Friday, January 27, 2012
Hal yang mungkin harus kita renungkan dalam setiap kondisi kita. Karena keengganan untuk pulang merupakan bagian dari bagaimana kita memahami diri kita sendiri. Padahal sesungguhnya kecenderungan setiap pribadi itu adalah ingin pulang menuju kampung asalnya. Layaknya seorang narapidana yang berada dalam penjara. Dimana perasaan yang hadir pada narapidana tersebut disetiap pergantian waktu adalah sebuah kebahagiaan karena dia akan segera pulang. Akan tetapi, kenyataannya adalah tidak sedikit dari kita yang enggan untuk pulang. Eits.... akan tetapi pulang yang menjadi pembahasan disini adalah keengganan pulang menuju “kampung asal” kita.
Nah, apa sajakah penyebab keengganan atau kemalasan kita untuk pulang? Tidak lain diantaranya dikarenakan faktor-faktor berikut:
1. Dalam keadaan letih
Apakah yang menyebabkan keadaan ini? Yakni karena niat dan tujuan kita yang salah. Sehingga yang hadir dalam perjalanan adalah keadaan letih. Dampaknya tentu saja tidak bisa merasakan indahnya setiap perjalanan pulang.
2. Kekurangan bekal untuk pulang
Penyebab faktor ini adalah terlalu mencukupkan diri dengan hal seadanya pada waktu sebelum-sebelumnya. Sehingga ketika sudah datang waktunya untuk pulang, ternyata kondisinya adalah tidak ada cukup bekal untuk berangkat. Hal yang tentu berbeda ketika kita telah mempersiapkan bekal dari sebelum-sebelumnya.
Akibat dari hal ini adalah kondisi yang terombang-ambing dalam ketidakpastian untuk berangkat pulang.
3. Masih memiliki beban untuk ditinggalkan
Faktor yang menjadi beban ini bisa banyak hal. Diantaranya rasa nyaman berada ditempat saat ini sehingga menjadi berat untuk ditinggalkan. Bahkan mencintai apa yang ada diperantauannya secara berlebihan bahkan melebihi apa yang ada dikampung asal sehingga berakibat sangatlah berat untuk ditinggalkan. Akibat lanjut dari hal ini adalah jatuh bangun dalam perjalanan pulang dengan beban tersebut.
4. Terpengaruh lingkungan saat ini
Dampak lingkungan yang “meracuni” tujuan awal sehingga berubah. Dapat diilustrasikan dengan kondisi ketika tujuan awal kita diperantauan adalah pendidikan berubah menjadi ketidakpedulian dengan pendidikan karena berada dilingkungan yang memandang pendidikan tidak penting.
Ilustrasi faktor-faktor diatas sesungguhnya dapat kita renungkan dengan keengganan kita untuk pulang ke kampung asal kita, yakni kampung akhirat Bro & Sist.... Karena sesungguhnya mau tidak mau, kita juga akan kembali ke kampung asal kita. Karena hidup itu sendiri adalah perjalanan panjang untuk kembali kepada Allah swt yang diujung perjalanan itu akan ada syurga, seindah-indah tempat kembali.
Akan tetapi sejauh apakah kita memahami kehendak diri kita untuk kembali pulang?
“Dan tiadalah kehidupan dunia Ini melainkan senda gurau dan main-main. dan Sesungguhnya akhirat Itulah yang Sebenarnya kehidupan, kalau mereka Mengetahui” (Al Ankabut : 64)
Categories: Renungan Hati
Posted on Friday, January 27, 2012 by Akhdan Mumtaz
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
About
Inspirasi
Sahabat Grafika
- Aep Saepul Farid
- Ahmad Faqih Mahalli
- Atik Nurul Laila
- Dani Mardiati
- Dimas Agil Marenda
- Fanny Purwati
- Hanif Kusumawardhani
- Jihad Mujahidin Machmud
- Jupri Supriadi
- Khoiriyati Kaulina Rahmaningrum
- Luthfi Izzaty
- M. Iqbal Muharram
- Maisyarah Pradhita Sari
- Maruti AHS
- Naim Rohatun
- Pinto Anugrah
- Ridwan Kharis
- Sabila Nurul Haqi
- Wardatul Jannah
- Zhafira Syarofina
2 comments:
ado mambaco stiker di bag blkg travel :
pergi karena tugas
pulang karena rindu
banyak alasan untuk pulang, banyak alasan juga untuk tidak, ditimbang2 saja
Yup, mgkin masih ssuai kata2 Paul Coelho
"Pergilah untuk kembali, mengembaralah untuk menemukan jalan pulang.
Sejauh apapun kakimu melangkah, engkau pasti akan kembali ke titik awal"
Post a Comment