Bagaimana profil atau karakter dari ADK yang di amanahkan di wilayah Ilmiy ? adakah standar tertentu yang mereka perlu miliki ?
Tanpa bermaksud meng-eksklusifkan wilayah-wilayah dakwah yang ada, saya rasa memang dakwah di wilayah Ilmiy membutuhkan karakter khusus. Walau demikian, alangkah baiknya bila profil kader ilmiy juga di bisa dimiliki oleh ADK yang di amanahkan di wilayah lain. Agar tidak ada dikotomi karakteristik ADK.

Sederhananya, kader dakwah ilmiy adalah mereka yang memiliki minat, dan potensi yang berhubungan dengan wilayah ini. Saya banyak melihat bahwa kader ilmiy cenderung mereka yang “akademisi”, atau “kutu buku”. Memang tidak ada yang salah dengan hal ini, namun jangan sampai mereka justru menjadi “ansos – anti sosial”. Kader ilmiy perlu memiliki kemampuan syiar yang baik agar mampu membahasakan ke-ilmiy-an nya dengan baik. Dan juga kader ilmiy diharapkan mampu memiliki karakter siyasi yang dapat mengkapitalisasi jaringan dengan efektif. Dari konsep ini, setidaknya ada 5 karakter dan 5 profil dari kader dakwah yang beraktivitas di wilayah ilmiy.


Karakter Kader
1. Karakter Peneliti / Akademisi. Hakikat dasar kader ilmiy adalah keingintahuan dan rasa penasaran yang mendalam terhadap bidang atau keilmuan yang ia tekuni. Karakter seperti ini akan bermanfaat untuk dirinya dalam memahami sesuatu, bermanfaat untuk sesama ADK dalam memberikan daya tarik tersendiri dalam beraktivitas di wilayah ilmiy, serta manfaat bagi banyak orang adalah untuk menjadi teladan.

2. Karakter Guru / Penyampai Ilmu. Seorang kader ilmiy sangat diharapkan memiliki kemampuan menyampaikan ilmu dengan baik. Bila dirujuk ke salah satu sifat Rasulullah, maka sifat tablighlah yang sesuai. Dengan kemampuan ini, seorang kader ilmiy dapat menginspirasi sebanyak mungkin mahasiswa mengenai pengetahuan, inovasi, teknologi, dan tentunya Islam itu sendiri. Saya sengaja menuliskan poin ini, karena dalam beberapa kampus, saya mencermati kader ilmiy adalah mereka yang paling “pendiam” dan akhirnya kader ilmiy hanya membuat “dunia baru” yang mana kader di wilayah lain tidak mampu memasukinya.

3. Karakter Pembangun Jaringan. Tak bisa kita pungkiri bahwa jaringan sangat memainkan peran sangat strategis dalam pengembangan sebuah organisasi. Termasuk di dakwah ilmiy, jejaring sangat di butuhkan untuk berbagai hal, seperti ; (1) jaringan beasiswa; (2) jaringan ilmuwan dan teknokrat; (3) jaringan pendanaan; (4) jaringan asosiasi keilmuan ; dan (5) jaringan jurnal dan media. Lima jaringan ini akan dapat dimiliki oleh dakwah ilmiy, bila kadernya juga mampu memanfaatkan kekhasan dan keunggulan dakwah ilmiy untuk kepentingan dakwah ilmiy itu sendiri.

4. Karakter Jurnalis. Antara ilmiy dan ‘ilamiy tentu tak bisa dilepaskan begitu saja, keduanya sangat berkaitan dan sedalam apapun ilmu yang kita miliki bila tak di imbangi dengan tulisan yang di publikasikan maka hasilnya adalah 0 (baca : Nol). Untuk itu, seorang kader ilmiy perlu dekat dengan dunia jurnalistik, dan menyiapkan diri untuk menulis sebanyak-banyaknya tulisan yang kelak akan di tampilkan di website opini atau ilmiah, jurnal nasional atau internasional, dan proceeding seminar ilmiah.

5. Karakter Inovatif. Seringkali keluhan lahir dari kader ilmiy yang menilai bahwa wilayah dakwah ini kurang menarik bagi ADK lain. Buat saya, justru bidang ini sangatlah menantang, mungkin tidak cukup menarik karena –bisa jadi- kebanyakan ADK kurang suka hal-hal yang bersifat akademis.

Profil Kader
1. Memiliki Kapasitas Akademik yang Baik (IPK ≥ 3.00). Saya seringkali berkelakar mengenai tiga tipe ADK yang akademik nya sukses, yakni mereka yang cum laude, terancan cum laude, dan limit mendekati cum laude. Apalagi untuk ADK ilmiy, tentu tuntutan keteladanan dan menginspirasi sesama ADK akan lebih besar. Saya rasa menempatkan standar minimal IPK 3.00 sudah sangat tepat.

2. Menguasai Bahasa Inggris (TOEFL ITP ≥ 550 atau IELTS ≥ 6.0). Bahasa inggris kini telah menjadi bahasa akademisi, hampir semua jurnal dan konferensi internasional menggunakan bahasa inggris. Dan tentu menjadi sebuah konsekuensi logis bagi seorang calon akademisi untuk memiliki kemampuan bahasa inggris yang mencukupi (setidaknya untuk seleksi beasiswa keluar negeri).

3. Memiliki Karya Ilmiah (Minimal 2 Paper Penelitian). Banyak sekali kesempatan untuk membuktikan kompetensi akademik kita, seperti menulis di jurnal, menyampaikan gagasan di konferensi ilmiah, atau mengikuti kompetisi tertentu.

4. Menyiapkan diri untuk melanjutkan Pendidikan Pascasarjana di Luar Negeri. Ini merupakan poin penting yang perlu disiapkan oleh seorang ADK Ilmiy, dimana ia dituntut untuk termotivasi agar melanjutkan jenjang pendidikannya di luar negeri. Saat ini sangat banyak sekali kesempatan beasiswa untuk di luar negeri. Tinggal bagaimana kita menyiapkannya dengan sebaik mungkin agar dapat diterima oleh pemberi beasiswa.

5. Calon ADK Permanen (dosen). Alangkah baiknya bila mereka yang sudah mewakafkan dirinya di dunia dakwah ilmiy dapat melanjutkan jenjang karir nya menjadi seorang dosen. Ini tentu akan sangat sejalan dengan kebutuhan dakwah kampus yang membutuhkan ADK Permanen dengan jumlah yang lebih besar di masa yang akan datang.

*masih dikutip dari tulisan Uda Ridwansyah Yusuf Achmad (Kepala GAMAIS 2007 sekaligus PresMa ITB 2008)