*Catatan KP #1


Saat seorang ibu mengantarkan anaknya berangkat sekolah,
Sejatinya dia mempersiapkan anaknya untuk meninggalkan dirinya
(Tarbawi Edisi Rasa Sepi Seorang Ibu)

          Entah kenapa, tiba-tiba hal ini menjadi sebuah renungan tersendiri bagi  pribadi ketika akan menjalani Kerja Praktek. Dan bisa jadi begitu pun kita. Karena tanpa sadar sesungguhnya dengan berlalunya waktu kita semakin akan meninggalkan keluarga dan orang terdekat kita. Kok bisa? Karena ketika kita menyatakan diri menuju kedewasaan maka secara tidak langsung kita harus mandiri. Sehingga tidak akan “bergantung” lagi kepada keluarga. Dan itulah salah satu yang membuat kita tanpa sadar semakin meninggalkan keluarga kita.

          Hal yang mungkin terlalu berlebihan. Namun inilah yang terasa bagi kami sekeluarga. Dimulai ketika saya memutuskan dengan tekad kuat meninggalkan daerah asal tercinta untuk sekedar kuliah. Menyeberang pulau yang berarti meninggalkan keluarga. Hal yang akhirnya menyulut semangat saudara saya untuk melakukan hal yang kurang lebih sama. Maka adik kedua dan ketiga pun meninggalkan daerah asal kami untuk sekedar kuliah. UNRI dan UNDIP jadi perlabuhan mereka. Sehingga hanya ada 2 saudara terakhir yang bersama dengan ibu bapak di rumah kami. Hal inilah yang mengakibatkan sejak kepergian saya, tidak pernah kami lengkap untuk berkumpul sekeluarga sejak 2010.

Ketika saya berkesempatan untuk pulang, adik kedua sedang menjalani masa kuliah sehingga tidak bisa pulang. Dan ketika adik kedua pulang, justru saya tidak berkesempatan untuk pulang. Hal yang berlanjut ketiga adik ketiga pun kuliah. Bahkan ketika mereka berdua bisa pulang, saya justru belum Allah takdirkan bisa. Dan hari itu, 27 Januari 2013. Kami pun bisa berkumpul lengkap sekeluarga dengan kedatangan terakhir dari saudara kedua pada malam sebelumnya. Namun, bertepatan juga pada hari itu saya harus pergi menuju lokasi KP. Maka itulah waktu terakhir mungkin untuk bisa kumpul lengkap sekeluarga. Karena ketika KP pun selesai, dua saudara justru akan berangkat kembali ke perantauannya masing-masing dikarenakan masa kuliah telah dimulai.

Ya, begitulah keluarga kami. Jarang untuk memiliki waktu lengkap berkumpul. Namun, dalam diam dan keterpisahan jarak itu kami saling mendo’akan. Kami saling menjaga apa yang menjadi amanah kami sebagai seorang anak. Mungkin beberapa orang bisa sangat heran, kok bisa kami sekeluarga untuk sekedar berkomunikasi telpon paling sering dua minggu sekali. Padahal orang lain nyaris sehari tiga kali. Karena bagi kami, bukan intensitas komunikasi yang jadi indikator keterikatan. Bukan foto dan gambar anggota keluarga yang tersimpan ditelpon genggam kami, karena memang tidak punya. Namun keterikatan hati, kepercayaan dan saling mendo’akan dalam diam yang menjadi hal paling kuat dikeluarga ini. Karena kami menyadari dalam setiap detik kami selalu ada do’a untuk keluarga tercinta ini.

Semoga Allah mengumpulkan keluarga besar ini di syurga-Nya.



Pdg.30.1.2013
*menjalani hari ke-3 KP


Idzkhir al-Mu’adz