UGM, dana yang diterima ketika menjalani KKN Semester Genap. Selain itu, hari ini juga menjadi jadwal presentasi tugas akhir semester ganjil untuk mata kulian Manajemen Rantai Pasok, mata kuliah yang kembali saya ulang semester ini. Yap, What a Nice Due Time. Hal lain bahwa hari terpadat jadwal kuliah adalah pada hari ini, hari Rabu. Disamping, hari ini juga jadwal kampanye salah seorang rekan terbaik saya, yang terpilih untuk menjadi calon pejabat penting di kampus ini.
Dan semua kembali kepada apa yang disebut Manajemen Fokus. Bahwa ada hal yang bersifat penting dan mendesak dengan beberapa turunannya. Bagi saya, hal penting dan mendesak adalah laporan Hibah. Mengapa? Karena jika tidak diselesaikan maka berarti saya mengorbankan Dosen Pembimbing Lapangan untuk mengganti dana yang telah kami terima. Padahal saya adalah penanggungjawab kelompok KKN yang memegang dana itu. So, it’s the most priority. What next? Menurut saya adalah presentasi SCM, dimana hari itu adalah jadwalnya. Maka sejak beberapa hari sebelumnya saya terpaksa “mempercayakan” semua hal untuk persiapan Expo PT kepada teman-teman anggota kelompok PT. Apalagi ditimeline yang ada, seharusnya terkait PT tidak ada hal yang mendesak kecuali penyiapan stand dan materi presentasi lisan saat Expo.

Maka itulah rencana terbaik yang dimiliki. Namun, Rencana Allah Swt diluar rencana manusia. Laporan Akhir Proyek Terpadu ternyata dikumpul saat Expo plus Buku Kontrak. Hal lain yang menjadi tuntutan adalah pada saat yang sama juga harus menyelesaikan bagian dari literature review materi tugas akhir SCM lengkap dengan menyelesaikan pptnya. Sehingga tidak lain harus ada trade off yang terpaksa dilakukan. Sebuah pilihan sulit karena saya meyakini akan ada beberapa pihak yang merasa terkorbankan dan teraniaya. Dan inilah yang saya maknai dengan “Engkau tidak bisa membahagiakan semua orang”.

Maka persiapan Expo PT pun bisa jadi korban pertama yang “teraniaya”. Karena pada akhirnya saya memang tidak muncul dalam persiapannya. Dari mendekor stand, memproduksi produk, asesoris, dll. Semua itu saya minta untuk dihandle salah seorang anggota tim yang saya yakini lebih capable untuk urusan ini. Sedangkan saya memilih focus untuk menyelesaikan laporan akhir sambil menyelesaikan tanggungjawab laporan hibah dan SCM. Mungkin penyelesaian laporan hibahlah yang menguras pikiran dan tenaga. Mulai dari “wara-wiri” menghabiskan dana tersisa hingga kelengkapan administrasi yang harus diselesaikan. Sedangkan untuk laporan akhir PT plus SCM mengakibatkan saya berada didepan laptop setelah kelengkapan laporan hibah dikerjakan. Hal yang berakibat tidak ada tanda-tanda kehadiran saya dikampus selama persiapan Expo.

Dan bertepatan dengan hari-H, 12-12-2012. Allah berkehendak memberikan kuasa-Nya. Ketika Expo secara resmi dibuka, saya justru berada diruang kuliah. Padahal sejak kemaren belum menginjakkan kaki di stand Expo. Tidak berapa lama pesan singkat masuk mengingatkan penyelesaian laporan hibah hari itu oleh DPL dan seorang rekan KKN. What Next? Masih ada pesan singkat yang mengingatkan pembagian tugas saat presentasi SCM siang hari nanti. Ya, 2 jam kuliah berjalan akhirnya salah seorang anggota kelompok SCM diruang kuliah mengingatkan, “Id, ditunggu teman-teman di stand”.

Bismillah, maka pilihan pertama setelah kuliah adalah segera menuju stand Expo. Sedangkan untuk penyelesaian laporan hibah pada pagi itu akhirnya terpaksa dikomunikasikan dengan keadaan saat ini. Dan syukurnya rekan KKN tersebut bisa memahami dan mau mencicil target sendirian. Stand yang ramai cukup menyita perhatian kami. Sampai pada waktu menjelang dzuhur, pilihan yang saya ambil adalah untuk izin lebih dulu karena butuh persiapan sejenak untuk presentasi SCM. Nah, ini berarti harus meninggalkan kembali Expo. Maka Expo pun ditinggalkan.

Maka beberapa materi untuk presentasi SCM bisa dengan sangat baik dipersiapkan. Apabila memang hari ini saatnya presentasi maka insya ALLAH siap. Dan sungguh semua kembali kepada kuasa Allah swt. Sejak urutan presentasi kelompok pertama, dilanjutkan kedua hingga akhirnya kelompok terakhir, kelompok kami tidak kunjung dipersilahkan maju. Ya, giliran kami akhirnya adalah presentasi minggu depan. Maka dipresentasi kelompok terakhir saya putuskan untuk meninggalkan kelas dan kembali menemui teman-teman di Expo PT.

Namun, beberapa saat sebelum meninggalkan kelas. Sebuah pesan singkat masuk. “Id, fiksasi akhir sekaligus melengkapi tanda tangan. Dan kita butuh tandatangan DPL untuk laporan hibah”. Yap, maka kembali keputusan awal untuk menuju Expo ditunda menuju bagian lain KPFT untuk menyelesaikan laporan hibah. Karena inilah prioritas utama saat ini. Melengkapi beberapa tanda tangan pun harus disertai tandatangan DPL. Maka akhirnya saya kembali menghubungi beliau. Alhamdulillah beliau mau menunggu kedatangan saya dikampusnya. Apalagi kondisi DPL berbeda fakultas.

Dan singkat cerita, pilihan terakhir saya adalah kembali izin berangkat lebih awal untuk meninggalkan Expo setelah ditutup. Tidak lain karena ada panggilan dari DPL. “Dri, jadi ketemu. Karena saya sudah akan pulang”. Saya bersyukur karena DPL masih berkenan untuk menunggu bahkan menghubungi. Namun, sedikit merasa berat dengan kembali harus meninggalkan Expo, yang berarti kurang lebih saya hanya berada 3 jam disana sejak dibuka. Ya, pilihan tersulit. Maka saya menemui DPL untuk menyelesaikan prioritas utama dan penting serta mendesak itu.

12 Desember 2012, hari ini memang menjadi sebuah hikmah dan makna mendalam bagi saya di semester ini. Makna bahwa Engkau (tidak) bisa membahagiakan semua orang bukan dalam artian tidak mungkin. Melainkan bahwa kita terkadang memiliki keterbatasan diri dalam melakukan banyak hal. Teringat sebuah nasehat kepada diri saya, “Kamu bukan SUPERMAN, yang bisa melakukan segala hal sendiri”. Ya, nasehat yang kembali harus saya maknai lagi. Bahwa tidak semua hal bisa saya selesaikan sendiri. Oleh karena itu, saya berterimakasih kepada beberapa orang yang mau saya repotkan dengan kondisi saya saat itu. Dosen Pembimbing KKN yang sabar dengan setiap jawaban saya, beberapa rekan KKN penyelesaian laporan hibah, sahabat perjuangan Proyek Terpadu “Werkudara”, adik-adik yang menguatkan di kelompok SCM, sahabat PKP AAI Teknik yang saya tinggalkan sejenak dan beberapa sahabat yang menguatkan pada hari ini.


Yk.25.12.2012

Memaknai nasehat 
"Engkau Bukan SUPERMAN"


Idzkhir al-Mu’adz

Posted on Tuesday, December 25, 2012 by Akhdan Mumtaz

No comments

Friday, December 14, 2012

Tweeps, dikarenakan ada perhelatan besar di UGM akhir tahun ini
maka sprtinya memang butuh juga berdskusi ttg #Pemir4UGM

Salah satu kekhasan UGM adalah dia merupakan miniatur dr negara Indonesia
#Pemir4UGM

Mahasiswa2ny brasal dr ujung paling barat hngga paling timur Indonesia
#Pemir4UGM

tidak hanya itu, bahkan dr ujung paling utara hingga paling selatan Indonesia
#Pemir4UGM

maka nyaris semua prkumpulan suku bangsa ada disini, UGM #Pemir4UGM

Bahkan utk memilih pemimpinnya pun nyaris seperti miniatur Indonesia
#Pemir4UGM

UGM mengenal Pemira dan Pemilu, sama dengan negara Indonesia #Pemir4UGm

UGM pun mengenal Lembaga Legislatif, dalam hal ini Senat Mahasiswa
#Pemir4UGM

Bahkan UGM pun memiliki partai-partai layaknya Pemilu Indonesia
#Pemir4UGM

Maka sangatlah tepat apabila di Universitas ini kita melatih diri sebagai
bagian dr bangsa Indonesia #Pemir4UGM

Namun, berpengaruh nggak sih bagi diri Qt ktika melibatkan diri sebagai
bagian dari sistem ini, minimal menjadi voter? #Pemir4UGM

Menurut pribadi saya, ini sangat berpengaruh bahkan berpengaruh besar
#Pemir4UGM

Ketika di kampus saja Qt telah apatis thd segala sesuatu, bgmn
mgkin ktika Qt hadir sbg masyarakat Indonesia tidak ikut2an apatis
#Pemir4UGM

Padahal, ktika nastel naik harganya Rp500 saja diburjo, itu sudah cukup
menjadi perbincangan Qt sbg mahasiswa #PemiraUGM

Lalu bagaimana ktika misalnya biaya BOP tiba-tiba naik, KIK diberlakukan,
masa studi diperpendek.. #Pemir4UGM

Setiap Qt pasti mengeluarkan pendapat, beropini, berargumen, dll karena
itu menyangkut kepentingan Qt #Pemir4UGM

Namun, ktika ada yg berniat menyampaikan aspirasi, Qt lebih cenderung
enggan utk ikutan #Pemir4UGM

Padahal dalam hati Qt brharap ada sebuah keputusan yg brpihak pd diri
Qt #Pemir4UGM

Yg saya tahu, lembaga-lembaga tadi brperan dlm hal itu, menyampaikan
aspirasi kecil Qt #Pemir4UGM

Karena Qt memang butuh org yg mau memikirkan ttg hal itu sembari Qt
tetap sibuk dgn kuliah dan tugas2 Qt #Pemir4UGM

Toh.. mau ikut2an seperti itu, secara jujur Qt akan bilang, "masih banyak
tugas yg hrs saya selesaikan" #Pemir4UGM

Maka stidaknya Qt bisa mendelegasikan sedikit suara Qt utk org yg mau
utk menjalankan peran itu #Pemir4UGm

Caranya, dengan mengeluarkan hak pilih kita saat #Pemir4UGM

Karena sadar nggak sih, 1 suara itu berharga Lho #Pemir4UGM

Agar org yg Qt pilih memang benar2 mnjalankan perannya sbg prwakilan
suara dan aspirasi Qt #Pemir4UGM

Jangan sampai yg Qt pilih hanya menjadikan pencapaian keterpilihannya
sebagai ajang gagah-gagahan didepan Qt #Pemir4UGM

Gagah-gagahan bahwa dia adalah pejabat besar di kampus Qt padahal
dia terpilih krn suara Qt #Pemir4UGM

Gagah-gagahan bahwa dia mencapai prestasi besar krn menumbangkan yang
lain tapi lupa peran yg dia jalankan #Pemir4UGM

Lebih parah lagi, ketika ditengah jalan justru benar-benar lupa dgn
tanggungjwbnya pdhal Qt butuh delegasi aspirasi #Pemir4UGM

Maka, Ayo sama2 mnggunakan hak pilih Qt pada #Pemir4UGM nanti

Karena Mahasiswa UGM itu mahasiswa yg harus Tegas Bersikap #Pemir4UGM

Dan pergunakan hak pilih Qt dgn mnyalurkan aspirasi 4 better UGM
#Pemir4UGM



Posted on Friday, December 14, 2012 by Akhdan Mumtaz

No comments

Menjadi santri adalah menjadi bagian dari sebuah peran lebih dalam untuk perbaikan diri. Karena kata santri mengandung makna bahwa dia adalah pembelajar seumur hidup. Santri menjadikan semua hal yang diperolehnya sebagai sebuah pembelajaran. Tidak terbatas melalui ilmu-ilmu diruang kelas, tidak terbatas melalui penjelasan dan tausiyah bersama astatidz. Menjadi santri adalah menjadikan setiap hal yang diterima, didengar, dirasa sebagai sebuah pembelajaran hidup. Karena itulah santri.

Setidaknya itulah yang saya pahami selama menjadi santri kilat disini, asrama Lembaga Pendidikan Insani. Santri kilat selama 2 tahun yang katanya tidaklah cukup untuk dianggap menjadi santri. Dan tak terasa, sudah setahun lebih saya menjalani peran itu. Dan sudah mendekati waktunya akan lepas dari tempat belajar ini. Ya, itulah yang saya rasakan ketika mengikuti acara Pertemuan LPI Nasional sepekan yang lalu di kota Malang. Karena santri LPI disana sudah memasuki masa-masa akhir keberadaan mereka di LPI. Dan sama seperti yang kami rasakan, begitu cepat dan terasa sayang untuk harus segera diberakhirkan.

Bukan tentang hal itu saya bercerita disini, mungkin ada kesempatan lain ketika Allah berkehendak mengakhirkan status saya sebagai santri disini. Meskipun status santri itu adalah status seumur hidup. Namun saya akan bercerita tentang sebuah peristiwa yang mengagetkan siapa pun pada hari itu. Hari terakhir Pertemuan Nasional LPI.

Karena ada satu sesi yang dinanti dan menjadi pertaruhan apakah patut untuk diadakan. Yakni sesi pengumuman Santri Terbaik dari masing-masing LPI, Jogja dan Malang. Dinanti karena tentunya semua santri ingin mengetahui siapakah dan apa dirinyakah. Apalagi sesungguhnya bagi saya semua santri adalah orang-orang terbaik yang pernah saya ketahui. Maka apakah mungkin ada yang bisa menjadi santri terbaik. Menjadi pertaruhan karena kriteria untuk hal ini bersifat abstrak dan tak berdimensi kalau kata salah seorang santri. Berprestasi, Aktif di Kampus dan Berakhlak. Kesulitannya terletak pada indicator terakhir  yang sangat sulit dinilai. Sampai salah seorang santri saking yakinnya bernazar kalo sampai salah seorang dari kami, sebut saja santri X terpilih sebagai santri terbaik maka dia akan mencucikan pakaiannya selama 2 minggu. BERSIH sebersih-bersihnya. Niatnya memang bercanda hingga semua santri dan astatidz pun tertawa.

Maka ketika sampai pada sesi pengumuman itu, semua menjadi hening. Apalagi ketika Ustadz Ali Wafa, musyrif santri Malang menyatakan bahwa pemilihan ini mungkin memang subjektif musyrif. Akan tetapi, meminta pertimbangan dari para astatidz yang mengisi kajian/dirasah kami secara rutin diasrama. Jadi, sebenarya tidak sepihak saja. Dan pengumuman pun dimulai dengan pengumuman pemenang artikel penulisan yang menjadi tugas kami sebelum mengikuti pertemuan ini sejak beberapa bulan yang lalu. Penulisan artikel pertama dengan tema kepemimpinan dalam Islam. Tak disangka, memang menjadi rencana Allah tulisan saya terpilih menjadi tulisan terbaik kedua. Padahal beberapa penulisan sebelumnya tidak pernah masuk kategori terbaik.
Pengumuman kedua juga pengumuman pemenang artikel penulisan dengan tema Korupsi vs Islam. Dan tanpa pernah saya bayangkan lagi, saya masih terpilih dan istiqomah sebagai tulisan terbaik kedua. Bagi saya ini sudahlah cukup menjadi sebuah anugrah dari Allah Swt. Apalagi mengingat hadiah yang akan diperoleh biasanya dari pemenang penulisan artikel, tambahan uang beasiswa. Dan tentunya pengumuman terakhir yang kami tunggu-tunggu, santri terbaik. Membuat semuanya menjadi kembali hening setelah gemuruh pengumuman para pemenang artikel.

Bagi saya, tidak pernah terbersit sedikit pun saya berada dikategori tersebut. Mengingat selama dikampus sepertinya saya belum mencapai prestasi yang WAW klo diekspresikan. Karena lebih sering mengorbankan peluang itu untuk amanah yang harus saya jalani. Aktif dikampus? Sepertinya saya justru menjadi kader yang tidak punya amanah formal untuk dibanggakan. Meskipun saya meyakini amanah lain yang saya jalani saat ini bisa saya banggakan dihadapan Allah Swt. Maka santri-santri LPI yang lain pantas dan mungkin mendapatkan predikat itu.

Sehingga Ustadz Ali Wafa pun mengumumkan bahwa santri terbaik LPI Jogja adalah Idriwal Mayusda. Na’udzubillahi min dzalik. Santri yang lain akhirnya memukul-mukul pundak saya. Yang lain bahkan berkata, “Tidak salah Mas antum sampai harus mengorbankan ujian Remedi antum untuk mengikuti agenda ini”. Dan yang lain tentunya menggoda dan bercanda dengan gurauannya. Sekali lagi, tidak ada terbersit sedikit pun dalam pikiran saya untuk hal ini. Kalau artikel sangat wajar sedangkan untuk hal ini, sepertinya masih dengan beberapa alasan yang saya utarakan tadi.

Pengumuman ini pun ditutup pembawa acara dengan sebuah becandaan. “Alhamdulillah saya tidak menjadi pemenang yang terbaik ya. Sehingga bisa terhindar dari Dosa”. Deg.. terhindar dari dosa. Benar juga. Tidak ada hal lain yang lebih luar biasa dan menjadi anugrah selain bisa terhindar dari dosa. Terhindar dari dosa karena bisa saja dalam penulisan artikel kita hanya sekedar copas. Terhindar dari dosa, bisa saja apa yang dilihat secara lahiriah oleh para astatidz dalam penilaian, tidak sebagaimana adanya didalam hati. Astagfirullahal ‘adzhim. Mungkin ungkapan inilah yang harus menjadi perhatian kita saat ini ketika menerima sebuah amanah, ujian ataupun anugrah. Yakni terhindar dari dosa. Karena semua itu akan kita pertanggungjawabkan dihadapan Allah Swt. Tidak ada sebuah beban yang sangat berat ketika kita menyadari bahwa terdapat dosa yang berpotensi padanya. Sehingga saatnya kita untuk merenung-renung diri dalam setiap amanah kita. Sudah benarkah niat kita?
*Sebuah Renungan saat Ramainya Akhir Tahun
Di UGM

Yk.12.12.2012

Idzkhir al-Mu’adz

Posted on Friday, December 14, 2012 by Akhdan Mumtaz

No comments

Tuesday, November 20, 2012

Oleh :
Habiburrahman El-Shirazy

Ketika seorang ibu Palestina melahirkan anaknya
Ia lantunkan suara adzan di telinga kanannya
Dan pangggilan qamat di telinga kirinya
Lantas ia tanamkan sebuah pesan suci dalam hatinya
Anakku, ayo sebut nama Allah,
Cepatlah bangkit, ambillah surgamu, ambillah mahkotamu
Yang dirampas ular bersisik bintang setan bernama Israel durhaka.
Anakku, Ular itu menjijikkan ibumu,
Ular itu menjijikkan seluruh umat manusia
Ular itu meresahkan dunia
Cepat bunuh dia, rajam dia dengan batu-batu neraka.
“Anakku, ayo sebut nama Allah,
Cepatlah bangkit, ambil batu-batu itu
rebutlahlah surgamu, rebutlah mahkotamu
Jangan ragu!!
Jika kau mundur setapak saja
Melawan Israel durjana
Yang telah berabad-abad menjadi musuh Tuhanmu,
Menjadi musuh nabimu,
Menjadi musuh ibumu,
Menjadi musuh ayahmu,
Dan menjadi musuh saudara-saudaramu seluruh umat manusia
Jangan kau sebut aku ini ibumu.”
Seketika itu satu juta pahlawan Palestina tercipta
Dengan keberanian luar biasa
Dengan dada merah menyala
Bergerak bersama-sama
Bersenjata batu-batu neraka
Siap melumat Israel durjana sejadi-jadinya
Tanpa sisa.

(Cairo, 21 Oktober 2000, ditulis untuk mengenang terbunuhnya Shafia, bocah Palestina berumur  tiga tahun yang ditembak tentara Israel beberapa hari setelah tertembaknya Muhammad Al Dorrah)
Allahummanshur ikhwaana fii Filistiin..

Posted on Tuesday, November 20, 2012 by Akhdan Mumtaz

No comments

“Kaulah ibuku, Cinta kasihku,
Pengorbananmu sungguh sangat berarti,
Kaulah ibuku, Cinta kasihku,
Terimakasihku tak akan pernah terhenti,
Kau bagai matahari yang slalu bersinar,
Sinari hidupku dengan kehangatanmu”
(Ibu oleh Haddad Alwi feat Farhan)

Sebuah kabar yang saya terima sore ini begitu mengagetkan. Berawal dari melihat postingan digrup FB hingga saya coba pastikan kepada salah seorang tokoh pemuda. Ya, kabar dari dusun Medangan, Desa Tersan Gede, tempat yang menjadi lokasi KKN saya beberapa bulan yang lalu. Bahwa ibunda dari Bapak Kadus Medangan telah berpulang ke rahmatulllah. Semoga Allah Swt menerima beliau disisi-Nya dan memberikan tempat terbaik disisi-Nya.
Pertanyaanya mungkin mengapa saya harus bercerita tentang hal ini. Tidak lain karena ada sesuatu yang mengingatkan saya tentang beliau. Salah satu hal terbaik yang saya peroleh dari berbagai cerita selama KKN. Apakah yang spesial dari beliau, ibunda Pak Kadus? Maka disinilah saya bercerita.
Berawal dari interaksi kami bersama keluarga besar Pak Kadus setidaknya membuat kami sudah merasa menjadi bagian dari keluarga itu. Apalagi saya, yang sejak pertama kali datang ke dusun Medangan, menjadikan rumah Pak Kadus sebagai tempat pertama untuk bersilaturrahim. Dan hal luar biasa dari Ibunda Pak Kadus tidak terlepas dari kisah hidup Pak Kadus sendiri.
Ketika sorot balik kisah masa lalu Pak Kadus, beliau bercerita “Saya memiliki masa lalu yang cukup kelam Mas Idri. Bisa dibilang, saya adalah preman”. Pernyataan ini bagi saya sebuah hal yang wajar, bahkan ketika kita pertama kali bertemu beliau. Kita akan berkesimpulan awal seperti itu. Karena perawakan beliau yang bertato, potongan rambut yang panjang berkuncir. Hal yang akan jauh berubah ketika kita kenal beliau lebih dekat.
“Mabuk-mabukan, nyabu, dan perilaku lain yang mungkin tidak Mas Idri bayangkan pernah saya lakukan”, lanjut beliau. Perilaku yang diakui nyaris oleh semua penduduk dusun Medangan bahkan desa Tersan Gede. “Hal yang tetap diladeni ibu saya dengan penuh kesabaran dengan perilaku-perilaku buruk tersebut”, ungkap Pak Kadus. “Saya masih ingat betapa dahulu masih banyaknya barang yang kami miliki, hingga semua habis hanya karena saya. Ibu dengan sabar memenuhi segala perangai saya saat itu. Menghabiskan semua barang dan uang yang ada”, aku beliau.
“Sampai suatu ketika Ibu saya sakit Mas Idri”, ungkap Bapak Kadus. “Seketika itulah saya sadar bahwa satu-satunya orang yang masih tersisa didunia ini untuk saya adalah beliau. Lalu bagaimana mungkin saya menyia-nyiakan beliau. Maka dari itulah saya bertekad untuk berubah.
“Ketergantungan saya dengan obat-obatan pun coba diobati dengan mengikat saya selama beberapa hari diatas kasur di dalam kamar. Rasa sakit dan sungguh sangat berat untuk lepas dari ketergantungan itu. Nyaris selama beberapa hari itu, saya penuh dengan teriakan dengan ketidaktahanan saya. Namun, ketika mengingat wajah ibu, tekad untuk berubah itu pun muncul pada diri saya. Tekad kuat untuk tidak menyia-nyiakan dan mengecewakan beliau. Sehingga saya kuat dan bertahan. Hingga akhirnya saya bisa lepas dari ketergantungan itu. Itulah perubahan pertama saya”, ungkap beliau. Sungguh saya pada awalnya tidak menyangka bahwa beliau akan bercerita banyak tentang hal ini. Tapi, mungkin inilah hikmah yang Allah berikan  melalui KKN saat itu.
“Setelah perubahan itulah secara bertahap saya mulai berubah menjadi lebih baik Mas Idri. Berhenti dari kebiasaan-kebiasaan yang tidak seharusnya. Diantaranya mabuk-mabukan. Dahulu nyaris setiap hari hingga akhirnya secara bertahap berkurang”, lanjut beliau. “Hanya tetap ada sebuah penyesalan pada diri saya Mas. Mas bisa lihat kondisi ibu saya saat ini. Mas tidak akan yakin bahwa dahulunya beliau begitu sehat dan bisa dibilang gemuk. Namun, karena saya. Mas bisa melihat kondisi ibu sekarang”, cerita beliau dengan haru. Memang kondisi ibunda Pak Kadus saat itu kurus karena sakit yang dideritanya. Bahkan beberapa kali beliau sering harus ke rumah sakit dengan kondisi kesehatannya. Termasuk selama 1 pekan menjelang penarikan kami dari KKN. “Hal terbaik yang bisa saya lakukan saat ini adalah dengan merawat ibu sebaik-baiknya. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa yang telah saya lakukan dahulu”, tutup beliau.
Ya, mungkin pertemuan kami sangatlah singkat. 40 hari KKN, dalam interaksi dan menjadi bagian dari keluarga Pak Kadus. Dekat secara langsung dengan ibunda Pak Kadus sendiri belum sampai, hanya sempat bercakap ketika saat itu beliau rawat inap di rumah sakit. Dan hari ini, tepat jam 4 sore, kabar duka itu sampai kepada saya. Bahwa ibunda Pak Kadus yang membuat beliau berubah dan bertahan berpulang ke rahmat Allah Swt. Berikanlah tempat terbaikmu Ya Allah dan tabahkanlah keluarga yang ditinggalkan.
Insya Allah esok, kami akan ke dusun Medangan, desa Tersan Gede setelah kurang lebih 4 bulan belum bersilaturrahim kesana.
Wallahu a’lam bis shawab.
Yk.19.11.2012
*menulis ini membuat teringat akan Ayah & Ibunda
yang sudah 2 tahun belum bertatap muka


Idzkhir al-Mu’adz

Posted on Tuesday, November 20, 2012 by Akhdan Mumtaz

No comments

Saturday, November 17, 2012

Entah kenapa saya menjadi tercenung ketika akan menulis tema ini. Karena tema ini pastinya bercerita tentang sebuah perbuatan tercela. Dan saya pun bisa jadi tidak terlepas dari sifat ini. Termasuk ketika menulis ini. Akan tetapi, sungguh menjadi sebuah perenungan dan evaluasi bagi diri kita ketika memang penyakit ini benar-benar ada pada diri kita.

Ketika ditilik lebih dalam ”Menjatuhkan untuk menjadi yang naik” hanyalah salah satu cabang dari perbuatan dengki. Dengki, perbuatan tercela yang memiliki padanan kata “al hiqd”. Secara bahasa berarti kobaran panas yang dahsyat atau kobaran marah. Dan secara istilah bermakna menahan atau mengekang permusuhan dan kebencian yang ada didalam hati, karena tidak mampu menuntut balas sambil menunggu serta menanti kesempatan untuk mengungkapnnya dengan sosok atau bentuk apa pun. Na’udzubillah..

Dan salah satu bentuk menunggu serta menanti kesempatan untuk mengungkapannya adalah menjatuhkan orang lain dengan tujuan mengangkat diri sendiri pada satu momen yang dirasa sangatlah tepat. Bahkan menjadi sangat melegakan karena diakhir pertarungan momen ini kita bisa berkata, “Rasakanlah olehmu! Karena saya termasuk golongan yang menang”. Astaghfirullahal ‘adzhim..

Kita akan melihat realitas yang hadir dari sifat ini ketika berada pada hal yang berbau politik. Makna berbau politik berarti tidak hanya ditempat orang berpolitik akan tetapi juga di realias mu’amalah lainnya. Karena memang prinsip politik adalah merusak semua hal yang dimasukinya ketika dipahami oleh orang yang sangat tumpul pemahaman dan ilmunya. Betapa sangat sering tipu muslihat lahir hanya untuk menjatuhkan. Dengan bentuk mencela, memfitnah, menjelekkan, menebar aib saudara, dan bentuk-bentuk lain. Bahkan yang lebih memprihatinkan lagi itu semua ditutupi dengan wajah manis J, wajah terdzholimi L, dan wajah-wajah lainnya sehingga terlihat sangatlah indah dari luarnya. Na’udzubillahi min zalik.

Oleh karena itu, mari kita coba melihat lebih dalam pada diri kita beberapa cara dan bentuk dari dengki ini yang mungkin terlihat. DR Sayyid M. Nuh menyampaikan ada beberapa bentuk dan tanda dari sifat yang semoga kita dijauhkan oleh Allah darinya antara lain :
-      Mengacaukan profil orang tersebut (yang didengkikan)
-      Terfokus kepada beberapa kesalahan orang (yang didengkikan) tersebut
-      Menafsirkan beberapa sikap orang (yang didengkikan) tersebut sesuai dengan kesimpulan sendiri bahkan memberi cap atau label, dsj
-      Merendahkan setiap orang yang tidak mengakui kekuasaannya (yang tanpa sadar memiliki sifat dengki)

Pertanyaannya, adakah diri kita memiliki beberapa tanda-tanda diatas dalam berinteraksi dengan saudara kita? Apabila ada maka patutlah kita memohon ampun kepada Allah swt. Karena sungguh Allah berhak dan berkehendak untuk menelanjangi aib dan kita ketika menyimpan sifat ini. Karena Allah berhak menampakkan apa yang ada didalam hati kita.
“atau Apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan Menampakkan kedengkian mereka ?” (QS Muhammad : 29)
Dan bukankah sungguh memalukan ketika semua aib kita dibukakan tabirnya oleh Allah swt didunia?

          Menjatuhkan orang lain untuk menaikkan diri sendiri hanyalah bentuk yang tidak jauh berbeda dengan sifat ciptaan Allah yang menjerumuskan ayahanda kita, Adam as. Sebagaimana permintaannya kepada Allah swt saat terusir dari syurga. Siapa dia? Iblis yang dimurkai Allah swt.
71. (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: "Sesungguhnya aku akan menciptakan manusia dari tanah".
72. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadaNya".
73. lalu seluruh malaikat-malaikat itu bersujud semuanya,
74. kecuali Iblis; Dia menyombongkan diri dan adalah Dia Termasuk orang-orang yang kafir.
75. Allah berfirman: "Hai iblis, Apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) Termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?".
76. iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan Dia Engkau ciptakan dari tanah".
77. Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga; Sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk,
78. Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan".
79. iblis berkata: "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan".
80. Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu Termasuk orang-orang yang diberi tangguh,
81. sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat)".
82. iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya,
83. kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.
84. Allah berfirman: "Maka yang benar (adalah sumpah-Ku) dan hanya kebenaran Itulah yang Ku-katakan".
85. Sesungguhnya aku pasti akan memenuhi neraka Jahannam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka kesemuanya.

Kita tentunya sangatlah hafal cerita ini. Namun terkadang lupa akan pelajaran dan hikmahnya. Kita paham bahwa pada akhirnya Iblis memilih untuk menjatuhkan Nabi Adam as dan kita sebagai keturunannya karena kedengkian dan kesombongannya. Memilih menjatuhkan manusia ikut bersamanya kedalam neraka dibandingkan bersujud menjalankan perintah Allah swt.

Bedanya, Iblis menyadari bahwa dia akan dimasukkan Allah kedalam neraka. Namun kita, menjatuhkan orang lain tanpa menyadari bahwa kita akan masuk kedalam neraka. Bahkan sangat sering dan mungkin merasa dengan menjatuhkan orang lain kita menjadi yang terbaik sehingga jauh dari neraka. IRONI, sungguh IRONI sekali.
Wallahu a’alam bis shawab..

Yk.17.11.2012
*dalam renungan akhir tahun
yang mengusik hati


Idzkhir al-Mu’adz

Posted on Saturday, November 17, 2012 by Akhdan Mumtaz

2 comments

Wednesday, November 7, 2012

Ada tanjakan ada turunan… 

Saat sedang menanjak, janganlah terlalu bernafsu mencapai puncak… atur nafas, atur tenaga, konstankan putaran…supaya efektif mencapai puncak…dan konsentrasi tetap ada untuk menghadapi turunan… 

Saat sedang menurun…,Janganlah kaget hingga terlalu cepat menarik rem… kau akan terjungkal dan makin terpuruk…Ikuti alur jalannya…Seimbangkan rem-nya… ambil momentum putarannya… hingga saat kau menanjak kau tidak membuang banyak tenaga… 

Bersepeda itu bukan masalah jumlah kilometer… 
Tapi lebih pada menikmati setiap kayuhan untuk mendapatkan tiap kilometer itu… 

Begitupula kehidupan… 

Hidup menarik bukan karena jumlah umur, tapi bagaimana kita menikmati setiap detik untuk mendapatkan umur tersebut… 

Bersepeda juga bukan masalah sepeda atau komponen yang ada di dalamnya…Tapi bagaimana menggunakan sepeda dan komponen tersebut untuk mendapatkan perjalanan yang menarik…Yang bisa kita nikmati, bisa kita ceritakan, bukan hanya menggunakan sepeda untuk kita banggakan harganya… 

Begitupula kehidupan… 

Kehidupan bukan masalah harta yang kita dapatkan, tapi bagaimana memaknai harga yang kita punya untuk membuat hidup kita lebih berharga secara batin, bukan hanya secara nominal… 

Ada pepatah Jawa bilang, "urip kuwi golek jeneng… ojo golek jenang"…  

Terjemahan bebasnya, "hidup itu cari nama bukan cari makan…", maksudnya hidup itu harus bermanfaat (bagi orang banyak) sehingga membuat nama yang baik, bukan hidup hanya cari harta tapi tak membuat perbedaan apa-apa.

Sama dengan sepeda, buat apa punya sepeda kalau cerita yang kita punya hanya pada saat kita membelinya… 
Bukan pada saat menaikinya…Bukankah menaikinya itu terlihat dan terasa lebih menarik…

"It is about the journey, not the destination…Because life is a Journey…"
                                                                          

*dikutip dari tulisan seorang teman di millist Bike to Work
Yk.7.11.2012



Idzkhir al-Muadz

Posted on Wednesday, November 07, 2012 by Akhdan Mumtaz

No comments

Tuesday, October 16, 2012

Pada kesempatan ini, entah kenapa menjadi teringat tentang bagaimana keluarga saya di Pariaman sana. Mungkin faktor beberapa tahun belum bertatap muka secara langsung jadi sedikit berpengaruh terhadap hal ini. Bahkan adik terdekat yang berada di Semarang pun sudah nyaris 1 tahun belum bertemu lagi. Mungkin itulah uniknya keluarga kami. Terlebih untuk kami 5 bersaudara. Yang konon katanya di Jawa dikenal dengan istilah Pendowo Limo didunia pewayangan.

Ya, dikeluarga kami (termasuk saya) ada lima bersaudara. Karena “bersaudara” berarti ada 5 orang laki-laki dikeluarga besar ini. Bagi saya kami bukanlah Pandawa Lima karena kami tidak memiliki lawan layaknya Kurawa bagi keluarga Pandawa. Kami adalah 5 bersaudara yang dikenal karena nama belakang kami, yakni Yusda dan atau pun Yuda. Nama belakang yang berasal dari akronim nama kedua orang tua tercinta. Yusmaini Sulaiman (ibu) dan Dasriel (bapak).

Anak pertama, saya sendiri. Idriwal Mayusda. Sejarah dibalik nama sesungguhnya sudah diceritakan bagian lain dari blog ini. Berasal dari kata Idul Fitri, Syawal, May dan tentu saja nama kedua orang tua tercinta dibelakang nama ini. Mungkin yang sering menjadi pengingat adalah memaknai peran sebagai anak pertama dikeluarga. Bahkan tertua dikeluarga besar dengan 16 orang adik/adik sepupu. Ya, meskipun tidak tertulis namun ada sesuatu yang harus menjadi peran sebagai anak tertua dikeluarga besar ini.

Lanjut ke cerita tentang adik saya yg pertama. Dia bernama Yogie Novri Yusda. Benar kan? Nama belakang kami sama, Yusda. Sejarah dari nama adik pertama saya memang cukup unik. Nama “Yogie” pada awalnya diusulkan oleh ibu dengan kata “Prayogi”, singkatan dari “Proyek Bukit Tinggi”. Karena saat kelahiran anak kedua ini, Bapak sedang tidak dirumah. Saat itu Bapak sedang berada di Bukit Tinggi untuk sebuah proyek dari PB5. PB5 yang saya pun lupa singkatan dari apa merupakan sebuah perusahaan kontraktor dimana dahulu beliau bekerja. Dikarenakan keterbatasan komunikasi kala itu memang Bapak baru tahu kelahiran Yogie saat pulang ke rumah. Maka nama itu dirasa sesuai oleh Ibu agar bisa menjadi pengingat sejarah kelahiran adik pertama saya. Akan tetapi, Bapak tidak setuju. Maklum nama itu justru menjadi pengingat betapa dia tidak bisa mendampingi kelahiran adik saya. Sehingga namanya dipotong menjadi Yogie. Yang lahir dibulan November untuk kata Novri. Dan tentunya dilengkapi dengan nama belakang Yusda.

Adik saya yang kedua bernama Dhio Trima Yusda. Benar kan? Masih melekat dengan nama belakang Yusda J. Untuk panggilan Dhio, saya belum bisa menggali lebih dalam latar belakang sejarahnya sebelum berangkat ke Jogjakarta. Mungkin ketika pulang, insya Allah. Sedangkan untuk kata Trima tentunya bisa ditebak apa? Tri bermakna tiga sedangkan Ma adalah awalan kata untuk menyatakan bulan Maret.

Begitu pun untuk adik saya yang ketiga dan ke empat. Akan tetapi, kata belakang nama mereka sudah sedikit berbeda dengan kami. Yakni menggunakan kata “Yuda” masih dengan makna yang sama. Berasal dari nama kedua orang tua kami. Adik ketiga saya bernama Dhino Okto Yuda dan adik terbungsu bernama Edho Fiveli Yuda. Tentunya sudah bisa memahami latar belakang nama kedua adik terakhir saya ini? Dhino lahir dibulan Oktober dan Edho lahir dibulan Juli sebagai anak kelima (Five) dari keluarga ini.      

Setidaknya ada beberapa hal yang menjadikan kami lima bersaudara sangat kuat. Ketika melihat sosok Ayah dan Ibu berjuang membesarkan kami berlima. Dengan kondisi keluarga ini tidak akan terbayangkan bagaimana mungkin kami bisa bercita-cita tanpa batas. Ya, meskipun hal ini sempat menjadi beban untuk adik-adik saya karena saya telah mengejar cita-cita untuk keluar dari daerah asal saya, Sumatera Barat hanya untuk sekedar melanjutkan kuliah. Ada kekhawatiran akan beban yang berat untuk kedua orang tua kami ketika adik-adik saya juga berkeinginan “keluar” dari Sumatera Barat hanya untuk sekedar melanjutkan pendidikan.

Namun, justru kami seperti tak pernah dibatasi cita-citanya. Adik kedua saya sekarang kuliah di Universitas Negeri Riau. Adik ketiga saya juga keluar dari Sumatera Barat mendekat ke tempat saya berada saat ini. Dia berada di Universitas Diponegoro, Semarang. Sehingga yang sekarang dirumah mendampingi ibu hanyalah kedua adik saya yang terakhir. Dhino dan Edho. Karena Bapak pun hanya bisa dirumah sekali sepekan karena bekerja di Bukit Tinggi. 

Siapa pun tidak akan menyangka bagaimana kami bisa seperti saat ini. Ketika saya mantap di program studi Teknik Industri, adik kedua saya yakin dengan keberadaannya di Ilmu Kelautan sedangkan adik ketiga saya sangat siap di Administrasi Publik. Mungkin kami bertiga kedepannya bisa mengembangkan industri kelautan dan perikanan dengan basis kebijakan publik yang kuat. Apalagi daerah asal kami adalah daerah Pantai yang tidak hanya terkenal dengan keindahan laut dan pulau-pulau kecilnya tapi juga terkenal dengan hasil lautnya. Aamiin…

Kami (bukan) Pandawa Lima
karena Bapak dan Ibu kami bukan seorang Raja atau pun ratu  
akan tetapi mereka menjadikan raja
setiap impian dan cita-cita kami

Kami (bukan) Pandawa Lima
karena Bapak dan Ibu kami bukanlah Raja atau pun ratu
yang memberikan setiap keinginan kami
Akan tetapi mereka membangun kami
Bagaimana bersikap untuk setiap keinginan itu.


Yk.16.10.2012
*Semoga keluarga kami dipertemukan Allah
disyurga-Nya kelak

Idzkhir al-Mu’adz

Posted on Tuesday, October 16, 2012 by Akhdan Mumtaz

No comments

Tuesday, October 9, 2012

Dakwah di tengah kehidupan masyarakat pasti akan berhadapan dengan sejumlah kendala, tantangan, hambatan dan bahkan ancaman. Apalagi ketika dakwah sudah memasuki wilayah dengan karakter penuh tantangan karena perluasan orbitnya. Para kader dakwah harus memiliki karakter yang kuat agar bisa menyikapi berbagai tantangan tersebut dengan tegar.
Paling tidak, kader dakwah diharapkan memiliki tujuh karakter berikut ini, agar bisa tegar menghadapi realitas medan dakwah yang kadang terasa sangat keras perbenturannya.

Pertama, atsbatu mauqifan, kader dakwah harus menjadi orang yang paling teguh pendirian dan paling kokoh sikapnya. At-Tsabat (keteguhan) adalah tsamratus shabr (buah dari kesabaran). Sebagaimana firman Allah, “Famaa wahanuu lima ashabahum fii sabiilillahi wamaa dha’ufu wamastakanu”. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak pula menyerah, dan Allah menyukai orang-orang yang sabar. Keteguhan itu membuat tenang, rasional, obyektif dan mendatangkan kepercayaan Allah untuk memberikan kemenangan.

Kedua, arhabu shadran, kader dakwah harus menjadi orang yang paling berlapang dada. Medan dakwah sering kali membuat hati sempit. Banyak kata-kata ejekan, cemoohan, caci maki, sumpah serapah yang terlontar begitu saja dari banyak kalangan. Kader dakwah tidak boleh bersempit hati dan sesak dada karena caci maki orang dan karena berita-berita di media massa yang sering kali mendiskreditkan tanpa konfirmasi dan pertanggungjawaban.

Ketiga, a’maqu fikran, kader dakwah harus menjadi orang yang memiliki pemikiran paling mendalam. Kader harus selalu berusaha mendalami apa yang terjadi, tidak terlarut pada fenomena permukaan, tetapi lihatlah ada apa hakikat di balik fenomena tersebut. Jika pemikiran kader bisa mendalam, ketika merespon pun akan lebih obyektif, terukur, dan seimbang.

Keempat, ausa’u nazharan, kader dakwah harus menjadi orang yang memiliki pandangan luas. Cakrawala pandangan kader dakwah harus terus menerus diperluas, agar tidak mengalami gejala kesempitan cara pandang. Membaca realitas dengan pandangan yang luas akan membawa kader kepada sikap adil dan moderat. Todak terjebak kepada sikap-sikap ekstrim dan berlebih-lebihan.

Kelima, ansyathu amalan, kader dakwah harus menjadi orang yang orang yang paling giat dalam bekerja. Kader dakwah tidak boleh disibukkan dengan membantah isu-isu, atau mengcounter suara-suara negatif, karena itu tidak banyak membawa produktivitas. Yang lebih produktif adalah selalu bekerja di tengah masyarakat. Tunjukkan kerja nyata. Jika ada yang perlu direspon, boleh direspon sesuai kebutuhan, namun tetap harus giat bekerja untuk kebaikan masyarakat, bangsa dan negara.

Keenam, ashlabu tanzhiman kader dakwah harus memiliki gerakan yang paling kokoh strukturnya. Sebagai jama’ah kumpulan manusia, pasti ada kekurangan dan kesalahan. Namun kewajiban kita adalah terus berusaha menghindarkan diri dari kesalahan dan kelemahan, sambil terus berbenah. Struktru dakwah harus terus menerus dikokohkan dari pusat, wilayah, daerah, cabang hingga ke ranting. Jangan biarkan ada celah yang bisa digunakan untuk melemahkan struktur dakwah.

Ketujuh, aktsaru naf’an, kader dakwah harus menjadi orang yang paling banyak manfaatnya. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain. Kader dakwah harus membuktikan bahwa keberadaan mereka di tengah kehidupan masyarakat memberikan banyak kontribusi kebikan. Tidak  merugikan atau membuat keonaran, namun justru memberikan banyak kemanfaatan dan kebaikan.

Jika tujuh karakter itu dimiliki oleh para kader dakwah, niscaya lebih ringan dan mudah menghadapi tantangan dan hambatan di sepanjang jalan dakwah. Kader dakwah dan seluruh aktivitas dakwah akan semakin kokoh dan diterima masyarakat, dalam menghadirkan berbagai kebajikan yang diharapkan oleh umat, bangsa dan negara.

*Diedit dari tulisan Ustadz Cahyadi Takariawan

Yk.9.10.2012
Idzkhir al Mu’adz



Posted on Tuesday, October 09, 2012 by Akhdan Mumtaz

No comments

Monday, October 8, 2012


“Kumpulkan semua HP antum!”, tegas salah seorang panitia kepada semua peserta acara pada pagi itu. Seketika semua HP dikumpulkan kedepan panitia dan dicek satu persatu. Adalah sebuah hal biasa ketika Dhouroh setiap HP dikumpul. Akan tetapi, sangatlah tidak biasa ketika HP itu dicek satu per satu. Bahkan inbox SMSnya dibaca oleh panitia.

Privasi? Apa makna sebuah privasi bagi setiap aktivis dakwah? Amniya? Amniyah sangatlah berbeda dengan privasi. Sms dari orang tua pun tentunya tidak terkategori privasi atau pun amniyah karena tentunya berisi hal yang bai. Justru pertanyaannya, ketika ada yang khawatir ketika inbox smsnya dibaca maka pasti ada sesuatu yang “tersimpan” disana.
Dan itu pun terbukti saat panitia melakukan pengecekan. Beberapa peserta terindikasi “khalwat via HP”. Mungkin terlalu ekstrem ketika menggunakan istilah itu. Akan tetapi, apalagi istilah yang tepat untuk menggambarkan hal itu? Komunikasi terkait amanah? Atau sekedar bertukar kabar? Na’udzubillah. Tentunya kita berharap itu benar.

Akan tetapi, ketika semua SMSnya tidak sedikit pun berkaitan tentang amanah. Apalagi ketika tidak ada lagi amanah yang mempertemukan. Atau bahkan tidak sedikit pun bertukar kabar. Apalagi ketika nyaris setiap hari saling berkirim SMS tanpa ada hal yang jelas untuk dikomunikasikan. Bahkan mungkin tidak hanya setiap hari, bisa jadi setiap jam, setiap menit ataupun detik. Ya, sms yang hanya berisikan curhat-curhat yang tidak perlu antara ikhwan dan akhwat. Tentunya hal ini bukan lagi terkategori komunikasi biasa. Akan tetapi “khalwat via HP”. Astagfirullah…

Fakta ini ternyata memang tidak sedikit. Saya bahkan pernah berdiskusi dengan seorang peneliti dari Fakultas Psikologi terkait hal ini. Bahkan ada penelitian yang secara khusus membahas tentang “Khalwat dikalangan aktivis dakwah”. Penelitian yang muncul karena kekhawatiran degradasi nilai secara tak terlihat dalam setiap aktivitas dakwah yang ada.

Ya, memang tentunya kita tidak menafikkan bahwa aktivis pun adalah manusia. Dan mereka pun punya fitrah sebagaimana yang Allah anugrahkan kepada hamba-hambaNya. Namun, bukankah kita pun telah mempelajari tentang kaidah-kaidah Mahabatullah. Cinta kepada Allah. Bahwa ada beberapa tingkatan cinta. Dan apa tingkatan paling rendah? Tidak lain kecenderungan. Hal yang akan meningkat menuju simpati, empati, rindu. Dan akan menuju kemesraan hingga akhirnya menghamba. Dan tentunya kita ingat, pertanyaan akhir dari materi pekanan itu adalah Lalu kepada siapakah kecenderungan, simpati, empati, rindu, mesra dan menghamba itu kita alamatkan? Semoga pertanyaan ini tidak selesai di materi-materi pekanan kita. Tidak percaya? Silahkan kita membaca kembali “Rasmul Bayan” materi pekanan kita. 

Lalu apakah semata-semata kita menyalahkan kepada satu pihak saja? Hal yang sangat tidak adil tentunya. Beberapa kejadian yang saya temui bahkan alami sendiri tidak lain adalah ketidaksadaran. Ketidaksadaran antara kedua belah pihak, ikhwan maupun akhwat. Tidak sadar bahwa intensitas interaksi yang dijalani terkadang diluar yang seharusnya. Yang pada awalnya hanya karena amanah, komunikasi biasa hingga berakhir diintensitas yang berlebihan. Sehingga tidak ada lagi batas interaksi, tidak ada lagi hijab. Hijab komunikasi, hijab pandangan bahkan hijab hati. Astagfirullah…

Ya, ada baiknya mungkin kita kembali mengingat kaidah syariat tentang interaksi. Tentang menundukkan pandangan saja ada kaidah. Bahwa meskipun hukum dasar memandang adalah boleh, namun ketika sesuatu yang diperbolehkan untuk dilihat berpeluang menjadi fitnah maka itu menjadi terlarang. Apalagi dengan apa yang disebut dengan komunikasi. Dimana kita pun paham bahwa teknologi sangat ini membuat dunia tanpa batas. Tanpa batas secara tersirat bisa bermakna tanpa hijab.

Hm… Lalu bagaimana dengan Hijab Iman dalam berinteraksi? Bukankah itu merupakan sesuatu yang kuat bahkan paling kuat? Naudzubillah.. apabila ada pernyataan itu muncul dari diri kita. Maka sungguh kita tanpa sadar telah sombong. Sombong terhadap diri sendiri bahkan bisa sombong terhadap Allah. Jangan pernah merasa cukup dengan hijab iman. Nabi Yusuf as saja dengan keimanan yang dijaga oleh Allah menyatakan bahwa dirinya pun tergoda oleh Zulaikha. Bagaimana dengan kita?

Maka sudah saatnya kita kembali menghitung-hitung diri kita (muhasabah). Kita periksa apa isi inbox HP kita. Dari siapakah pesan singkat terbanyak? Dari ikhwan ataukah akhwat? Lalu apa saja percakapan yang muncul? Sesuatu yang bermanfaatkah atau justru tadi, sesuatu yang hanya akan meningkatkan kecederungan diri.
Ya, kita sama-sama memohon ampun kepada Allah Swt untuk setiap kekhilafan kita. Menulis ini pun bukan berarti diri ini terbebas dari apa yang tertulis. Akan tetapi, justru dengan menuangkan tulisan ini agar menjadi pengingat diri. Bahwa setiap diri kita itu tempat muara khilaf dan dosa. Dan sebaik-baik hamba adalah yang bertaubat dan memohon ampun kepada Allah swt. Wallahu a’lam bishawab..

Yk.5.10.2012
Menulis ini mengingatkan sesuatu
yang untuknya Hamba Memohon Ampun Kepada ALLAH swt

Idzkhir al-Muadz

Posted on Monday, October 08, 2012 by Akhdan Mumtaz

No comments