Thursday, March 29, 2012

Da’wah memerlukan sebuah pengaturan yang rapi dan terkoordinir satu sama lain. Hal ini akan dapat dipahami ketika kita berhadapan dengan luasnya cakupan da’wah serta banyak dan beragamnya faktor-faktor yang mendukung maupun menghambatnya. Kejahatan yang terorganisir akan mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir. inilah yang kemudian mengharuskan adanya amal jama’i yang dalam lingkungan kampus terimplementasikan dalam bentuk Lembaga Da’wah Kampus (LDK).
Dalam perkembangannya, LDK menjadi perangkat sekaligus simbol gerakan da’wah di lingkungannya. Meskipun tidak secara keseluruhan, namun salah satu parameter yang penting di dalam menilai kondisi da’wah di kampus adalah maju atau mundurnya LDK yang bergerak di dalamnya. Dia adalah pusat syi’ar islam dan menjadi komponen yang tidak boleh lepas dalam keutuhan pergerakan islam. Posisinya sangat strategis, karena mahasiswa adalah tempat idealisme yang akan membawa arus perubahan dalam pembentukan peradaban di masa depan.
Secara umum, da’wah menyeru manusia kepada cahaya islam yang membawa kebaikan pada dunia. Namun dalam prosesnya, da’wah tidak pernah mudah. LDK juga tidak akan pernah lepas dari kesukaran dan hambatan-hambatan yang ada. Berbagai manufer harus dilakukan dan profesionalisme terus ditingkatan untuk mengatasinya. Dibalik semua hiruk-pikuk tersebut, tidak jarang seorang pelaku da’wah seakan lalai pada apa yang sedang dia perjuangkan dan terutama bagaimana seharusnya dia berjuang. Yang dimaksud adalah, sering kita menemukan banyak pelaku da’wah yang secara tidak sadar justru keluar dari nilai-nilai islam. Terlalu tajam bermanufer sehingga keluar dari lintasan. Mengapa ? karena tidak jarang kita memang tidak tahu dimana tepatnya batas lintasan yang benar.
Da’wah berpijak atas kaidah dan aturan. Untuk mencapai tujuan, tidak dengan menggunakan segala cara. Inilah salah satu yang akan menjadi pembeda antara da’wah ilallah dengan kepada selain-Nya. Untuk tetap berada pada lintasan yang benar, maka satu hal yang tidak boleh diabaikan adalah tentang kefahaman seorang pelaku da’wah tentang apa yang dida’wahkannya.
Kalau kemudian kita mencoba mengoreksi diri kita sendiri dalam batasan sebagai seorang aktivis da’wah kampus, kita akan mendapati banyak hal yang kurang benar. Dalam sebuah kepanitiaan misalnya, untuk sebuah kata ”fleksibilitas” tidak jarang kita mengorbankan hal-hal yang sebenarnya prinsip. Mungkin salah satu penyebabnya adalah ketika kita mencoba menggunakan ”Fiqih Prioritas”, sebenarnya belum jelas bagi kita hal apa saja yang seharusnya diprioritaskan. Dalam tataran personal, masalah-masalah tentang Idhafiyah dan terutama ’amaliyah, tidak sedikit pelaku da’wah yang belum begitu paham. Dan ketika berintegrasi dalam sebuah struktur keorganisasian yaitu LDK, masalah ini tidak hilang, namun sering tertutup oleh aktivitas da’wah sendiri yang notabene banyak menyita waktu dan tenaga.
Kita mungkin baru sadar adanya masalah ini ketika ada seorang mad’u bertanya tentang masalah ini dan itu atau hukum ini dan itu. Diam menjadi pilihan karena memang kita tidak paham. Paling tidak, tidak perlu berbicara tanpa ilmu. Sudah muncul kata kuncinya sekaligus inti masalahnya, yaitu ilmu. Kenyataannya adalah, banyak pelaku da’wah kampus yang bergerak tidak berdasarkan ilmu dinniyah yang memadai.
Sebab-sebab yang Mendasari :
1. Motivasi untuk berjuang yang terlalu dini
Yang dimaksud adalah, misal : Dalam suatu forum, seorang dengan penuh semangat menerangkan tentang ghozwul fikri, Palestina, Invasi ke Irak, Afganistan, Penjara Abu Gharib, Kristenisasi, dan sebagainya. Kemudian sampai pada kesimpulan bahwa umat islam harus bangkit untuk melawan semua itu agar tiada lagi fitnah di muka bumi dan agama hanyalah milik Allah semata. Seorang muslim tentu akan sangat termotivasi dengan ini, ingin segera berjuang, berda’wah, menjadi aktivis, dan masuk ke lembaga-lembaga da’wah islam. Hal ini bagus !
Masalahnya adalah, forum ini baru berlangsung satu bulan. Padahal belum juga diterangkan tentang tauhid, al wala’ wal bara’, fiqh sholat, thoharoh, akhlaq islami, dan lain-lain.
Inilah kesalahan, seorang pelaku da’wah terlanjur berlari padahal pijakannya belum kuat. Banyak kita temui hal seperti ini. Sebuah sikap yang terburu-buru. Memang secara kuantitas, hal seperti ini akan menghasilkan akselerasi kader yang tinggi.Namun adakah kita lupa saat sahabat bertanya : ” Apakah waktu itu jumlah kita sedikit wahai Rasulullah ?”. Aduhai, bukan buih yang akan membawa umat ini pada kejayaan.
2. Proses kaderisasi yang kurang tepat
Kaderisasi akan menjadi wasilah untuk menjamin kesinambungan da’wah. Karena Da’wah Islam adalah sebuah jalan yang panjang dan berproses dalam kurun waktu yang lama. Namun sering menjadi bias ketika kaderisasi hanya dipahami sebatas Open Rekruitmen dan pembagian amanah di tiap bidang, departemen, divisi atau apapun namanya. Menjadi bias pula ketika ProKer kaderisasi hanya dipenuhi oleh Training Kepemimpinan, Training Organisasi, Sosialisasi Lembaga, Training Aktivis Da’wah, Outbond, Mabit, dsb. Apalagi kalau kemudian kaderisasi hanya berkutat dan membatasi diri pada hal-hal yang berkenaan dengan lembaga yang menaunginya saja. Ashobiyah lembaga kalau saya bilang.
Kaderisasi adalah bagian dari struktur LDK yang paling bertanggung jawab pada kualitas kader. Kualitas yang dimaksud di sini adalah; yang pertama, kualitas dalam artian profesionalisme organisasi. Dalam fungsi ini, meskipun belum maksimal, namun lembaga kaderisasi Da’wah Kampus secara umum telah menempatkan diri pada posisi yang tepat. Yang kedua adalah kualitas dalam arti kafa’ah dinniyah, dan ini yang banyak terlalaikan. Ketimpangan semacam inilah yang menjadi masalah.
Perlu disadari, bahwa ikhwah yang menyatakan bergabung dalam wadah LDK adalah tidak dalam satu tingkat kefahaman yang sama. Sangat variatif, sehingga diperlukan adanya pembinaan untuk meng-upgrade yang masih di bawah dan menjaga yang sudah di atas. Di sinilah kaderisasi berperan. Sehingga LDK mempunyai fungsi da’wah ke luar maupun ke dalam. Para calon aktivis LDK tidak harus yang telah sempurnya keilmuan, ibadah, maupun akhlaqnya, namum minimal adalah orang-orang yang mempunyai keinginan dan kesungguhan untuk memperbaiki diri pada masalah-masalah tersebut. Sekali lagi, di sinilah kaderisasi harus dapat menjadi fasilitator. Namun ketika berbicara tentang kafa’ah dinniyah, peran kaderisasi masih terlalu minim. Hasilnya, kader kuat secara profesionalisme namun lemah dalam masalah ilmu dan kefahaman.
3. Terlalu sibuk dalam tataran organisasi dan melalaikan kewajiban tholabul ’ilmi
Hal ini merupakan akibat dari buruknya manajemen kader, sehingga seorang harus menangani dua, tiga, bahkan empat amanah sekaligus. Aktivis menjadi terlalu sibuk dengannya, dan tidak menyisakan waktu untuk sesuatu yang lain. Sayangnya, sesuatu yang lain tersebut justru sangat penting. Agenda kegiatan menjadi penuh dengan syuro, seminar, workshop, training, pelatihan dan tidak menyisakan tempat untuk tholabul ’ilmi. Walaupun dengan alibi berda’wah kepada manusia, hal ini tetap tidak bisa dibenarkan. Aktivis yang mengambil sikap seperti ini ibarat seseorang yang kemasukan kalajengking dalam bajunya, namun ia justru sibuk menghalau lalat yang menempel pada orang lain.
Kebanyakan dari kita terjebak dalam keadaan yang seperti ini. Sehingga justru mengherankan ketika didapati seorang ikhwah yang tidak punya amanah di tempat lain. Sistem seolah-olah mengharuskan hal ini. Walaupun akhirnya kembali juga pada diri aktivis itu sendiri. Kalau secara ekstrim, mengapa seorang aktivis LDK minta ijin tidak mengikuti syuro karena ada kuliah, namun jarang kita dengar aktivis LDK minta ijin karena ada kajian ? Keterbalikan prioritas yang semacam inilah yang sering menimbulkan kesalahan.
Akibat yang Mungkin Muncul.
Ketika seseorang bergerak atas nama da’wah islam, namun menyalahi kaidah-kaidah dan syariat islam sendiri, maka efek yang pertama muncul adalah tentang pandangan masyarakat. Lingkungan kampus sebagai mad’u secara umum adalah masyarakat ammah dengan tingkat kefahaman tentang islam yang masih belum mendalam. Dengan kedaan seperti ini, mereka tentu akan mencoba melihat islam dengan mengambil sampel personal. Seperti telah kita singgung sebelumnya, LDK adalah pusat syi’ar islam, sehingga merupakan ”populasi sampel” yang mudah diambil. Dengan keadaan sebagaimana dia atas, mad’u tentu tidak dapat bertindak selektif. Maksudnya, karena belum begitu paham tentang islam, mereka akan mengidentikkan seseorang (aktivis LDK) dengan islam. Baik aktivis yang bermasalah maupun yang tidak.
Apakah akan kita katakan : ”mad’u yang salah !” ? Tidak begitu, wajar kalau mereka bersikap demikian, sebaliknya kita yang harus mengoreksi diri. Karena ketika keadaan seperti ini tidak diluruskan, dan ketika masyarakat mengambil sampel yang salah, berarti kita telah menjadi fitnah atas mereka. Masyarakat akan semakin jauh dari islam, karena dalam persepsi mereka ada ketidakberesan dalam islam.
Walaupun sangat mungkin terjadi pula, dengan manufer yang kita lakukan, mad’u menjadi tertarik kepada islam. Namun ketika manufer tadi ternyata bertentangan dengan nilai-nilai islam, masalah menjadi semakin runyam. Sekarang kita tidak lagi hanya menjadi fitnah atas mad’u namun juga menjadi fitnah atas islam. Karena kita secara tidak langsung telah mengaburkan ajaran islam. Yang seharusnya haram, seolah-olah halal. Yang maksiat, seolah-olah mubah, bahkan kita menggunakannya sebagai perangkat da’wah. Yang jelas-jelas bid’ah, seolah-olah sunnah, dan seterusnya. Dalam kondisi yang parah, jangan-jangan kita telah menyesatkan mad’u.
Ikhwah fillah….
Da’wah kita adalah Rabbaniyah, Akhlaqiyah, Salafiyah dan kita menyerukan islam. Kita menyandarkan diri kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, membawa nilai kebenaran dalam sarana maupun tujuan, dan menjaga orisinalitas dalam pemahaman dan aqidah. Bukankan ini karakter da’wah kita ? Kita menyerukan suatu sistem yang utuh dan menyeluruh, yang dengannya jelas antara yang haq dan yang bathil, yang halal atas yang haram, dan antara tauhid dan kesyirikan.
Kita akan menyampaikan ”yang seperti itu” kepada manusia. Dan hendaknya kita selalu ingat, bahwa kita sedang membawa sesuatu yang besar. Bawaan yang sama yang diperjuangkan para Rasul. Bukan sesuatu yang main-main, namun harus diperjuangkan dengan penuh kesungguhan. Seseorang tidak dapat memberi ketika dia tidak memiliki. Maka bagaimana kita akan menyampaikan risalah agung ini, ketika kita tidak memahaminya ?
Wallahu ’alam
(sebuah tulisan dari Mas Anindito W.)

Posted on Thursday, March 29, 2012 by Akhdan Mumtaz

No comments

Dalam sebuah pertemuan singkat antara dua orang saudara yang saling bertanya kabar dan amanah.
A   : Bagaimana kabarnya?
B :Alhamdulillah baik bro. Lha.. kamu gimana?
A : Alhamdulillah sehat wal ‘afiat. Kelihatan sibuk nih sepertinya. Ada agenda lemabaga (organisasi)? Ngomong-ngomong.. gimana keadaan lembaga/organisasimu sekarang?
B : Luar Biasa. Seperti menatap masa depan yang lebih baik melihat generasi pengganti saya. Anggota lembaga (Kader) saya luar biasa aktif. Bahkan keaktifannya diluar bayangan saya karena mereka masih sangatlah baru. Apalagi beberapa agenda besar kedepan sudah  langsung dipegang oleh mereka. Meskipun statusnya baru masuk ke lembaga (organisasi) ini. 
A : Wah.. Baguslah kalau begitu. Mungkin inilah yang dinamakan akselerasi generasi dan kemampuan.

Dibagian lain dari latar cerita ini adalah sebuah sudut ruangan kampus. Dimana terdapat sebuah meja dan seorang bapak yang sedang duduk. Sambil menatap sebuah kertas berisikan huruf-huruf dan beberapa angka. Secari kertas evaluasi belajar semester pertama. Dihadapan sang Bapak duduk seorang anak, mahasiswa lebih tepatnya.   
X : Hm.. Mas, gimana kuliahnya sekarang?
Y : Baik dan sudah mulai lancar Pak..
X : Bagus kalo begitu. Kalo boleh tahu kenapa nilai Mas semester pertama bisa seperti yang tercantum disini Mas? (sambil menunjuk ke arah kertas tadi)
X : Banyak aktivitas Pak. Saya mendapat amanah/tanggungjawab ini, ini dan ini.........

Dalam plot yang lain, terdapat pernyataan sebuah kekhawatiran dari seorang pengampu peran sebagai orang tua di lembaga/organisasi tentang menghilangnya salah satu anggota aktifnya. Apalagi diindikasikan hal tersebut salah satunya dikarenakan faktor akademis yang rendah.  

Lalu apakah yang dapat dijelaskan dari fenomena ini? Bagi saya tidak lain dan tidak bukan dikarenakan faktor ketidakutuhan dalam memahami sebuah sistem pengkaderan. Bahwa terdapat berbagai sisi ketika seorang anggota (kader) itu aktif. Sedangkan keumuman peran kita sebagai pengampu peran pengkaderan hanyalah melihat dari aspek yang terlihat diluar. Maka inilah sesungguhnya yang menjadi sebuah kegagalan dalam sistem pengkaderan kita.

Jangan Pernah Bahagia Ketika Melihat Anggota (kader) Itu Aktif ketika kita belum bisa memastikan secara komprehensif kondisi mereka. Tentang bagaimana keluarganya, bagaimana kondisi akademisnya, bagaimana kondisi keimanannya, bagaimana kondisi semangat belajarnya, bagaimana kondisi ruhiyahnya, dan hal penting lainnya. Sebuah kenaifan ketika kita belum bisa memastikan, minimal menjaga mereka, akan tetapi justru  dengan bangganya memberikan tanggungjawab mereka untuk segera maju kedepan. Hanya dengan mempergunakan sudut pandang apa yang kita lihat. Bahwa mereka sangat bersemangat, sangat aktif bahkan hiperaktif.

Padahal kita tahu bahwa tanggungjawab yang diberikan itu adalah sebuah perkara besar. Hal yang sering teringat oleh saya untuk hal ini adalah sebuah pernyataan ringan dari seorang pendahulu. Yakni “Dan hendaknya kita selalu ingat, bahwa kita sedang membawa sesuatu yang besar. Bawaan yang sama yang diperjuangkan para Rasul. Bukan sesuatu yang main-main, namun harus diperjuangkan dengan penuh kesungguhan. Seseorang tidak dapat memberi ketika dia tidak memiliki. Maka bagaimana kita akan menyampaikan risalah agung ini, ketika kita tidak memahaminya?
Bukan bermaksud untuk mengurungkan niat pembinaan dan pengkaderan. Akan tetapi, hanyalah sebagai pengingat untuk para Ketua (Mas’ul), pengampu peran pengkaderan (Kaderisasi), pengampu peran bidang, dll. Bahwa Jangan Pernah Merasa Bahagia Ketika Melihat Mereka Aktif!!

Wallahu a’lam bi shawab. 

Posted on Thursday, March 29, 2012 by Akhdan Mumtaz

1 comment

Sunday, March 25, 2012

Setelah jum’atan rencana pun dilanjutkan. Ternyata rute awal yang telah disusun diawal memang berubah. Dari rute Asrama-Fakultas Pertanian-Maskam-Fotokopi (beli kertas buat ngeprint)-Asrama (edit+print)-Fakultas Peternakan (ketemu dosen+dekan)-LPPM-Mission Completed. Akhirnya memang bottleneck di asrama. Sehingga waktunya pun dihabiskan lebih banyak untuk menyelesaikan proposal di asrama. Nah, cobaan terkait pengeprint-an sedikit memperoleh solusi karena beberapa penghuni asrama ada diwaktu jum’atan. Sehingga dengan mengharap kemurahan hati sang pemilik printer akhirnya pengeprint-an pun terselesaikan. Alhamdulillah, satu pekerjaan selesai. Saatnya menuju pekerjaan lain yakni ketemu Dosen Pengusul, Dekan Fakultas & LPPM. Semangat-semangat !!!

Tidak berapa lama akhirnya ada juga anggota KKN yang bisa datang untuk mendampingi bertemu daftar-daftar nama yang tadi. Insya Allah segalanya dimudahkan.
Sejurus kemudian kami berangkat menuju sebuah fakultas dengan bangunan yang mungkin lebih baik dari kampus kami, hhe. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Kok bisa? KKN yang mayoritas dihuni ceritanya memperoleh Dosen Pengusul dari fakultas ini. Hm.. cukup panjang untuk diceritakan. Bahkan bisa menjadi satu tulisan tersendiri.

Ok.. sudah sampai dimana tadi? Oya, menuju Fakultas Peternakan. Sesampainya disana kami segera menuju ruangan sang dosen. Alhamdulillah beliau berada ditempat. Tanpa banyak diskusi, beliau langsung memahami dan segera menandatangani proposal kami. Satu daftar terselesaikan. Selanjutnya? Dekan Fakultas Peternakan.

Dag dig dug.. apakah beliau ditempat? Itulah sedikit kekhawatiran dalam pikiran kami. Karena keumuman pengurusan birokrasi yang pernah saya alami adalah menghabiskan waktu. Bisa jadi proposal ini baru akan selesai besok hanya karena sistem birokrasi yang berbeda.

Dan ternyata benar, ketika menghadap seorang Bapak Petugas Kesekretarian, Bapak tersebut berkata, “Sepertinya Pak Dekan akan ada rapat Mas. Jadi kemungkinannya bisa jadi besok”. Kami saling berpandangan (Eits.. bukan karena apa-apa layaknya drama-drama korea). Akan tetapi, karena menyadari bahwa batas pengumpulan adalan jam 15.00 WIB. Sedangkan ketika kami melihat jam, angka telah menunjukkan pukul 13.48 WIB. Maka satu-satunya hal yang kami lakukan adalah berkata, “Maaf Pak, batas pengumpulannya jam 3 ini Pak...”. “Oo.. begitu Mas. Kok pada suka dadakan ya?”, jawab bapak tsb.

Menyadari sempitnya waktu kami maka sang bapak memberi sedikit harapan dengan segera membawa proposal menuju ruang Pak Dekan. Kami pun mengikuti dan mengintip dari luar ruangan Pak Dekan. Dan dari kaca kecil dibagian tengah pintu kami pun memperhatikan. Ternyata Pak Dekan berada ditempat, Alhamdulillah. Dan dengan segera menyentuh map berisi proposal kami. Dag dig dug... Akhirnya dengan pena disaku beliau proposal itu ditandatangani. “Hore!!, teriak kami dalam hati. Alhamdulillah akhirnya permasalahan birokrasi fakultas dapat terlewati. Bahkan tidak hanya berhenti disana, Pak Dekan bahkan langsung membawa keluar ruangan menuju ruang kesekretariatan. Maka senyum kami pun semakin mengembang. Ternyata sistem birokrasi di fakultas ini sangat memudahkan kami disaat genting ini. Maka tanpa pikir panjang kami segera mengambil proposal, memperbanyak, dan mengesahkan. Next, our destination is LPPM UGM... Here we come J

Saat deru motor Vario ini berhenti diparkiran Rektorat, waktu telah menunjukkan pukul 14.30. 30 Menit waktu tersisa. “Alhamdulillah akhirnya bisa selesai”, ungkap kami. Dengan sangat tenang dan bangga kami pun menuju meja penyerahan proposal. Tapi.......ada sesuatu yang aneh. Ketika melihat rekan-rekan mahasiswa disekitar membawa proposal. Mereka juga terlihat membawa sebuah CD. Bukan CD film apalagi software gratis. Pikiran aneh kami pun coba ditepis. “Paling lampiran yang masih bisa disusulkan”, ungkap untuk menghibur diri.

Dan ketika kami serahkan proposal perjuangan itu, halamannya diperiksa. Kelengkapan diperiksa. Dan ternyata memang benar.
M         : CD Softfilenya mana Mas?
I           : CD softfile yang mana y Mbak? (tanpa ada rasa bersalah)
M         : Ya, CD sebagai kelengkapan. CD berisi pdf proposal dan borang kelompok KKN
I           : Hah? Ada persyaratan itu ya Mbak?
M         : Ada Mas. Pasti belum buka situs LPPM? Borangnya bisa didownload disitu  
I & F   : (melihat jam menunjukan pukul 14.45 WIB)
M         : Bisa kan Mas? Ditunggu ya sampai jam 3. Maksimal jam 15.40 lah
I & F   : (segera keluar ruangan dalam kondisi panik)

Saya panik bukan karena apa-apa. Melainkan karena jam setengah 4 juga ada deadline pengumpulan tugas praktikum. Sehingga tentunya harus bersiap-siap juga. Maka kami pun berpencar. Satu pergi untuk membeli CD Blank sedangkan saya membuat pdf proposal dan mendownload borang serta mengisinya. Berharap password UGM Hotspot “bajakan” dapat berguna di gedung rektorat. Dan masih dengan sedikit cobaan ternyata terdapat data dosen yang harus diisi. Sehingga saat rekan KKN yang membeli CD kembali pun kami tak kalah paniknya. CP-nya diisi apa ini? Maka satu-satunya cara adalah mempergunakan senjata sms dan telpon. Dan 14.59 WIB...kami pun tambah panik.

I           : Telpon mbak ini coba
F          : Ok.. (melakukan panggilan),. Halo mbak, bisa kirimkan no Bapak ini?
T          : Wah.. nggak punya e
F          : Coba tolong cari in nih Mbak. Penting ini buat pengajuran proposal

Menunggu beberapa menit untuk jawaban sms dan telpon tadi. Hingga akhirnya jawaban pun masuk. Alhamdulillah... softfile pun selesai. Siip.. Kami pun bergerak kembali ketemu mbak yang sebelumnya. Kali ini lengkap dengan softfile dalam bentuk CD.

I & F   :“Ok Mbak.. Sudah lengkap ini”, ungkap kami.
M         : Ok. Silahkan isi surat penerimaan proposal ini Mas. (Saya pun menuliskan nama, judul proposal, dll)
Hingga saat hendak dikembalikan.
M         : Ini belum lengkap Mas. Tolong isi lagi (saya pun kembali ke meja)
Setelah selesai dan ketemu mbaknya lagi
I           : Udah mbak. Masih ada yang kurang?
M         : (sambil bolak balik proposal). Ini kok ada copy-an yang tidak ada lampiran surat izin dari desanya?
I           : Sepertinya hanya sempat terlampir yang aslinya Mbak. (sambil mengeluarkan foto kopian surat izin)
M         : Nah.. itu ada. Pokoknya apa pun caranya surat itu bisa dilampirkan.

Kami pun mencari stapples untuk melampirkan surat itu. Dan “Huft...” akhirnya selesai. Alhamdulillah, akhirnya bisa bernapas lega untuk meninggalkan LPPM.
Tapi, tiba-tiba sms baru pun masuk.
Y         : “Id, kamu belum ngumpulin tugas lho..”.
I           : (dengan santai menjawab) “Bukannya jam 4 kan?”.
Y         : Reply pun masuk, “Itu yang perkelas dikumpul ke Asslab, sedangkan masing-masing orang maksimal dikumpul jam setengah 4”.
I           : Hah?.. (melihat jam sudah 15.20)

Maka kami pun bergegas menuju toko CD terdekat. Alhamdulillah diketemukan. Dan untuk memburn tidak ada pilihan lain selain melakukan burn data ditempat. Tidak terbayang sebelumnya beli ditempat sekaligus juga burn ditempat.

Dan kata “burn complete” pun akhirnya memberi nafas lega. Maka tindakan terakhir untuk menyelesaikan “Heroic Friday” ini adalah segera bergegas menuju kampus untuk mengumpulkan tugas. Dan tepat 15.30 tugas pun terkumpul persis setelah sms peringatan diterima, “Klo kamu belum ngumpulin 5 menit lagi, terpaksa aku tinggal. Biar kamu serahin langsung j ke Asslab sendiri tugasnya”. Sebuah akhir untuk perjuangan hari ini.

Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu Dustakan?
Tiada kata yang pantas selain bersyukur atas segala rahmat dan kemudahan aktivitas pada hari ini. Maka haruskah kita termasuk orang yang merugi?   

Posted on Sunday, March 25, 2012 by Akhdan Mumtaz

No comments

Thursday, March 22, 2012

The Presentation Secrets of Steve Jobs: How to be Insanely Great in Front of Any Audience, merupakan buku baru dari pelatih komunikasi dan kolumnis BusinessWeek, Carmine Gallo. Dia mengungkapkan teknik-teknik yang telah mengubah CEO Apple menjadi salah satu komunikator dunia yang paling luar biasa. Selama lebih dari tiga dekade, Jobs telah mengubah acara peluncuran produk menjadi sebuah bentuk seni.

15 Strategi Teknik Presentasi Ala Steve Jobs

1. Rencanakan dalam Bentuk Analog
Setiap presentasi Steve Jobs memiliki semua elemen dari sebuah film box office. Pahlawan dan penjahat, tampilan visual yang menakjubkan dan sebuah peran pendukung. Dan, seperti sutradara film, Steve Jobs menggunakan storyboard untuk menentukan plot presentasinya. Sebelum Anda menggunakan menggunakan perangkat digital dan membuka PowerPoint (atau Keynote untuk pengguna Macintosh), ambillah waktu untuk brainstorming, menggambar sketsa, atau menggunakan whiteboard. Ingatlah, inti dari teknik presentasi adalah Anda menghantarkan sebuah cerita kepada audiens. Slide hanya berfungsi untuk melengkapi cerita Anda. Teknik Presentasi Ala Steve Jobs nomor 1 : Rencanakan dalam Bentuk Analog.

2. Fokus pada Manfaat
Pendengar akan menanyakan pada dirinya sendiri sebuah pertanyaan: Mengapa saya harus peduli? Steve Jobs menjual manfaat di balik setiap produk atau fitur baru – dan dia menerangkannya dengan sangat jelas. Mengapa membeli iPhone 3G? Karena “iPhone 3G dua kali lebih cepat dengan harga setengahnya.” Apa yang begitu hebat pada Time Capsule? ”Semua foto, video, dan dokumen Anda yang tak tergantikan terlindung secara otomatis dan mudah untuk didapatkan kembali jika mereka hilang.” Teknik presentasi ala Steve Jobs ini juga tercermin dalam situs web Apple yang juga terus berfokus pada manfaat misalnya dengan menampilkan artikel “10 Alasan Mengapa Anda Akan Jatuh Cinta Pada Mac.” Tak ada yang peduli dengan produk atau layanan Anda. Mereka hanya peduli tentang bagaimana produk atau jasa Anda akan memperbaiki kehidupan mereka. Teknik Presentasi Ala Steve Jobs nomor 2 : Fokus pada Manfaat

3. Jual Mimpi, Bukan Produk
Steve Jobs tidak menjual komputer. Dia menjual janji akan dunia yang lebih baik. Dalam presentasinya, Steve Jobs bak seperti menciptakan pengalaman baru. Ketika Jobs memperkenalkan iPod pada tahun 2001, ia berkata, “Dengan cara kecil kami sendiri, kami akan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.” Ketika kebanyakan orang melihat iPod hanya sebagai pemutar musik, Jobs mempresentasikannya sebagai alat untuk memperkaya kehidupan orang-orang. Tentu saja tetaplah penting untuk memiliki produk yang hebat. Tapi gairah, antusiasme, dan perasaan akan tujuan yang lebih besar daripada produk yang sebenarnya akan membuat Anda dan perusahaan Anda menonjol dibandingkan kompetitor Anda. Teknik Presentasi Ala Steve Jobs nomor 3 : Jual Mimpi, Bukan Produk.



4. Buat Judul yang Twitter Friendly
Bisakah menggambarkan produk atau layanan dalam 140 karakter? Steve Jobs menciptakan judul atau deskripsi untuk setiap produk dan setiap judul itu dapat dengan mudah masuk di posting Twitter. Misalnya, ketika Jobs memperkenalkan MacBook Air pada Januari 2008, ia menggambarkannya dengan frase: “notebook tertipis di dunia.” Satu kalimat itu berbicara banyak hal. Steve Jobs akan memberikan detail produknya dalam presentasinya dan dalam situs web Apple, tetapi ia menentukan satu kalimat positioning untuk setiap produknya. Teknik Presentasi Ala Steve Jobs nomor 4 : Buat Judul yang Twitter Friendly.

5. Tentukan Tokoh Antagonis
Dalam cerita-cerita klasik, superhero selalu berkelahi dengan penjahat. Hal yang sama berlaku dalam teknik presentasi Steve Jobs. Pada tahun 1984, penjahatnya adalah IBM yang dikenal sebagai “Big Blue”. Sebelum Jobs memperkenalkan iklan televisinya yang terkenal pada tahun 1984 kepada sekelompok tenaga penjualan Apple, ia menciptakan sebuah cerita yang dramatis di sekitarnya. ”IBM menginginkan segalanya,” kata Jobs. Apple akan menjadi satu-satunya perusahaan yang berani mencegahnya. Cerita itu sangat dramatis dan orang-orang menjadi tergila-gila pada Apple. Pakar branding Martin Lindstrom mengatakan bahwa merek besar dan agama memiliki sesuatu yang sama: ide menaklukkan musuh bersama. Menciptakan tokoh penjahat memungkinkan audiens untuk bergerak bersama sang superhero: produk Anda. Teknik Presentasi Ala Steve Jobs nomor 5 : Tentukan Tokoh Antagonis.

6. Gambarkan Peta Jalannya
Steve Jobs memberikan batasan cerita (outline) pada awal setiap presentasinya. Dalam sebuah acara musik pada tanggal 9 September 2009, Jobs mengatakan kepada penonton bahwa dia akan berbicara tentang tiga produk: iPhone, iTunes, dan iPod. Sepanjang presentasi ia selalu memberikan penanda-penanda verbal untuk membantu pendengar mengikuti alur ceritanya. Misalnya setelah ia selesai menjelaskan tentang iPhone ia berkata, “iPhone. Hal pertama yang saya ingin bicarakan hari ini. Sekarang, mari kita beralih ke yang kedua, iTunes.” Penanda verbal menjaga pendengar supaya tetap berada di jalur ceritanya. Teknik Presentasi Ala Steve Jobs nomor 6 : Gambarkan Peta Jalannya.

7. Buat Slide Visual
Produk-produk Apple mudah digunakan karena mereka menghilangkan kerumitan. Itu adalah filosofi desain yang juga berlaku untuk setiap teknik presentasi Steve Jobs. Tidak ada bullet point dalam presentasinya. Sebaliknya Jobs menggunakan foto dan gambar. Ketika rata-rata slide PowerPoint memiliki 40 kata, sulit untuk menemukan tujuh kata pada 10 slide presentasi Steve Jobs. Teknik presentasi ini didasarkan pada gagasan bahwa informasi lebih efektif diingat ketika teks dan gambar digabungkan. Misalnya, ketika Steve Jobs meluncurkan Macbook Air, laptop ultra-tipis Apple, ia menunjukkan slide gambar yang memperlihatkan Macbook Air masuk dengan pas ke dalam sebuah amplop manila. Sebuah gambar yang bernilai seribu kata. Steve Jobs pernah berkata, “Simplicity is the ultimate sophistication.” (Kesederhanaan adalah kecanggihan tertinggi.) Jadilah canggih. Jagalah supaya tetap sederhana. Teknik Presentasi Ala Steve Jobs nomor 7 : Buat Slide Visual.


8. Patuhi Peraturan 10-Menit
Para ilmuwan syaraf telah menemukan bahwa otak menjadi lelah setelah 10 menit presentasi. Dengan kata lain, tidak peduli seberapa menariknya pembicara, penonton akan cenderung menjadi abai setelah sekitar 10 menit. Presentasi Steve Jobs berlangsung sekitar 1,5 jam, tapi setiap 10 sampai 15 menit, ia mengistirahatkan presentasinya dengan video, demonstrasi atau pembicara tamu. Dia tidak memberikan waktu kepada pendengarnya untuk menjadi bosan. Teknik Presentasi Ala Steve Jobs nomor 8 : Patuhi Peraturan 10-Menit.

9. Buatlah Angka Menjadi Mudah Dibayangkan
Dalam setiap presentasi Apple, angka-angka dimasukkan ke dalam konteks untuk menerangkan maknanya pada audiens. Pada 9 September 2009, Wakil Presiden Apple Phil Schiller mengatakan bahwa 220 juta iPod telah terjual hingga saat itu. Dia menempatkan jumlah tersebut ke dalam konteks dengan mengatakan bahwa hal itu mewakili 73% dari pasar. Dia menjelaskan lebih jauh lagi — sekaligus memberikan sebuah pukulan jab pada kompetitor — dengan mengatakan bahwa Microsoft (MSFT) tertinggal jauh di belakang dengan pangsa pasar hanya 1% nya. Schiller belajar teknik presentasi ini dari bosnya, Steve Jobs yang selalu menempatkan angka-angka ke dalam konteks yang mudah dibayangkan pendengarnya. Teknik Presentasi Ala Steve Jobs nomor 9 : Buatlah Angka Menjadi Mudah Dibayangkan.

10. Gunakan Kata-kata yang Sederhana
Steve Jobs menggambarkan kecepatan 3G pada iPhone terbaru dengan kata “amazingly zippy.” Ketika kebanyakan presenter bisnis menggunakan kata-kata yang terlalu teknis, tidak jelas, atau membingungkan, bahasa Jobs sangatlah sederhana. Dia jarang, jika memang pernah, menggunakan jargon yang menutupi inti presentasi seperti “best of breed” atau “synergy.” Bahasanya sederhana, jelas, dan langsung. CEO legendaris General Electric (GE) Jack Welch pernah berkata bahwa seorang manajer yang merasa tidak nyaman dalam presentasinya biasanya menciptakan kompleksitas untuk bermain aman. Pancarkan keyakinan: berbicaralah dengan sederhana. Teknik Presentasi Ala Steve Jobs nomor 10 : Gunakan Kata-kata yang Sederhana.

11. Berbagi Panggung
Steve Jobs sangat identik dengan Apple tetapi presentasinya jarang menjadi one man show. Jobs selalu berbagi panggung dengan mitra bisnis, musisi, dan karyawannya. Pada bulan Oktober 2008, Jobs mengundang kepala desain Apple, Jonathan Ive, untuk memberikan kepada penonton sebuah tutorial tentang bagaimana Apple menciptakan sebuah body notebook Apple dari selembar aluminium. Jobs dapat memberikan informasi itu sendiri, tapi ia memberikan panggungnya kepada orang lain yang memiliki peran atau perspektif yang unik. Teknik Presentasi Ala Steve Jobs nomor 11 : Berbagi Panggung.

12. Gunakan Alat Peraga
Selain latar belakang visual/slide presentasi yang menakjubkan, Steve Jobs menggunakan alat peraga untuk bercerita. Setelah memperkenalkan produk atau fitur baru, Jobs sering duduk di depan komputer atau mengambil iPhone dan menunjukkan cara kerjanya. Ini adalah demonstrasi yang sederhana, tetapi seringkali sangat dramatis. Ketika Jobs memperkenalkan Macintosh pada tahun 1984, dia berjalan ke tengah panggung yang gelap dan perlahan-lahan menarik komputer dari dalam tas hitam. Dia menarik sebuah floppy disk dari sakunya, perlahan-lahan dimasukkan ke dalam komputer, dan berjalan pergi dengan komputer hidup kembali. Teknik Presentasi Ala Steve Jobs nomor 12 : Gunakan alat peraga.


13. Rencanakan Sebuah Momen yang Menakjubkan
Selalu ada satu momen dalam presentasi Steve Jobs yang merupakan momen yang menakjubkan, satu bagian dari presentasi yang akan dibicarakan oleh setiap orang. Momen menakjubkan ini benar-benar dipersiapkan skripnya jauh-jauh hari. Misalnya ketika Jobs meluncurkan MacBook Air, laptop super tipis dari Apple, ia mengambil laptop Macbook Air itu dari dalam sebuah amplop kertas yang biasa digunakan di kantor untuk menunjukkan betapa tipisnya laptop itu. Ini adalah sebuah momen dalam acara Macworld 2008 yang selalu diingat oleh semua orang. Teknik Presentasi Ala Steve Jobs nomor 13 : Rencanakan Sebuah Momen yang Menakjubkan.

14. Praktek. Banyak-banyak Praktek.
Steve Jobs menghabiskan waktu berjam-jam untuk melatih setiap segi presentasinya. Setiap slide ditulis dengan hati-hati, setiap presentasi dipentaskan seperti sebuah penampilan teater. Steve Jobs membuat presentasinya terlihat mudah dan alami, tapi presentasi cemerlang itu adalah hasil dari berjam-jam praktek yang melelahkan. Saya tidak percaya Steve Jobs adalah seorang presenter alami. Jika Anda menonton klip video dari presentasinya 20 tahun lalu, Anda akan melihat bahwa kemampuannya meningkat secara signifikan setiap dekade. Steve Jobs tahun 1984 memiliki banyak karisma tetapi Steve Jobs tahun 1997 adalah pembicara yang jauh lebih mengkilap. Steve Jobs yang memperkenalkan iPhone pada tahun 2007 bahkan lebih baik lagi. Teknik Presentasi Ala Steve Jobs nomor 14 : Praktek. Banyak-banyaklah Praktek.

15. Memakai Pakaian yang Tepat
Steve Jobs bisa saja memakai kaos turtleneck hitam, celana jeans biru, dan sepatu lari karena, sederhana saja, ia telah sampai pada posisi dimana ia berhak untuk berpakaian seperti yang dia inginkan. Tapi gaya berpakaian Steve Jobs ternyata juga sangat sesuai untuk setiap konsumen produk-produk Apple: kasual dan sophisticated. Pada prinsipnya, berpakaianlah dengan baik dan sesuai dengan audiens Anda. Jangan buat orang memalingkan diri dari Anda sebelum Anda berbicara hanya karena cara Anda berpakaian buruk ! Teknik Presentasi Ala Steve Jobs nomor 15 : Pakailah Pakaian yang Tepat.

Satu hal lagi dalam teknik presentasi ala Steve Jobs: Bersenang-senanglah!
Steve Jobs membuat setiap presentasi tampak sangat menyenangkan. Pada presentasi acara Macworld di bulan Januari 2007, alat presentasi Jobs error sehingga gagal memajukan slide. Bukannya kebingungan, Jobs berhenti sebentar dan menceritakan sebuah cerita lucu tentang saat ketika ia dan “Woz” (co-founder Apple Steve Wozniak) membangun sebuah perangkat pengacau sinyal TV dan bersenang-senang mengacaukan sinyal TV di asrama Wozniak di UC Berkeley. Setelah slide presentasinya selesai diperbaiki, Jobs melanjutkan presentasinya seolah-olah semuanya telah direncanakan. Dia tersenyum, tertawa, dan tampaknya benar-benar menikmati dirinya di atas panggung.



Posted on Thursday, March 22, 2012 by Akhdan Mumtaz

1 comment

Wednesday, March 14, 2012

“Orang pilihan kami tahun ini adalah Bayi Perokok dari Indonesia”, ungkap sebuah acara stasiun TV luar negeri dalam membuka acaranya. Hal yang tentunya sangat mafhum bagi kita ketika mendengar pernyataan ini. Dikarenakan berita ini pernah menjadi headline berita selama beberapa hari di berbagai media nasional bahkan dunia. Yakni berita tentang Aldi Rizal, bayi berumur 2 tahun yang dikenal sebagai The Smoking Baby from Indonesia oleh dunia.

Mungkin berita ini tidaklah terlalu asing ketika kita mencoba untuk melihat beberapa data. Ketika peringatan Hari Anti Tembakau Se-Dunia September 2011, Menteri Kesehatan bahkan menyatakan bahwa Indonesia masih menjadi negara terbesar ke-3 dalam jumlah perokok di dunia. Bahkan angka yang meningkat adalah jumlah perokok pemula yang berusia muda seperti 10-14 tahun, demikian juga usia 15 tahun. Hal yang sangatlah wajar karena bayi berumur 2 tahun saja sudah bisa merokok. Ini pun berkesesuaian dengan data survey Deputi Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan yang menyatakan bahwa 13,63% perokok di Indonesia mulai merokok sejak usia 7 tahun. Dan berdasarkan survey Departemen Kesehatan, sekitar 141,44 juta jiwa, artinya terdapat sekitar 1,92 juta anak usia 7 hingga 18 tahun yang menjadi perokok.

Lalu apa yang patut kita diskusikan terkait hal ini? Bagi masyarakat ilmiah tentunya sangatlah memahami akan bahaya merokok. Dimana rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia toksik dan 43 bahan penyebab kanker (karsinogenik). Zat aditif yang terkandung bukanlah zat yang sama dengan zat aditif yang terdapat dalam produk lain. Akan tetapi, zat aditif ini merupakan zat-zat yang menjadi penyebab berbagai macam penyakit. Terutama sebagai karsogenik, penyebab kanker. Sehingga harusnya hal ini telah menjadi perhatian dan diskusi bersama.

Namun, realitanya adalah fenomena kesadaran ini baru tertinggal sebatas pengetahuan. Padahal di negara asal produk ini dipopulerkan produk ini telah menjadi hal yang ditinggalkan bahkan dipaksa untuk ditinggalkan. Sebagai contoh, New York menerapkan Pajak Sin sehingga harga rokok menjadi sangat mahal yakni $12. Kebijakan ini dalam usaha  untuk mencegah konsumen merokok. Bahkan Walikota New York menyatakan kebanggannya. “Kita tidak lagi banyak melihat orang-orang merokok diluar bar dan restoran. Kalaupun ada maka mereka akan menyembunyikan rokoknya ketika kita melewatinya karena malu”, ungkapnya.

Bagaimana dengan Indonesia? Hal yang terjadi justru rakyat Indonesia senantiasa dikelingi dengan atmosfer merokok. Semua iklan tentang rokok bahkan membentang dari Sabang hingga Merauke ibarat sebuah “kesatuan” negara. Ketika akses jalan belum menjamah daerah tersebut maka iklan rokok bentuk papan, poster, dsb telah lebih dahulu hadir. Iklan rokok sudah ibarat bendera pertama yang ditancapkan para pendaki gunung ketika mencapai puncak yang belum pernah dijamah manusia.

Dan fenomena lain yang menjadi tren dewasa ini adalah atmosfer kehadiran rokok di institusi-institusi akademis. Bukan karena mahasiswa ataupun civitas akademika yang merokok. Akan tetapi, hadir dalam wujud Corporate Social Responsibility atau CSR. Bentuk program CSR ini beragam dari pendanaan, sponsorship, dll. Padahal institusi akademis seharusnya terlepas dari hubungan dengan rokok. 
Menurut PP nomor 19 tahun 2003 pasal 22 menjelaskan, tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja  dan tempat yang secara spesifik sebagai lokasi proses belajar mengajar, tempat ibadah dan angkutan umum dinyatakan sebagai kawasan tanpa rokok. Oleh karena itu, sudah seharusnya semua institusi akademis terlepas dari hubungan dengan perusahaan rokok dalam bentuk apapun. Baik dalam bentuk nyata wajah perusahaan rokok atau bentuk-bentuk lain yang sesungguhnya masih atas nama perusahaan rokok.  

Faktor yang memperkuat hal ini bukanlah terkait apa hal dibalik CSR itu sendiri. Melainkan terdapat sebuah peran psikologis yang secara tidak langsung membuat kalangan akademik untuk merokok. Hal ini terlihat dari survey yang dilakukan oleh pemerintah Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Dimana hasil survey tersebut menyatakan bahwa penyebab semakin banyaknya anak-anak yang merokok adalah banyaknya beredar iklan-iklan rokok. Maka inilah yang mempengaruhi anak-anak secara tidak langsung diluar kuasa orang tua mereka.  

Dan apabila dipahami makna dari CSR sendiri maka akan ditemukan beberapa penjelasan.
Menurut The World Business Council for Sustainable Development, Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan, komunitas lokal, dan komunitas secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.
Dan Sankat dan Clement dalam Rudito dan Famiola juga mendefinisikan CSR sebagai komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk meningkatkan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komunitas lokal, dan komunitas luas.

Sehingga secara umum, CSR dapat didefinisikan sebagai bentuk kegiatan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat melalui peningkatan kemampuan manusia sebagai individu untuk beradaptasi dengan keadaan sosial yang ada menikmati, memanfaatkan, dan memelihara lingkungan hidup yang ada.

Dari definisi ini tersendiri dapat digarisbawahi beberapa kata yakni meningkatkan kualitas kehidupan. Sejatinya kualitas kehidupan dapat ditingkatkan dengan kesehatan. Hal yang terkandung dari kata “Men Sana In Corpore Sano”, didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Akan tetapi, perkiraan yang terjadi adalah dalam abad ini rokok akan membunuh 1 milyar orang. Dan 80%-nya berasal dari negara berkembang, termasuk Indonesia. Sehingga adalah sebuah fakta untuk segera dihentikan setiap hal yang menyebabkan rokok menjadi lazim untuk dikonsumsi. “Karena rokok adalah pembunuh terbesar dan pembunuh yang paling dapat dicegah”, ungkap Walikota New York.

Dan salah satu pencegahan terhadap hal ini adalah menjauhkan rokok dari institusi-institusi akademis. "Jangan sampai nanti ada Fakultas Kedokteran, bikin rumah sakit, tapi disponsori rokok", ujar Dr Imam B Prasodjo, pakar sosiologi UI. Ungkapan ini menjadi sebuah pertanyaan besar bagi setiap kerjasama dengan perusahaan rokok dalam bentuk apapun. Termasuk agenda-agenda kampus, prasarana kampus, dll yang pada akhirnya melibatkan setiap civitas akademika dalam kampus.

Penasehat Komnas Pengendalian Tembakau ini juga menyatakan bahwa banyaknya spanduk dengan label rokok di perpustakaan kampus universitas, tak berbeda dengan mempromosikan rokok di kalangan institusi pendidikan. Beberapa fakta yang menjadi cuplikan ini diantaranya ketika rokok bisa masuk melalui iklan di sekolah, kegiatan seni, beasiswa pelatihan guru dan sebagainya. Bahkan di beberapa sekolah iklan rokok bisa dilihat terpampang di ring basket, lapangan, atau pun di dinding panjat tebing di halaman sekolah.

Sehingga ketika rokok masuk kampus apakah hal ini sebuah Corporate Social Responsibility? Maka ketika justru hal ini layaknya sebuah promosi dalam bentuk lain maka ini bukanlah sebuah Social Responsibility. Karena mempromosikan berarti menjerumuskan kepada pembunuh dunia terbesar. Adalah sangat bijak ketika segala bentuk bantuan atas nama CSR tidaklah melabelkan nama, logo dari perusahaan rokkok tersebut. Tentunya apabila kerjasama CSR ini murni sebuah Social Responsibility. Dan bentuk kerjasamanya pun haruslah kerjasama yang mendidik. Bukan memberi dampak baru bagi para civitas akademika yang tidak kalah lebih berbahayanya dari mengkonsumi rokok.  

REFERENSI

Rokok Masuk Sekolah. http://amti.or.id/2011/02/rokok-masuk-sekolah/


Menkes: Indonesia Juara 3 Dunia untuk Jumlah Perokok. http://news.okezone.com/read/2011/09/26/337/507340/menkes-indonesia-juara-3-dunia-untuk-jumlah-perokok


Lebih dari 43 juta Anak Indonesia Perokok Pasif. http://kominfonewscenter.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1388:lebih-dari-43-juta-anak-indonesia-perokok-pasif&catid=36:nasional-khusus&Itemid=54


Pakar: Jangan Ada Promosi Rokok di Lingkungan Pendidikan. http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/09/29/lsa5po-pakar-jangan-ada-promosi-rokok-di-lingkungan-pendidikan

Posted on Wednesday, March 14, 2012 by Akhdan Mumtaz

No comments

Friday, March 9, 2012


Part 2 “The Heroic Day”

9 Maret 2012,. Puncak Pengajuan proposal KKN PPM 2012. Dan puncak juga bagi para deadliner tugas seperti kami (benar nggak ya? *rada nggak yakin kalo pada setuju). Setelah agenda rutin subuh di asrama akhirnya pagi itu mencoba melanjutkan apa yang sejenak dilupakan malam tadi.

Dimulai dari apa? Tentunya dimulai dari melihat HP menunggu balasan sms tadi malam, hhe.. Dan ternyata yang terlihat masih tulisan operator selular dan jumlah sinyal. Ok. Lanjutkan penyelesaian tugas deadline sore ini dulu berarti, tugas promodel praktikum simulasi. Build location, build entity, build resource, build arrival hingga build process diakhiri dengan simulation dan run. Ok finish. Tinggal di save as....

Lalu? Lihat HP lagi. Krik krik krik krik....... Nah, sentuh proposal lagi. Tidak hentinya scroll diganti ke atas dan ke bawah untuk mengecek melihat masih ada yang kurang. Dan yang masih saya lihat adalah Lembaga Mitra.

Lalu apa? Tentu saja kirim pesan singkat. Waktu sudah menunjukkan jam 6.55 pagi. “Mas, gmn akhirnya terkait mitra?”.. sent. Terkait surat dari Kades juga belum ada jawaban (* masih bersabar menunggu). Akhirnya 7.06 jawaban diterima kalo surat sudah dipegang salah satu anggota KKN. Maka selanjutnya? Tentu saja kirim sms kepada yang memegang surat. List yang juga belum selesai semalam adalah tentang janji ketemu dosen.

Hingga telpon masuk pun diterima. “Maaf, bapakny bisany jam 9 s.d. 10 sedangkan saya ada kuliah dan kuis”. Ok. Sudah ada titik terang tinggal menyusun rencana untuk maju menuju LPPM. Maka urutannya adalah :

- Selesaikan proposal sebelum jam 9 (asumsi tidak ada mitra karena belum ada jawaban)
-      -  Ambil surat izin dari yang kemaren megang
-      -  Ketemu dosen untuk tanda tangan (dengan harapan Dekan juga berada di tempat)
-      -  Go to LPPM (Lancar Insya ALLAH.. Aamiin...)

Strateginya adalah meminta salah satu rekan yang tahu siapa dosen pendamping untuk nanti keluar kelas pas jam kuliah. Disepakati nanti jam 9.30 keluar kelas untuk ketemu dosen. Sehingga sebelum jam 9.30 saya harus bisa mengambil surat izin Kades dan selesai memprint proposal.

Dan rute yang saya susun adalah Asrama-Fakultas Pertanian-Maskam-Fotokopi (beli kertas buat ngeprint)-Asrama (edit+print)-Fakultas Peternakan (ketemu dosen+dekan)-LPPM-Mission Completed. Sip.. rute 1, 2, dan 3 berhasil. Hingga saat berada di Rute 4 untuk edit dan print tiba-tiba sebuah pesan singkat masuk. “Dri, RCDC M*T* bisa sebagai mitra KKN”. Sip.. Alhamdulillah akhirnya dapat mitra. Eh.. tapi kok nama mitranya agak beda ya? Maka jawaban yang saya berikan pun adalah “Profilny sama dengan profil M*T* kan Mas? Suratnya gimana?” (dengan santai untuk langsung buka file lama dan segera copas). Balasan pun diterima “Beda, coba search di internet”.. Hah?? Search di internet? (sambil melihat jam sudah menunjukkan 9.20). Padahal sudah janji ketemu dosen jam segitu.

Maka “the power of kepepet” pun coba dimaksimalkan. Segera edit proposal lagi untuk menambah materi proposal. Hingga profil lembaga mitra pun selesai. Tapi kok masih ada yang kurang ya?. Tanpa pikir panjang langsung telpon.
I : “Mas, dana yang kita cantumkan di proposal berapa ya? Soalnya kan kita sudah punya mitra”.
F : “Tulis saja sementara 10 Dri”.
I : Ooo.. gitu. Ok Mas.

Mata pun tertuju segera menuju rancangan dana. Dan ketika menulis angka 10, ternyata.. Rancangan dana itupun langsung berkurang drastis. Sehingga ajuan dana kita menjadi seolah sedikit sekali (Jadi serba salah untuk kasus ini). Maka satu-satunya cara adalah edit rancangan anggaran. Beberapa poin di edit tapi ternyata tidak terlalu berpengaruh signifikan. Dan sms pun masuk.. “Jadi ketemu dosen gag?”. Lalu melihat jam, ternyata sudah menunjukkan jam 9.39. Waduh..  sudah lewat perjanjian awal. Maka printer pun segera diambil. Kertas yang tadi dibeli pun dipasang. Tombol ON.. Melihat ke monitor. Dan Ctrl+P (Print) dan Enter. Kertas pertama keluar, lanjut kedua, ketiga hingga ke lima... Ternyata tintanya habis.. Semakin kalut.. Ditambah telpon pun masuk.
C : “Jadi nggak ketemu Bapaknya. Dah dekat jam 10 lho“
I : “Maaf, ada yang harus di edit” (sambil melihat jam sudah 9.57 yang ternyata udah telat)
     “Bisa tolong hubungi Bapaknya nggak? Karena kita emang jadinya terlambat” 
C : Tunggu saya coba tanya.

Sabar, Pasrah dan Tawakal, mengingat-ingat materi kajian kemaren. Mungkin inilah waktu ketika kita harus menguji setiap ilmu yang kita peroleh.
Hm.. tapi tetap harus berusaha hingga detik terakhir. Maka alternatif selanjutnya adalah pindah memprint ke kamar sebelah. Cari kunci, buka pintu, masuk dan langsung pake printer. Perintah yang tadi pun diulangi. Tombol ON.. Melihat ke monitor. Dan Ctrl+P (Print) dan Enter. Kertas pertama keluar, lanjut kedua...................................(tinta ternyata juga habis). Ya Allah.. Telpon pun masuk untuk segera saya jawab
I : Gimana kata bapaknya?
C : Ya udah tidak apa-apa kata bapaknya. Setelah jum’atan saja ketemu bapaknya diruangan.
I : Alhamdulillah
C : Eh.. tapi saya tidak bisa dampingi yo.. Cari teman yang lain karena ada praktikum.
I : Ya udah gpp. Lanjutkan.

Maka sedikit ada kesempatan untuk memperbaiki rancangan proposal tadi. Nah, ketika melihat rancangan dana, kembali berpikir ulang. Apa yang harus dirubah?. Ok. Alternatif selanjutnya adalah...? Buka HP mencari bantuan (ini mendekati syirik juga kalo setiap ada masalah buka HP).. Pertanyaannya adalah “Adakah yang bisa kumpul menjelang waktu jum’atan untuk mengedit proposal”. Dan untuk beberapa menit jawaban pun masih sunyi.. Krik krik krik krik............

Lanjutkan dana dan profil lembaga mitra. Ternyata memang masih kurang data penanggungjawab dan pengurus hariannya. Hasil searching ternyata berbeda dengan yang seharusnya. Hingga yang kembali dilakukan adalah sms. “Mas, siapa PJ lembaga mitranya?”.. Jawaban masuk cukup lama. Ternyata penyebabnya adalah sms inbox yang sudah terlalu banyak. Padahal HP Ukhuwah ini masih baru dipake selama dua hari. Dr. Warsito, nama yang tidak asing bagi saya adalah PJ-nya. Dan Mas Yudha Ichdiyani merupakan koordinator dari lembaga mitra tersebut. Ok. Semangat..!! Setelah cukup tenang, ternyata malah didatangi pesan singkat lain.. “Khatib Jum’at hari ini siapa?”.. Hah, saya lupa untuk memastikan siapa yang harus jadi khatib Jum’at di Masjid asrama (Masjid At-Taubah Lembaga Pendidikan Insani). Maka jawaban singkat saya hanyalah “Maaf, terlupa karena ngurus proposal KKN”..


Dan alhamdulillah setelah cukup yakin. 11.30 perjuangan edit proposal pun usai. Saatnya bersiap menuju Jum’atan.

to be continued

Posted on Friday, March 09, 2012 by Akhdan Mumtaz

No comments