Pada kesempatan ini, entah kenapa menjadi teringat tentang bagaimana keluarga saya di Pariaman sana. Mungkin faktor beberapa tahun belum bertatap muka secara langsung jadi sedikit berpengaruh terhadap hal ini. Bahkan adik terdekat yang berada di Semarang pun sudah nyaris 1 tahun belum bertemu lagi. Mungkin itulah uniknya keluarga kami. Terlebih untuk kami 5 bersaudara. Yang konon katanya di Jawa dikenal dengan istilah Pendowo Limo didunia pewayangan.

Ya, dikeluarga kami (termasuk saya) ada lima bersaudara. Karena “bersaudara” berarti ada 5 orang laki-laki dikeluarga besar ini. Bagi saya kami bukanlah Pandawa Lima karena kami tidak memiliki lawan layaknya Kurawa bagi keluarga Pandawa. Kami adalah 5 bersaudara yang dikenal karena nama belakang kami, yakni Yusda dan atau pun Yuda. Nama belakang yang berasal dari akronim nama kedua orang tua tercinta. Yusmaini Sulaiman (ibu) dan Dasriel (bapak).

Anak pertama, saya sendiri. Idriwal Mayusda. Sejarah dibalik nama sesungguhnya sudah diceritakan bagian lain dari blog ini. Berasal dari kata Idul Fitri, Syawal, May dan tentu saja nama kedua orang tua tercinta dibelakang nama ini. Mungkin yang sering menjadi pengingat adalah memaknai peran sebagai anak pertama dikeluarga. Bahkan tertua dikeluarga besar dengan 16 orang adik/adik sepupu. Ya, meskipun tidak tertulis namun ada sesuatu yang harus menjadi peran sebagai anak tertua dikeluarga besar ini.

Lanjut ke cerita tentang adik saya yg pertama. Dia bernama Yogie Novri Yusda. Benar kan? Nama belakang kami sama, Yusda. Sejarah dari nama adik pertama saya memang cukup unik. Nama “Yogie” pada awalnya diusulkan oleh ibu dengan kata “Prayogi”, singkatan dari “Proyek Bukit Tinggi”. Karena saat kelahiran anak kedua ini, Bapak sedang tidak dirumah. Saat itu Bapak sedang berada di Bukit Tinggi untuk sebuah proyek dari PB5. PB5 yang saya pun lupa singkatan dari apa merupakan sebuah perusahaan kontraktor dimana dahulu beliau bekerja. Dikarenakan keterbatasan komunikasi kala itu memang Bapak baru tahu kelahiran Yogie saat pulang ke rumah. Maka nama itu dirasa sesuai oleh Ibu agar bisa menjadi pengingat sejarah kelahiran adik pertama saya. Akan tetapi, Bapak tidak setuju. Maklum nama itu justru menjadi pengingat betapa dia tidak bisa mendampingi kelahiran adik saya. Sehingga namanya dipotong menjadi Yogie. Yang lahir dibulan November untuk kata Novri. Dan tentunya dilengkapi dengan nama belakang Yusda.

Adik saya yang kedua bernama Dhio Trima Yusda. Benar kan? Masih melekat dengan nama belakang Yusda J. Untuk panggilan Dhio, saya belum bisa menggali lebih dalam latar belakang sejarahnya sebelum berangkat ke Jogjakarta. Mungkin ketika pulang, insya Allah. Sedangkan untuk kata Trima tentunya bisa ditebak apa? Tri bermakna tiga sedangkan Ma adalah awalan kata untuk menyatakan bulan Maret.

Begitu pun untuk adik saya yang ketiga dan ke empat. Akan tetapi, kata belakang nama mereka sudah sedikit berbeda dengan kami. Yakni menggunakan kata “Yuda” masih dengan makna yang sama. Berasal dari nama kedua orang tua kami. Adik ketiga saya bernama Dhino Okto Yuda dan adik terbungsu bernama Edho Fiveli Yuda. Tentunya sudah bisa memahami latar belakang nama kedua adik terakhir saya ini? Dhino lahir dibulan Oktober dan Edho lahir dibulan Juli sebagai anak kelima (Five) dari keluarga ini.      

Setidaknya ada beberapa hal yang menjadikan kami lima bersaudara sangat kuat. Ketika melihat sosok Ayah dan Ibu berjuang membesarkan kami berlima. Dengan kondisi keluarga ini tidak akan terbayangkan bagaimana mungkin kami bisa bercita-cita tanpa batas. Ya, meskipun hal ini sempat menjadi beban untuk adik-adik saya karena saya telah mengejar cita-cita untuk keluar dari daerah asal saya, Sumatera Barat hanya untuk sekedar melanjutkan kuliah. Ada kekhawatiran akan beban yang berat untuk kedua orang tua kami ketika adik-adik saya juga berkeinginan “keluar” dari Sumatera Barat hanya untuk sekedar melanjutkan pendidikan.

Namun, justru kami seperti tak pernah dibatasi cita-citanya. Adik kedua saya sekarang kuliah di Universitas Negeri Riau. Adik ketiga saya juga keluar dari Sumatera Barat mendekat ke tempat saya berada saat ini. Dia berada di Universitas Diponegoro, Semarang. Sehingga yang sekarang dirumah mendampingi ibu hanyalah kedua adik saya yang terakhir. Dhino dan Edho. Karena Bapak pun hanya bisa dirumah sekali sepekan karena bekerja di Bukit Tinggi. 

Siapa pun tidak akan menyangka bagaimana kami bisa seperti saat ini. Ketika saya mantap di program studi Teknik Industri, adik kedua saya yakin dengan keberadaannya di Ilmu Kelautan sedangkan adik ketiga saya sangat siap di Administrasi Publik. Mungkin kami bertiga kedepannya bisa mengembangkan industri kelautan dan perikanan dengan basis kebijakan publik yang kuat. Apalagi daerah asal kami adalah daerah Pantai yang tidak hanya terkenal dengan keindahan laut dan pulau-pulau kecilnya tapi juga terkenal dengan hasil lautnya. Aamiin…

Kami (bukan) Pandawa Lima
karena Bapak dan Ibu kami bukan seorang Raja atau pun ratu  
akan tetapi mereka menjadikan raja
setiap impian dan cita-cita kami

Kami (bukan) Pandawa Lima
karena Bapak dan Ibu kami bukanlah Raja atau pun ratu
yang memberikan setiap keinginan kami
Akan tetapi mereka membangun kami
Bagaimana bersikap untuk setiap keinginan itu.


Yk.16.10.2012
*Semoga keluarga kami dipertemukan Allah
disyurga-Nya kelak

Idzkhir al-Mu’adz