Jadi mari kita berhenti sejenak disini
! Kita memerlukan saat-saat itu; saat dimana kita melepaskan kepenatan yang
mengurangi ketajaman hati, saat dimana kita membebaskan diri dari rutinitas
yang mengurangi kepekaan spiritual, saat dimana kita melepaskan sejenak beban
dakwah selama ini kita pikul yang mungkin menguras stamina kita. Kita
memerlukan saat-saat seperti itu karena kita perlu membuka kembali peta
perjalanan dakwah kita; melihat-lihat jauhnya jarak yang telah kita dan sisa
perjalanan yang masih harus kita lalui; menengok kembali hasil-hasil yang telah
kita raih; meneliti rintangan yang mungkin menghambat laju pertumbuhan dakwah
kita; memandang ke alam sekitar karena banyak aspek dari lingkungan strategis
kita telah berubah.
Orang-orang yang mengurus dunia
mungkin menyebutnya penghentian. Tapi sahabat-sahabat Rasulullah Saw menyebutnya
majelis iman. Sebagai Ibnu Mas’ud berkata, “Duduklah bersama kami, biar kita
beriman sejenak”. Hal yang menjadi kebutuhan setidaknya untuk dua hal. Pertama,
untuk memantau keseimbangan antara berbagai perubahan pada lingkungan strategis
dengan kondisi internal dakwah serta laju pertumbuhannya. Tujuannya tak lain
agar kita memperbaharui dan mempertajam orientasi kita; melakukan penyelarasan
dan penyeimbangan berkesinambungan antara kapasitas internal dakwah, peluang
yang disediakan lingkungan eksternal dan target-target yang dapat kita raih.
Kedua, untuk mengisi ulang hati kita
dengan energi baru sekaligus membersihkan debu-debu yang melekat padanya selama
menapaki jalan dakwah. Yang ingin kita raih adalah memperbaharui dan komitmen
dan janji setia kita kepada Allah Swt. Bahwa kita akan tetap teguh memegang
janji itu; bahwa kita akan tetap setia memikul beban amanat dakwah ini; bahwa
kita akan tetap tegar menghadapi semua tantangan; bahwa yang kita harap dari
semua ini hanyalah ridha-Nya. Hari-hari panjang, yang kita lalui bersama dakwah
ini menguras seluruh energy jiwa yang kita miliki, maka majelis iman adalah
tempat kita berhenti sejenak untuk mengisi hati dengan energi yang tercipta
dari kesadaran baru, semangat baru, tekad baru, harapan baru, dan keberanian
baru. (AM)
Maka dengan ini kita paham, tidak ada
penghentian yang semu dengan dalih melepas lelah, melepas jenuh dijalan ini.
Dakwah tidak pernah mengenal istilah cuti, off, atau pun pensiun. Yang ada
adalah kita sejenak memindahkannya menjadi aktivitas lain. Aktivitas lain itu
pun masih dalam kerangka Majelis Iman. Bukankah firman-Nya berbunyi, “Apabila
telah selesai suatu urusan maka beralihlah ke urusan yang lain”. Maka sejatinya
istirahat hanyalah berpindahnya kita dari satu urusan menuju urusan yang lain. Dan
istirahat hakiki itu hanya ada di syurga-Nya Allah Swt, sebaik-baik tempat
beristirahat.
Ya,
berhenti sejenak untuk sebuah loncatan semangat yang luar biasa. Dan semua
karena Allah, karena Allah, karena Allah Swt.
Yk.28.11.2013
Idzkhir
al-Mu’adz
0 comments:
Post a Comment