Angka 2 yakni tahun kedua Ramadhan di Yogyakarta. Saya dapat menyatakan bahwa tahun ini merupakan tahun “pengglembengan” terbaik dalam sejarah perjalanan hidup, ya tahun 2010. Tidak lain karena PPSMB (Ospek-read) 2010 dilaksanakan pada bulan Ramadhan. Dan bertepatan saat itu ikut terlibat dikepanitian PPSMB 2010 sebagai Pemandu. Oya, PPSMB 2010 saat itu bernama “Patriot”, cukup panjang kalo menuliskan akronimnya. Dan dikemudian hari pun ini merupakan kesempatan pertama dan terakhir saya sebagai Pemandu PPSMB J.
Sepertinya makna pengglembengan ini tidak akan bisa dipahami apabila saya tidak mendeskripsikan makna menjadi Pemandu PPSMB. Ya, Pemandu PPSMB merupakan garda terdepan dari kepanitiaan karena dialah yang berinteraksi langsung dengan adik-adik Mahasiswa baru. Pemandu PPSMB merupakan orang yang akan berperan sebagai kakak, orang tua, dan keluarga terdekat para mahasiswa baru. Peran minimal selama PPSMB dan idealnya selama adik-adik mahasiswa baru menjadi mahasiswa di Fakultas Teknik UGM. Dan memang, orang yang akan siaga “siap antar jaga” untuk mendampingi adik-adiknya selama PPSMB adalah Pemandu.
Masih ingat dengan pertanyaan-pertanyaan selama PPSMB. “Mas, tugas ini gimana y kriterianya? Mbak, si A tidak bisa jalan lagi karena sakit. Hingga Mas Mbak, Si B kecelakaan!”, adalah hal-hal yang akan dijalani selama mendampingi adik-adik mahasiswa baru. Dan peran ini nyaris harus didampingi siang malam selama PPSMB terhitung dilaksanakan. Peran pemandu tidak hanya selesai disitu. Karena pemandu juga harus mondar-mondir untuk sekedar koordinasi dengan Tim Acara. Mondar-mondir karena mendapat titipan leaflet, publikasi, dll untuk dibagikan kepada adik-adik pandu. Juga mondar mandir hanya untuk mengambil presensi, cek tugas, dll. Deskripsi sederhananya ruwet dan campur aduk.
Ya, inilah yang dijalankan peran selama PPSMB Patriot 2010. Ditengah ibadah Ramadhan yang harus dimaksimalkan peluang amalan-amalan terbaik. Ditengah panas teriknya upacara dan acara PPSMB. Kami sebagai pemandu saat itu harus menjalankan peran tersebut. Ungkapan yang tepat untuk deskripsinya adalah kecapekan yang luar biasa. Namun, anehnya kami (mayoritas Pemandu & panitia) tetap berusaha menjaga ibadah terbaik kami. Ketika harus kumpul jam 5 pagi, setelah Sahur, sholat Subuh, kami masih menyempatkan untuk tilawah dipojok-pojok selasar KPFT. Sekedar mencuri-curi waktu luang yang ada sebelum acara dimulai. Setelah seharian terisi oleh agenda PPSMB, sorenya panitia pun harus berkoordinasi. Sekedar briefing, evaluasi dan persiapan hari esok. Pemandu, tidak selesai disitu karena harus lanjut untuk mendampingi adik-adiknya mengerjakan tugas hingga malam. Dan malamnya tetap berusaha untuk bisa Tarwih. Hal yang bertahan selama PPSMB berlangsung.
Bagi saya, menjalani peran ini seperti tidak terpikir mampu dan kuat sebelumnya. Bahkan bisa melebihi batas yang biasa dilakukan. Namun, ternyata memang niat dan tekad yang kuat itu bisa mengalahkan segala keterbatasan itu. Niat mampu meloncati apa yang sering kita jadikan pembatas diri. Bahwa Ramadhan tidak mungkin untuk beraktivitas secara ekstra dan optimal. Sehingga sebuah makna dari Ramadhan ditahun kedua di Jogja ini adalah “Ramadhan adalah bulan dimana aktivitas terbaik kita menjadi terbatas. Melainkan justru menjadi diatas batas”.

*Oya, ada buah yang manis dapat saya (kami) petik dari perjuangan tak kenal lelah selama menjadi Pemandu PPSMB Patriot 2010, yakni Kelompok Pandu kami (saya dan partner Pemandu) menjadi Kelompok Terbaik PPSMB saat itu. Akhir yang manis untuk perjuangan yang juga manis J.

Yk.5.7.2012
Selesaikan di sudut kamar pondok Insani


Idzkhir al-Mu’adz