*Catatan KP #5

Ikhlas, hanya itulah kata yang tepat untuk mendeskripsikan pilihan saat ini. Ya, beberapa hari terakhir Kerja Praktek membuat kami semua berjuang untuk menyelesaikan tanggungjawab kami. Masing-masing berfokus untuk menyelesaikan bagian utama dari Kerja Praktek, Tugas Khusus. Begitu pun saya, apalagi setelah beberapa kali konsultasi tema masih sangat banyak coretan dan revisi. Bukan hanya itu, ada satu kesempatan dimana progress tugas saya tidak ada coretan. Bukan karena benar tapi karena “memang salah semua”. Sehingga sangatlah wajar ketika kami berjuang dengan melengkapi segala kekurangan. Bertanya kesana kemari, bolak balik ruangan CBM hanya untuk memperoleh data, mencuri-curi kesempatan bisa internet untuk melengkapi bahan dan referensi. Semuanya untuk satu tujuan akhir, kembali ke Jogja.

Hm… kembali ke Jogja. Namun bagi saya tidak hanya itu, melainkan juga mengambil kesempatan untuk benar-benar bisa berkumpul dengan keluarga dirumah. Karena meskipun Kerja Praktek ditanah kelahiran, justru kesempatan untuk benar-benar berkumpul itu belum saya peroleh. Padahal, banyak hal yang harus dikonsultasikan kepada orang tua. 2 tahun 7 bulan bukanlah waktu yang singkat untuk menanti kesempatan kembali ke tanah kelahiran. Oleh karena itu, tanggungjawab Kerja Praktek ini HARUS segera selesai.

Hingga sampailah pada 2 hari terakhir jadwal Kerja Praktek. Alhamdulillah misteri 5J1T01 bisa saya pecahkan dengan segala kepahaman yang mungkin masih terbatas. Oya, 5J1T01 adalah kode nomenclature mesin yang menjadi tema tugas khusus saya. Dan kami (saya dan rekan satu lokasi KP) dengan tekad kuat menghadap Pembimbing. “Sudah bagus, tinggal lengkapi dengan bagian ini dan ini. Besok sudah bisa saya tandatangani”, ungkap Pembimbing. Kalimat ini menjadi kebahagiaan terbesar saya pada hari itu karena akhirnya perjuangan ini berbuah. Alhamdulillah, Segala puji hanyalah milik Allah, saya pun bisa tersenyum cerah karena tanggungjawab ini pun sudah akan selesai didepan mata. Pulang, berkumpul dengan keluarga dan kembali ke Jogja. Nice Ending. Hingga sampailah pada kesempatan rekan saya untuk konsultasi.

Pembimbing pun memperhatikan poin-poin yang tertulis. Dan satu per satu coretan pun dituliskan. Diiringi nasehat dan motivasi melihat progress yang ada. “Tolong direvisi sampai bagian ini dulu ya. Daripada kebanyakan nanti malah lupa hasil koreksi saya dan tidak selesai”, ungkap beliau. Duarr… bagai letusan kembang api didepan mata. Berarti jadwal KP kami lebih lambat dari jadwal seharusnya. Rekan saya pun berkata, “Apakah masih cukup waktu kami Pak? Karena besok sudah merupakan hari terakhir dari jadwal KP disini”. Mendengar itu Pembimbing kami agak kaget. “Sudah 1 bulan ya?, ungkap beliau. “Sudah Pak”, jawab kami serentak. “Klo begitu, masa KP kalian diperpanjang saja ya”, pernyataan semangat dari beliau. Saya hanya bisa terdiam. Pembimbing pun mengarahkan pandangan ke saya, “Meskipun kamu sudah tinggal menyempurnakan tapi kan kalian bersama-sama disini. Jadi harus sama-sama lah menyelesaikan KP disini”. “Iya Pak”, saya pun sepakat lagipula memang ada rencana untuk lebih telat kembali ke Jogja meskipun bukan demi KP ini.

“Tapi Pak, saya telah membeli tiket kepulangan besok”, ungkap rekan saya. Sejenak Pembimbing pun berpikir. “Ditunda saja ya meskipun kena charge biaya. Lagipula terlalu cepat kamu memesan tiketnya. Dan saya pun merasa bertanggungjawab apabila laporan kalian belumlah baik sebagaimana seharusnya”, ungkap Pembimbing. Kami berdua pun diam dan dengan kerelaan hati berkata, “Iya Pak, klo memang harus begitu”. Dan kami pun kembali menuju kontrakan dengan suasana hati masing-masing. Saya, tentu tidak bisa mengungkapkan kebahagian karena laporan saya bisa diterima karena rekan saya justru sebaliknya. Tekad saya hanya satu, “Datang kesini bersama-sama maka keluar pun dari sini juga harus bersama-sama”. Dan saya akui ini adalah pilihan yang berat ketika mengingat egoisme dan rencana yang saya punya. Rencana untuk memiliki kesempatan berkumpul dengan keluarga.

Hingga dalam perjalanan pulang, rekan saya pun tak kuasa menahan tumpahan air mata dari sedikit kekecewaan beliau. Dan tahukah sahabat? Salah satu kondisi dimana Anda bingung untuk berbuat apa-apa adalah ketika ada orang dalam kesedihan disebelah Anda. Antara menasehati ataukah mendiamkan. Karena yang saya pahami, untuk kondisi saat itu yang dibutuhkan adalah merenung dan berdiam diri. Maka saya pun memilih untuk sedikit mengeluarkan kata-kata. Tidak lain dan tidak bukan karena saya meyakini semua orang bisa kembali berdiri untuk bangkit.

Maka ikhlas adalah pilihan terbaik saat itu. Dan bersabar untuk semua tantangan ini. Memang sedikit ada rasa sedih ketika rekan-rekan yang lain kembali dengan jalannya masing-masing sedangkan kami masih harus bertahan disini. Memang berat tapi mengungkapkan hal yang memberatkannya hanya akan melemahkan keikhlasan itu sendiri.
Dan Allah-lah sebaik-baik pembuat rencana. Tugas kita sebagai hamba-Nya adalah berikhtiar maksimal untuk setiap rencana kita. Dan bertawakal apakah rencana kita sesuai dengan rencana Allah. Apabila tidak berarti ada rencana yang lebih dari Allah kepada kita sebagai hamba-Nya.




Pdg.6.3.2013
Perjuangan menikmati
setiap detik-detik terakhir keberadaan disini



Idzkhir al-Mu’adz