*Catatan
KP #4
Masa
pengajuan Kartu Rencana Studi Semester adalah masa penting dalam life planning seorang mahasiswa. Kurang
lebih begitulah yang terasa ketika memasuk tahun-tahun terakhir pada masa
kuliah ini. Kita akan menyadari sejauh mana kita memiliki rencana hidup untuk
aktivitas kita, minimal terkait studi. Kita juga akan menyadari sejauh mana kita
memiliki rencana pertama, kedua dan seterusnya. Meskipun terkadang nyaris kita
pun agak berlebihan karena seperti menggantungkan hidup pada Portal Kombal. Ya,
cukup kita memaknainya sebagai sebuah ikhtiar untuk rencana hidup yang Allah
sudah tetapkan.
Dan
pada periode akhir ini setidaknya ada beberapa hal penting menjadi misi yang
saya diskusikan saat Kerja Praktek. Ya, inilah jawaban saya untuk setiap
pertanyaan selama di Jogja J.
Pertanyaan-pertanyaan biasa seperti “Kapan lulus? Kapan TA, dst?” dengan sangat
tenang akan saya jawab, “Setelah berdiskusi dengan orang tua tercinta”. Karena
saya ingin setidaknya untuk keputusan ditahun akhir kuliah ada pertimbangan
dari orang tua. Berhubung selama ini setiap keputusan yang saya ambil pada
akhirnya diserahkan kepada saya pribadi untuk menentukannya. So, it’s the
mission!!
Maka
hal pertama yang kembali saya mantapkan adalah beberapa rencana ditahun akhir
ini. Setidaknya ada beberapa scenario lulus. Pertama, tanggungjawab untuk
syarat tugas akhir Alhamdulillah sudah terpenuhi. Semester depan, tanggungjawab
saya hanyalah Tugas Akhir dan Kerja Praktek. Kerja Praktek pun sekarang sedang
saya jalani. Namun, akan berbeda kondisinya jika ingin mengulang beberapa mata
kuliah sekedar memperbaiki akumulasi indeks prestasi. Dan Alhamdulillah untuk
ukuran indeks prestasi pun saya terkategori baik J.
Kedua, sebuah opsi apabila memang ingin memperpanjang masa studi untuk mencapai
prestasi terbaik lain ketika berstatus sebagai mahasiswa. Namun, tetap sesuai
nasehat dari Ustadz diasrama yang sampai saat ini masih saya pegang, “Masa
studi itu jangan sampai menyentuh angka semester dua digit”. Semoga sahabat
bisa paham maksudnya. Maka pertimbangan orang tua menjadi bagian penting bagi
saya pribadi.
Dan
sampailah pada malam saat saya memutuskan berkonsultasi terkait Tugas Akhir dan
pengambilan mata kuliah. Dimulai dengan saya menyampaikan kondisi akademik saat
ini, beberapa rencana dan pilihan kedepannya terkait studi dan tugas akhir. Oya,
Lebih tepatnya saya berdiskusi ini hanya dengan Ibu karena Ibu memegang peran
penting dalam hidup saya. Dan menutup apa yang saya sampaikan dengan kata-kata,
“Baa Menurut Ma? (Bagaimana menurut Mama?). Ibu pun diam sejenak. Beliau pun berkata,
“Jalankan apo yang menurut Id rancak” (Jalankan apa yang menurut Id terbaik”.
Saya pun diam dan berpikir ulang. Kemudian bertanya terkait bidang studi Tugas
Akhir karena untuk ini masih merasa butuh pertimbangan. Ergonomi ataukah Teknik
Produksi dengan sedikit penjelasan. Ibu pun diam dan akhirnya menyampaikan
sesuatu yang bagi saya luar biasa. “Rancak Id Istikharah klo gitu” (Lebih baik
Id istikharah klo gitu), ungkap beliau. Jleg… Jawaban yang memang akan saya
lakukan. Dan begitulah jawaban terbaik. Dan Alhamdulillah dengan istikharah dan
akhirnya memantapkan pilihan maka bidang studi Teknik Produksi menjadi pilihan
saya untuk Tugas Akhir. Semoga inilah pilihan terbaik yang Allah berikan dan
menjadi jalan yang diridhoi-Nya.
Berikut
beberapa hal yang patut jadi ilmu bagi kita terkait Istikharah.
"Apabila salah
seorang diantar kalian berniat melakukan suatu urusan, hendaklah dia sholat dua
raka'at yang bukan fardhu kemudian hendaklah dia berdo'a: Allohumma..."
(HR Bukhori).
Oleh karena itu Imam
An-Nawawi berkata: "Istikhoroh disunnahkan dilaksanakan di segala kondisi
sebagaimana dijelaskan oleh Nash hadis di atas" (Al-Adzkar) hal tersebut
juga dikemukakan oleh Ibnu Hajar Al-Asqolani (Fathul Bari 11/184).
Caranya adalah sama
dengan shalat sunnah lainnya dua rakaat sekali salam. Dalam hadis tidak
dijelaskan bagaimana jawaban akan diberikan, meskipun Imam Nawawi dalam
kitabnya Al-Adzkar menyatakan hendaklah orang tersebut memilih sesuai dengan
pilihan hatinya (hatinya menjadi condong terhadap suatu pilihan setelah
sholat). Tetapi pendapat tersebut ditentang oleh sejumlah ulama karena hadis
yang menjadi rujukan Imam Nawawi adalah hadis dhoif sebagaimana kami akan
jelaskan di jawaban nomor tiga. para ulama hanya menegaskan bahwa jangan
memilih pilihan yang ada sebelumnya yang hanya berdasarkan kepada hawa nafsu
(Fathul bari 11/187).
Jadi yang seharus
dilakukan adalah, setelah kita melaksanakan sholat istikhoroh kita pilih mana
yang terbaik (berazam) dan meyerahkan segala urusannya pada Allah. Karena kalau
pilhan tersebut adalah pilihan yang terbaik, maka Allah akan memudahkannya bagi
orang tersebut dan akan memberkahinya. Tetapi jika hal tersebut adalah
sebaliknya maka Allah akan memalingkannya dan memudahkan orang tersebut kepada
kebaikan dengan idzin-Nya. (Bughyatul Mutathowwi' Fi Sholat At-Tathowwu' hal
105).
Wallahu a’lam bi
shawab
*Oya, tepat kemaren
Rabu, 13 Februari 2013 Dosen Pembimbing Tugas Akhir pun diumumkan. Dan saya
termasuk kelompok dengan pembimbing yang katanya penuh perjuangan. Yakinlah,
inilah pilihan terbaik yang Allah berikan.
Pdg 14.2.2013
*ditengah
perjuangan lain menyelesaikan tugas khusus Kerja Praktek
Idzkhir
al-Mu’adz
0 comments:
Post a Comment