Analisis Pembebasan Palestina Berdasarkan Sirah Khulafa’ur Rasyidin, Generasi Emas Islam danMasa Kejatuhannya
Latar Belakang
“Kami juga menyeru para intelektual dunia dan masyarakat
internasional pada umumnya, untuk membuka mata terhadap peristiwa memilukan ini
dengan logika/akal sehat dan obyektivitas, untuk memberikan hak-hak bangsa
Palestina dan mengangkat kezhaliman dari mereka, hingga mereka dapat hidup
dengan kemuliaan. Bersamaan dengan itu, kami mengucapkan terima kasih kepada
setiap negeri dan orang yang turut andil di dalam memberikan bantuan dan
pertolongan kepada bangsa Palestina[1]”
Kutipan diatas
merupakan penggalan dari Fatwa Al-Lajnah ad-Dâ`imah lil Bu h ûts al- 'Ilmîyah wal
Iftâ`(Komisi Tetap bagian Studi Ilmiah dan Fatwa) Kerajaan Arab Saudi tentang
Palestina. Karena diantara salah
satu permasalahan umat Islam yang penting hari ini adalah Palestina. Sebuah
negeri yang Allah anugrahkan keutamaan-keutamaan. Diantara beberapa keutamaan
itu antara lain : sebagi tempat bersejarah bagi umat sebelum dan setelah Nabi
Muhammad Saw serta menjadi kiblat pertama umat Islam.
Dan perjuangan ini
pun sebenarnya adalah bukan untuk Palestina
sebagai sebuah negeri. Akan tetapi, lebih dari itu yakni untuk Al Quds atau
lebih dikenal didunia dengan nama Jerusalem dengan Al Aqsa yang ada di
dalamnya. Sehingga perjuangan Palestina sesungguhnya menjadi tanggungjawab umat
Islam karena “Sesungguhnya orang-orang yang
beriman itu bersaudara.” (Al-Hujurat: 10). Dan “Seorang muslim adalah saudara
bagi muslim lainnya. Dia tidak menzalimi saudaranya, tidak membiarkannya (tidak
ditolong), tidak mencelakakannya, dan tidak meremehkannya.” (HR. Muslim). Maka
adalah menjadi sebuah perhatian besar bagi umat Islam tentang bagaimana
Palestina dan Al Quds bisa dibebaskan dari cengkeraman Israel Laknatullah.
Oleh karena itu,
Pembebasan Palestina menjadi sebuah keharusan untuk diperjuangkan bagi umat
Islam. Namun pertanyaan selanjutnya yang muncul tentulah tentang pembebasan
seperti apa yang dapat dilakukan terhadap Palestina? Apakah dengan pengakuan
Perserikatan Bangsa-bangsa bahwa Palestina telah menjadi negara peninjau
non-anggota PBB sudah bisa terkategori bahwa Palestina telah terbebas? Karena
justru serangan Israel tidak pernah terhenti. Dan hukum dunia pun melalui PBB
pun terhadap kekejaman ini tetap belum bisa berlaku.
Maka, tulisan ini
mencoba untuk menggali aspek Pembebasan Palestina berdasarkan aspek sejarah.
Melalui Sirah Khulafa’ur Rasyidin dan historis sejarah dunia. Karena sejarah
merupakan salah satu sarana untuk mempertepat pemahaman terhadap peristiwa yang
sudah Allah perlihatkan. Dan Palestina sudah Allah perlihatkan saat dibebaskan
dan ketika akhirnya terlepas dari umat Islam.
Palestina Dahulu, Kini dan Akan Datang
Palestina, dalam
hal ini kota Jerusalem juga sering dikenal dengan sebutan Aelia Capitolina.
Kota ini telah ditaklukan, dihancurkan, dan dibangun kembali selama
berkali-kali. Selama tiga puluh abad terakhir, sudah lebih dari dua puluh kali
kota ini ditaklukan dan dihancurkan serta dibangun kembali. Hal ini dapat
tergambar dari tabel sejarah Jerusalem berikut :
Periode
|
Tahun
|
Peristiwa
|
Hyksos
|
1400 SM
|
Nama Jerusalem muncul dengan nama Urusalim di Surat
Amarna.
|
1000 SM
|
Raja Daud menaklukan Jerusalem.
|
|
960 SM
|
Raja Solomon mendirikan Kenizah pertama
|
|
931 SM
|
Pembagian wilayah kerajaan menjadi Israel dan Judea.
|
|
721 SM
|
Kerajaan Asuriah mengalahkan Samaria pengungsi
melarikan diri ke Jerusalem kota berkembang kearah barat.
|
|
597 SM
|
Babilonia mengepung Jerusalem.
|
|
586 SM
|
Penghancuran Jerusalem dan Kenizah pertama oleh
Nebukadnezar dan pengasingan bangsa Yahudi ke Babilonia.
|
|
539 SM
|
Kejatuhan Kerajaan Babilonia
|
|
Persia
|
539 SM
|
Kerajaan Persia diperintah oleh Cyrus yang mengalahkan
Babilonia menduduki Jerusalem
|
537 SM
|
50.000 Orang Yahudi yang ditawan di Babilonia diizinkan
kembali ke Jerusalem atas perintah Raja Cyrus.
|
|
516 SM
|
Membangun Kenizah kedua dipimpin oleh Zerubbabel.
|
|
458 SM
|
Ezra, ahli kitab dari Babiloniamemulihkan peraturan.
|
|
445 SM
|
Nehemiah menemui Gubernur Yudea, Artaxerxes, kembali
dari Babilonia dan membangun kembali dinding kota. Kota berkembang kearah
Timur.
|
|
Helenistik
|
332 SM
|
Kerajaan Makedonia dibawah Raja Alexander Agung
mengalahkan Darius di Gaugamela dan menduduki Jerusalem setelah mengalahkan
Persia.
|
537 SM
|
Kematian Alexander Agung di Babilonia.
|
|
164 SM
|
Judah Makabe menguasai kembali Jerusalem dan
memperbaiki Kenizah.
|
|
Hasmonean
|
141 SM
|
Jerusalem meluaskan wilahnya kearah Barat.
|
Herodian
|
37 SM
|
Herodes naik tahta, menguasai Jerusalem dan membangun
kembali Kenizah kedua.
|
70
|
Jerusalem jatuh, Kenizah dirusak oleh Legiun Romawi
pimpinan Titus.
|
|
Kekaisaran
Romawi
|
70
|
Romawi menjadikan Jerusalem sebagai kota Pagan dengan
nama Aelia Capitolina dan menumpas bangsa Yahudi di Palestina.
|
63
|
Jendral Romawi Pompey menguasai Jerusalem.
|
|
135
|
Kaisar Hadrian menghancurkan Jerusalem, tembok kota dan
kota baru Aelia Capitolina, orang Yahudi tidak diizinkan tinggal di
Jerusalem.
|
|
Byzantium
|
326
|
Ratu Helena, Ibunda Konstantinus Agung mengunjungi
Jerusalem dan meminta dibangun Gereja Makam Kristus.
|
438
|
Kaisar Eudocia mengizinkan orang Yahudi untuk kembali
ke Jerusalem.
|
|
614
|
Bangsa Persia mengalahkan Jerusalem, mengahancurkan
hampir seluruh Gereja dan mengusir orang Yahudi.
|
|
Islam Awal
|
637
|
Khalifah Umar memasuki Jerusalem.
|
691
|
Dome of the Rock dibangun Khalifah Abdul Malik.
|
|
705
|
Konstruksi Masjid Al-Aqsha diawali oleh Khalifah
Al-Wahid.
|
|
1010
|
Khalifah Al-Hakim memerintahkan penghancuran Sinagoga
dan Gereja.
|
|
Perang
Salib
|
1099
|
Bangsa Frank, dipimpin Godfrey de Bouillon, menguasai
Jerusalem. Baldum 1 sebagai Raja Jerusalem.
|
Ayyubiah
|
1187
|
Saladin merebut Jerusalem dari pasukan Salib. Saladin
mengizinkan Yahudi dan muslim kembali dan menetap di Kota Jerusalem.
|
1219
|
Tembok Kota dihancurkan oleh Sultan Malik Al-Mu’assam.
|
|
Mameluk
|
1250
|
Memeluk Mesir merebut Jerusalem.
|
Ottoman
|
1517
|
Ottoman mengambil alih Jerusalem secara damai.
|
1537-1541
|
Sultan Sulaiman membangun kembali Tembok Kota termasuk
tujuh pintu gerbang dan menara Daud. Gerbang Damaskus dibangun tahun 1542.
|
|
1700
|
Rabbi Yehuda He Hassi datang, mulai membangun Sinagoge
Hurva.
|
|
1838
|
Kedutaan pertama (Inggris) dibuka di Jerusalem.
|
|
1860
|
Pemukiman Yahudi pertama diluar Tembok Kota.
|
|
Mandat
Inggris
|
1917
|
Inggris menguasai Palestina setelah mengalahkan
kekaisaran Ottoman pada PD 1.
|
Israel
|
1948
|
Negara Israel berdiri setelah mendat Inggris berakhir.
|
1949
|
Jerusalem diresmikan sebagai ibukota Israel.
|
|
1967
|
Perang enam hari, Israel merebut Kota Tua, tepi barat
dan Jerusalem Timur dari Jordania, Jalur Gaza, dan Gurun Sinai dari Mesir
serta Dataran Tinggi Golan dari Suriah.
|
|
23 Juni
1967
|
Umat Muslim, Kristen,Yahudi diberi akses ketempat suci
Jerusalem.
|
|
1980
|
Jerusalem ditetapkan sebagai ibukota Israel, secara
sepihak.
|
Oleh karena itu,
terdapat beberapa peristiwa penting yang menjadi perhatian terhadap pembebasan
maupun penaklukkan Palestina. Yakni : Pembebasan oleh Islam, Perang Salib, dan
Kejatuhannya.
Pembebasan Palestina Masa Khulafaur Rasyidin
Pembebasan
Palestina telah dimulai sejak masa Khalifah Pertama kaum Muslimin yakni Abu
Bakr Ash Shidiq. Dimana negeri Iraq dibebaskan pada periode pertama ini yang
menjadi langkah awal menaklukan wilayah-wilayah timur pada masa Khulafaur
Rasyidin berikutnya. Dan secara khusus Abu Bakar mengutus Amru bin al-Ash
beserta para tentaranya untuk menaklukkan Palestina. Saat melantik para
panglima serta menyerahkan.panji-panji perang kepada masing-masing panglima[2].
Hal inilah yang
dilanjutkan pada fase berikutnya di kekhalifahan Umar bin Khatb RA. Dimana pada
strategi pembebasan Palestina, Umar memberikan sebuah petunjuk, "Mulailah
menyerang Damaskus terlebih dahulu, sebab wilayah ini merupakan benteng negeri
Syam dan ibu kota pemerintahan mereka. Jangan lupa, kacaukanlah konsentrasi
pasukan Romawi yang berkumpul di Fihl dengan menempatkan pasukan berkuda tepat
di depan pasukan mereka, jika pasukan berkuda berhasil menaklukkan mereka
sebelum Damaskus ditaklukkan maka itulah yang kita harapkan, tetapi jika
Damaskus yang terlebih dahulu berhasil ditaklukkan berjalanlah beserta
pasukanmu (menuju Fihl, pent.) setelah me-nunjuk penggantimu untuk wilayah
Damaskus. Jika Fihl berhasil kalian tak-lukkan maka berjalanlah kamu dan Khalid
ke Horns dan serahkan Amru bersama Syarhabil untuk mengurusi Yordania dan
Palestina”[3].
Berdasarkan
petunjuk ini maka Abu Ubaidah bergerak menuju Fihl bersama sepuluh kepala
pasukan. Disamping itu, juga mengutus pasukan yang ditempatkan antara Damaskus
dan Palestina. la mengutus pasukan ke Dzil Kala' dan ditempatkan antara
Damaskus dan Horns, untuk menghadang datangnya bantuan musuh yang dikirim
Heraklius. Sehingga dengan strategi ini pasukan mengepung Damaskus dari segala
penjuru selama 70 malam, ada yang mengatakan pengepungan terjadi selama 4 bulan,
bahkan ada yang berpendapat 6 bulan. sementara penduduk Damaskus mempertahankan benteng mereka
mati-matian, sambil mengirim surat kepada Raja mereka Heraklius -yang tinggal
di Horns- meminta agar bala bantuan segera dikirimkan kepada mereka. Hingga
akhirnya kota Damaskus pun ditaklukkan.
Setelah Damaskus
ditaklukkan setidaknya terdapat beberapa pertempuran yang mendahului dan
setelah ditaklukkan karena perbedaan pendapat para ahli sejarah. Yakni
pertempuran Horns, Qinnasrin, Qaisariyah, Baisar dan Thabariyah, dan Fihl. Dan
ketika Abu Ubaidah selesai menaklukkan Damaskus, dia segera menulis surat
kepada penduduk Elliya agar mereka memeluk agama Allah SWT. Dan masuk Islam,
atau mereka membayar jizyah, jika tidak maka mereka akan diperangi.
Namun mereka enggan menerima tawaran itu. Akhirnya Abu Ubaidah segera
mengerahkan segenap pasukannya untuk menyerbu Deganmenunjuk Said bin Zaid
sebagai pimpinan sementara di Damaskus. Setelah itu dia mulai mengepung Baitul
Maqdis hingga mereka terjepit dan meminta damai dengan syarat yang datang
langsung adalah Amirul mukminin Umar bin Khaththab. Hingga akhirnya Baitul
Maqdis atau Palestina dibebaskan dengan kedatangan Umar Ibn Khatb.
Perang Salib dan Jatuhnya Palestina
Perang
Salib adalah sebuah gambaran dari dorongan keagamaan yang intens yang merebak
pada akhir abad ke-11 di masyarakat. Seorang tentara Salib, sesudah memberikan
sumpah sucinya, akan menerima sebuah salib dari Paus atau wakilnya dan sejak
saat itu akan dianggap sebagai “tentara gereja”. Hal ini sebagian adalah karena
adanya Kontroversi
Investiture, yang berlangsung mulai tahun 1075 dan masih berlangsung selama Perang Salib Pertama. Karena kedua belah pihak
yang terlibat dalam Kontroversi
Investiture berusaha untuk
menarik pendapat publik, maka masyarakat menjadi terlibat secara pribadi dalam
pertentangan keagamaan yang dramatis. Hasilnya adalah kebangkitan semangat
Kristen dan ketertarikan publik pada masalah-masalah keagamaan. Hal ini
kemudian diperkuat oleh propaganda keagamaan tentang Perang untuk Keadilan
untuk mengambil kembali Tanah Suci – yang termasuk Yerusalem (dimana kematian, kebangkitan dan
pengangkatan Yesus ke Surga terjadi menurut ajaran Kristen) dan Antiokhia (kota Kristen yang pertama) - dari
orang Muslim[4].
Tanah suci
yang dimaksud inilah yang dikenal dengan nama lain Palestina. Maka dengan diprovokasinya
Kaisar Elexius Komeninus dari Byzantium (Konstantinopel) oleh Peter Amiens,
agar waspada terhadap kemungkinan kekuasaan Islam Saljuk menguasai imperium
konstantin yang besar itu. Kaisar pun terpengaruh, lalu menyampaikan permohonan
kepada Paus Urbanus II agar segera mengeluarkan perintah suci kepada raja-raja
di benua Eropa untuk mengumpulkan kekuatan, merebut Baitul Maqdis dari tangan
kaum muslimin. Ringkasnya, Paus mengabulkan permohonan itu. ”Deus La Volts”
(Demikianlah kehendak Tuhan). Seperti itulah seruan ”jihad suci” dari Paus,
sebagai sebagai tanda dimulainya Perang Salib.
”Fatwa”
Paus yang terkenal adalah: ”Barangsiapa yang bersedia masuk dalam angkatan
perang suci itu, akan diampunilah sekalian dosanya, kecil ataupun besar.”
Perang Salib I (1097-1099) pun diberi keistimewaan sebagai penebus dosa.
Prancis, Bourgandia dan Normandia adalah bangsa Eropa pertama yang mendaftarkan
diri sebagai ”relawan jihad”. Mereka dipimpin oleh raja dan kaum bangsawan,
seperti Godfrey dari Bourgandia, Duke dari Loftharingen dan sebagainya. Hampir
100 ribu tentara yang tergabung dalam pasukan itu.
Godfrey of Buillon mengambil alih kepemimpinan
pasukan Salibin, sehingga mengubah kaum Salibin menjadi ekpedisi militer yang
terorganisasi rapi. Pasukan ini terlebih dahulu menaklukkan Anatolia, Tartur,
Aleppo, Tripoli, Syam, dan Acre. Untuk selanjutnya pasukan Godfrey mengepung tanah suci Palestina dengan kekuatan 40
ribu tentara yang tersisa, sedangkan tentara Mesir yang mempertahankan
kota hanya seribu orang saja. Setelah pengepungan selama 15 hari jatuhlah
pertahanan kota dan masuklah tentara Salib ke Baitul Maqdis (Palestina)
Saat
Palestina ditaklukkan pasukan salib, umat Islam mendapatkan perlakuan keji yang
sulit dilupakan. Ahli-ahli sejarah perang salib mengakui terjadinya kebiadaban
itu: orang Islam dipaksa menjatuhkan diri dari puncak benteng, dibakar
hidup-hidup, ditarik ke jalan raya dengan kuda-kuda perang mereka sampai mati,
kemudian mayatnya ditumpuk seperti menimbun sampah.
Kemenangan pasukan Salib dalam periode ini telah
mengubah peta situasi Dunia Islam kawasan itu.
Sebagai akibat dari kemenangan itu, berdirilah beberapa kerajaan
Latin-Kristen di Timur, yaitu kerajaan Baitul Maqdis di bawah pemerintahan Raja
Godfrey, Edessa diperintah oleh Raja
Baldwin, dan Tripoli dibawah kekuasaan Raja Raymond.
Pembebasan Palestina Masa Generasi Shalahuddin Al Ayyubi
Melalui
perjalanan yang akhirnya menjadi perhatian umat Islam, maka dalam Perang Salib
II tampillah Nuruddin, Asaduddin, dan Shalahuddin, yang tentaranya terdiri dari
bangsa Arab, Turki dan Kurdi. Kekuatan ini full menjadi satu.
Pasukan muslim ini berhasil menghalau pasukan Salib dari Mesir.
Shalahuddin
berkeyakinan, untuk berjihad memerangi pasukan salib, ia harus mempersatukan
Mesir dan Suria (Syam) terlebih dahulu. Sebab, jika pecah sulit bagi pasukan
Islam mengusir musuh. Mesir yang sebelumnya diperintahkan kerajaan
Fathimiyah yang berpaham Syi’ah, dan Syam berpaham Sunnah. Oleh Shalahuddin
disatukanlah Mesir dan Syam dengan mahzab Syafi’i, sehingga keduanya menjadi
sejalan dibawah komando Shalahuddin. Yang menarik, Shalahuddin pun memerangi
kaum Ismailiah atau Bathiniah yang sangat merugikan Islam.
Mesir dan
Syam pun dipersatukan dibawah titah Shalahuddin. Sejumlah ekspedisi militer
dilakukan sebagai tahapan merebut kembali Baitul Maqdis. Ketika itu Shalahuddin
memerintahkan abangnya Tauran Syah pergi menaklukkan Yaman, termasuk Hijaz
(Makkah-Madinah) lebih dulu takluk dibawah Mesir yang dipimpin Shalahuddin.
Pada tahun
1175, atas permintaan Shalahuddin, khalifah di Baghdad mengeluarkan keputusan:
mengakui Shalahuddin sebagai penguasa bagi negeri Mesir, Maghribi, Naubah,
Jazirah Arab bagian Barat, Palestina dan Syiria tengah. Dari pengalamannya
bertempur, Shalahuddin mempelajari penyebab keruntuhan dan kekalahan Islam
selama ini, diantaranya adalah perpecahan para raja dan pemimpinnya. Yang satu
ingin kejatuhan yang lain, agar berkuasa sendiri. Sebab lainnya adalah akibat
pengkhianatan wazir di Mesir, yang sudi berhubungan rahasia dengan pihak musuh,
asal mereka mendapat jaminan kekuasaan.
Shalahuddin
memerangi raja-raja Islam karena Beliau yakin bahwa Amir-amir (Gubernur) ini
tidak akan kuat bertahan menghadapi tentara Salib, apalagi jika tidak ada
kesatuan komando. Dikhawatirkan, para amir itu akan meletakkan senjatanya dan
membuat perdamaian sendiri dengan musuh. Yang ada dalam otaknya adalah harta
dan tahta tetap ada dalam genggamannya.
Hal yang
terbukti di kemudian hari, ketika Raja Abdullah dari bangsa Arab, membuat
perdamaian sendiri dengan opsir tinggi Inggris, saat perang sedang berkecamuk.
Bukankah ini pengkhianatan. Karena itulah, Shalahuddin lebih dulu membersihkan
raja-raja Arab sebelum ia menghadapi musuh sesungguhnya pasukan Salib.
Pembebasan
Palestina Hari ini
Palestina tidak kurang selama empat abad berada dibawah pemerintahan
kerajaan Turki Osmany,setelah tahun 1517 Sultan Salim 1 berhasil
merebutnya dari kerajaan Mamluk Mesir dan berakhir pada tahun 1917 ketika
Inggris merebut kawasan itu pasca Osmany bertekuk lutut dalam perang dunia
1(1914-1918). Dan sejak saat itu wilayah Palestina yang juga disebut kawasan
bulan sabit (fertile crescent) sampai abad ke 20 dijadikan sebagai daerah
mandat PBB yang dikuasai oleh Inggris.
Kondisi Palestina sendiri secara bertahap dimulai tahun 1948 ketika
penderitaan dimulai dengan kedatangan Israel. Hingga berujung pada tahun 1987
ketika mulai dilakukan pengosongan dan penyingkiran terhadap penduduk
Palestina. Wilayah-wilayah Palestina secara paksa dicaplok oleh Israel. Hal
inilah yang berlanjut hingga hari ini ketika semua akses menuju Palestina
diputus sehingga terisolir dari dunia. Dan tidak hentinya penyerangan dan
penyiksaan dilakukan oleh Israel terhadap Palestina dari semua sisi.
Akibat penjajahan Zionis Israel, wilayah Palestina pun menjadi terbelah.
Tepi Barat terpisah dengan Jalur Gaza. Di wilayah pemisah ini lalu dibangun permukiman
Yahudi. Tepi Barat dikuasai faksi Fatah selaku penguasa Otoritas Palestina.
Sedangkan, Jalur Gaza diperintah faksi Hamas[5].
Sejak itu, Palestina mempunyai dua pemerintahan. Masing-masing mempunyai
perdana menteri berikut menteri-menterinya. Di sinilah sebenarnya tantangan
terberat setelah Palestina menjadi negara. Hampir mustahil sebuah bangsa dalam
sebuah negara diatur oleh dua pemerintahan. Apalagi, negara itu sebagian besar
wilayahnya masih dijajah oleh bangsa lain. Berbagai upaya telah dilakukan untuk
mendamaikan kedua faksi. Namun, selalu gagal. Kegagalan disebabkan oleh
perbedaan prinsip. Faksi Fatah berideologi sekuler sehingga terlalu lemah dalam
menghadapi Zionis Israel.
Terbukti, semua upaya permbicaraan damai dengan Israel tidak membuahkan hasil
bagi perjuangan bangsa Palestina. Sedangkan, faksi Hamas berperan berbeda
dibanding Fatah. Dimana Israel harus dilawan dengan perjuangan bersenjata.
Beberapa kali mereka pun berhasil memukul mundur militer Israel yang mencoba
menginvasi wilayah mereka di Jalur Gaza.
Namun, dua hal
inilah yang berperan secara internal kenegaraan terhadap pembebasan Palestina.
Yaitu, kemenangan secara politik yang dialami Fatah di Sidang Umum PBB dan
kemenangan Hamas secara militer untuk menghentikan invasi militer Israel di
Gaza. Hal yang masih memiliki jalan panjang dengan invasi militer Israel yang
tidak pernah mundur dan berhenti. Terlepas dari ditetapkannya Palestina dengan
status baru menjadi “negara pengamat non-anggota” dari yang sebelumnya hanya
“badan pengamat non-anggota”. Atau, tepatnya Otoritas Nasional Palestina
menjadi Negara Palestina (State of Palestina/ Daulah Filistin). Karena meskipun
status berubah, Israel tetap bertahan dan hadir di bumi Palestina.
Penutup
Berdasarkan sejarah
panjang Palestina dari beberapa bagian yang telah dibahas diatas. Sesungguhnya
menjadi sebuah perhatian besar ketika cita-cita agar Palestina dibebaskan lahir
untuk diperjuangkan. Dan inilah yang menjadi pelajaran sejarah dari masa
Khulafa’ur Rasyidin, jatuhnya Palestina ke pasukan Salib hingga berhasil
dibebaskan kembali sampai hari ini kembali terjajah. Bahwa ada beberapa aspek
yang bisa menjadi pembelajaran untuk membebaskan Palestina.
Dan ini menjadi sebuah kesamaan dalam perjalanan sejarah.
Pada masa khalifah Umar bin Khatb, sebuah petunjuk
diberikan dalam rangka pembebasan Palestina kepada Abu Ubaidah.
"Mulailah menyerang Damaskus terlebih dahulu, sebab
wilayah ini merupakan benteng negeri Syam dan ibu kota pemerintahan mereka.
Jangan lupa, kacaukanlah konsentrasi pasukan Romawi yang berkumpul di Fihl
dengan menempatkan pasukan berkuda tepat di depan pasukan mereka, jika pasukan
berkuda berhasil menaklukkan mereka sebelum Damaskus ditaklukkan maka itulah
yang kita harapkan, tetapi jika Damaskus yang terlebih dahulu berhasil
ditaklukkan berjalanlah beserta pasukanmu (menuju Fihl, pent.) setelah
me-nunjuk penggantimu untuk wilayah Damaskus. Jika Fihl berhasil kalian
tak-lukkan maka berjalanlah kamu dan Khalid ke Horns dan serahkan Amru bersama
Syarhabil untuk mengurusi Yordania dan Palestina”
Begitu pun pada masa pembebasan Palestina oleh
Shalahuddin Al Ayyubi. Beliau berkeyakinan, untuk berjihad memerangi
pasukan salib, ia harus mempersatukan Mesir dan Suria (Syam) terlebih dahulu. Hal yang kurang lebih sama ketika pasukan Salib ketika berhasil
menaklukkan Palestina. Pasukan Salib
terlebih dahulu menaklukkan Anatolia, Tartur, Aleppo, Tripoli, Syam, dan Acre
sebelum akhirnya bisa menaklukkan Palestina.
Oleh karena itu, secara
faktor eksternal negeri, pembebasan Palestina bisa dilakukan dengan adanya
dukungan dan kekuatan yang berada di negeri yang ada dalam sejarah pembebasan
yakni Syam dan Mesir. Negeri Syam pada hari ini adalah Syria, Palestina,
Lebanon, Yordania, dan wilayah pendudukan Israel[6].
Sedangkan Mesir mencakup wilayah sebagaimana dikenal hari ini.
Dan kondisinya, pada hari ini
dua negeri yang termasuk dalam pelajaran sejarah ini belum termasuk yang
menjadi faktor pendukung terhadap kebebasan Palestina. Bahkan negara Syria yang
termasuk bagian negeri Syam berada dalam keprihatinan dengan kezaliman Basyar
Assad hari ini.
Terakhir, facktor penting dalam
pembebasan Palestina adalah tidak hanya factor terbaik dari dukungan strategi
dan kenegaraan. Namun, terdapat aspek fundamental yang juga menjadi kekuatan
generasi awal umat ini dalam pembebasan Palestina. Aspek internal yang menjadi
penting untuk dibenahi. Yakni perubahan
dalam diri manusia itu sendiri. ”Sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah kondisi yang ada pada satu kaum, sehingga mereka
mengubah apa yang ada pada diri mereka.” (QS ar-Ra’d:11). Nabi saw juga menyatakan: ”Sesungguhnya di dalam tubuh manusia
terdapat segumpal daging, jika ia baik, maka baiklah seluruh anggota tubuh.
Namun, jika ia rusak, maka rusaklah seluruh anggota tubuh. Ketahuilah, itu
adalah qalb.” (HR
Muslim). Dimana aspek ini menjadi kekuatan sepanjang sejarah Islam tercipta
ketika terjadi kombinasi dua unsur, yaitu unsur keikhlasan dalam niat dan
kemauan serta unsur ketepatan dalam pemikiran dan perbuatan[7].
[1] Al-Lajnah ad-Dâ`imah lil Bu h
ûts al- 'Ilmîyah wal Iftâ`(Komisi Tetap bagian Studi Ilmiah dan Fatwa) Kerajaan Arab Saudi
[5]
Republika Online, Palestina Hitam, Putih,
Hijau, dan Merah
[6] Salim A. Fillah, Menyimak Kicau Merajut Makna hal 266
[6] Salim A. Fillah, Menyimak Kicau Merajut Makna hal 266
[7] Dr. Majid Irsan
Al Kilani. Misteri Masa Kelam Islam dan Kemenangan Perang Salib: Refleksi 50
Tahun Gerakan Dakwah Para Ulama untuk Membangkitkan Umat dan Merebut Palestina
Yk.4.5.2013
*tulisan ini merupakan salah satu tugas paper asrama
yang meraih juara 1 Lomba Penulisan Paper dengan Tema "Palestina"
0 comments:
Post a Comment