Semua ini berawal ketika terlibat dalam sebuah agenda besar Fakultas ini yakni PPSMB Fakultas Teknik 2010 “Patriot”. Ketika disana bertemu kembali dengan sahabat-sahabat Keluarga Muslim Teknik dalam kepanitiaan itu setelah separuh perjalanan awal KMT bisa dibilang tidak ada keterlibatan saya disana. Sebuah pengalaman luar biasa yang melahirkan energi besar untuk bersama dengan sahabat-sahabat KMT. Hingga ruh kehadiran itu dilanjutkan dengan dilibatkan di kepanitian Qurban Teknik. Dan mungkin inilah awal mula kembalinya saya untuk hadir bersama sahabat-sahabat Keluarga Muslim Teknik. Dan tanpa terasa waktu itu bergulir sangat cepat. Dari Qurtek menuju Upgrading 1 hingga Muharram Fair dan akhirnya menutup KMT X3 di Muktamar untuk “dikorbankan” sebagai pimpinan sidang saat itu. Namun bukanlah itulah bagian penting dari tulisan ini, akan tetapi goresan hikmah & pembelajaran yang hadir setelah itu. Pembelajaran dari perjalanan amanah KMT X4


Pembelajaran pertama, Mencoba menghadirkan Allah dalam setiap keputusan kita adalah hal pertama yang mungkin menjadi pertimbangan ketika diamanahkan untuk berada di amanah kepengurusan KMT X4. Karena pertanyaan yang hadir pada diri ini adalah apakah mungkin seorang yang pada awalnya tidak “hadir” di lembaga ini diamanahkan sebagai pengurus. Dan yang lebih menjadi pertanyaan lagi ketika diamanahkan sebagai Biro Khusus Kaderisasi. Apakah kami sudah memenuhi kriteria seorang kader untuk mengampu peran itu karena sepertinya apabila ditolok ukur sangatlah kurang. Upgrading saja tidak pernah saya ikuti secara sempurna. Apalagi agenda-agenda yang membutuhkan kehadiran banyak anggota KMT. Dan bismillah... dengan dikuatkan bahwa peran ini adalah peran bersama serta dijalankan dalam sebuah tim (bagi saya lebih tepatnya keluarga) akhirnya amanah tersebut diterima. Amanah sebagai Biro Khusus Kaderisasi KMT X4.

Dan titik awal untuk meluruskan niat adalah hal yang mungkin selalu menjadi renungan selama perjalanan kepengurusan ini. Hingga itulah yang menjadi salah satu pertimbangan keputusan untuk berada di amanah kaderisasi. Pandangan saya waktu itu adalah peran ini (kaderisasi-read) adalah peran sebagai orang dibalik layar sehingga harusnya menjadi salah satu cara yang baik dalam hal menjaga niat. Meskipun ternyata dalam perjalanannya kami nyaris selalu merenungkan hal ini. Apalagi ketika tuntutan lapangan menyebabkan kami justru menjadi orang yang sering “tampil” didepan. Semoga Allah memelihara niat-niat kami hingga hari ini. Hal yang sama ketika rasa kecewa yang hadir, seolah kembali mengingatkan kami untuk harus bertanya apakah niatan kami dalam menjalankan amanah ini.

Pembelajaran selanjutnya adalah Kekeluargaan, suasana akan selalu coba untuk dihadirkan disetiap tempat yang saya berada. Mungkin karena hal itulah yang dirasakan saat berada di keluarga ini. Dari namanya saja "keluarga". Dan keluarga terkecil yang sudah menjadi keluarga kedua bahkan saya banggakan adalah keluarga Tim Kaderisasi (BKK-read).. Bukan begitu Tito, Naba, Lina, Umi ?(urutan hafalan nama setiap syuro dan sms ^^). Tim yang benar-benar mengenal karakter satu sama lain. Tim yang forganya baru terlaksana satu kali karena setiap syuronya ibarat jadi forga rutin. Tim yang syuronya mematahkan rekor waktu paling lama. Tim yang saat personilnya milad bikin cara yang aneh... dari skenario untuk sama-sama tidak diperdulikan, skenario sms bervariasi (runtutan, tematik, puisi, pantun, dll) sampai skenario bawa kue segala (Untuk yang terakhir ini saya adalah korbannya. Oya, lilin serta ucapannya masih tersimpan rapi sampai sekarang). Nah, itu apabila di tim kaderisasi ^^. Ketika bersama keluarga PH, saya sudah seperti bertemu keluarga besar yang memeberi banyak inspirasi. Banyak belajar, sering diingatkan, sering dinasehati, de el el. Luar biasa ketika bersama dengan keluarga besar ini.

Pembelajaran lain adalah Belajar untuk Memahami orang lain. Sebuah hal yang juga menjadi pembelajaran besar selama di amanah ini. Menyadari setiap orang memiliki kondisi yang berbeda-beda hingga tidak mungkin untuk disamakan, memahami bahwa ada pasti ada “sesuatu” dibalik seseorang, memahami cara pandang dan kecenderungan orang lain. Itula yang dipahami saat bersama dengan sahabat PH, saat bersama dengan BKK, dan saat bersama dengan adik-adik 2010. Banyak hal yang kadang ketika hanya bisa kita pahami tetapi sulit untuk dideskripsikan.

Pembelajaran-pembelajaran ini semakin diperkuat dengan memahami arti Memiliki sebuah kepekaan terhadap setiap perubahan. Untuk hal ini mungkin bisa jadi berbeda saat direfleksikan ke diri sendiri, dampak akut kaderisasi untuk memahami karakter. Ketika bisa dirasakan ada sesuatu yang terjadi pada orang lain (kok.. jadi tambah abstrak ya tulisannya).. Contoh, ketika jarang untuk bertemu di Mustek maka akan menimbulkan pertanyaan apa yang terjadi dengan adik-adik. Ketika melihat perubahan wajah tiba-tiba saat berjumpa, ketika melihat perubahan gerak gerik, dll. (benar-benar tambah abstrak...--?).

Sabar dan ikhlas ketika sedikit hadir kekecewaan. Kekecewaan yang utama mungkin kepada diri sendiri sebelum kepada orang lain. Kecewa yang bisa saja menjerumuskan ketika apa yang menurut kita baik belum tentu menjadi seperti itu pada realitas keadaan yang ada. Sehingga akhirnya dikembalikan kepada niat yang melatarbelakang faktor orientasi targetan. Dan pada kondisi tersebut hanyalah sabar & ikhlas yang harusnya kita hadirkan. Bersabar dan ikhlas..Bukan begitu sahabat?

Dan selanjutnya yang akan selalu menjadi pengingat diri dalam setiap amal, yakni Ilmu, landasan setiap gerak & tindakan. Bahwa setiap pedoman kita itu adalah ilmu bukan intuisi, bukan perasaan, bukan emosi sesaat, bahkan bukan pengalaman. Karena saya termasuk orang yang paling banyak belajar kepada pengalaman. Pengalaman bisa jadi refleksi gerak tapi tidak untuk menjadi landasan utama, lebih tepatnya sebagai pertimbangan. Dari ilmu yang ushul yakni Qur’an & Sunnah hingga dakwah bahkan umum. Dan memang haruslah setiap hal itu memiliki landasan ilmu.

Dan membuka sudut pandang lain, salah satu buah dari ilmu dan kebersamaan dengan sahabat KMT. Ketika sudut pandang semakin banyak bertambah, tidak hanya dari sudut satu "kotak" saja. Buah dari karakter kami yang berbeda-beda sehingga makin memperkaya. Hal yang sangat terasa ketika mengambil pertimbangan dengan sudut pandang untuk sahabat-sahabat PH. Terutama sahabat yang disayang Allah Reka Inovan, Fajli Mustafa, Robbani Alfan, Kuncoro ^^ (utk Kuncoro.. mantap dah pokoknya)..

Dan terakhir adalah Istiqomah, bagian tersulit dan semoga Allah menganugerahkan. Hal yang menjadi hal yang sangat terasa ketika berada diakhir amanah ini. Dan sungguh ini kembali dikembalikan kepada niat yang dihadirkan diawal. Dan wallahu a’lam.. Hanya Allah-lah yang membolak-balikin kecenderungan hati ini. Semoga senantiasa menjadi hamba-hamba-Nya yang diistiqomahkan..

Tulisan ini saya tutup dengan sebuah kutipan dari seorang guru
“Seonggok kemanusiaan terkapar, siapa yang mengaku bertanggung jawab? Bila semua menghindar. Biarlah saya yang menanggungnya. Semua atau sebagiannya.” (KH. Rahmat Abdulloh)

Terimakasih kepada sahabat-sahabat Pengurus Harian Keluarga Muslim Teknik X4 & terkhusus kepada rekan-rekan Biro Khusus Kaderisasi (Tito Rizal Prabowo, Nur Rochman Nabawi, Khoiriyati Kaulina Rahmaningrum, Umi Kulsum Maharani Priandini) untuk setiap hal yang menjadikan saya sebagai seorang pembelajar.