Terkadang kita tidak menyadari ketika kita berdiri, berucap, dan bergurau saat ini merupakan hari terakhir bagi kita untuk berada di dunia. Seperti sebuah kisah berikut yang Insya Allah membawa hikmah bagi kita.............

Pada hari terakhir sebuah pesantren Ramadhan seorang pemateri menutup dengan sebuah renungan. “Mari kita mengevaluasi setiap detik yang kita jalani saat ini, bisa jadi saat ini merupakan pertemuan terakhir kita dalam acara ini”, renung pemateri tersebut. Hingga semua hadirin larut dalam renungan hari terakhir tersebut. Sebuah semangat perubahan tampak muncul pada setiap remaja yang hadir pada acara tersebut. 1 bulan berselang sang pemateri menerima sebuah pesan singkat yang mengejutkannya.
“Ustad terimakasih atas bimbingannya kepada adik saya, Innalillahi wa inna ilaihi raji’un, alhamdulillah beliau sudah kembali keharibaannya pagi tadi”, isi pesan singkat tersebut.


Sebuah hal yang tidak terkira sebelumnya bahwa renungan beberapa bulan yang lalu. Sang pemateri inipun bergegas untuk menyempatkan hadir pada acara pemakaman anak didiknya tersebut. Dan akhirnya bertemu dengan keluarga yang ditinggalkan hingga ceritanya pun menjadi lengkap. Beberapa hari yang lalu, tiba-tiba adik saya menderita demam panas. Hingga kemudian kamipun memeriksakannya ke sebuah klinik. Akan tetapi, diagnosa cuman menyatakan bahwa dia cuman menderita demam biasa. Hingga sang adikpun diinapkan dirumah tanpa harus dirujuk ke rumah sakit.

Akan tetapi, pada malam harinya demamnya malah bertambah panas hingga kedua orangtua kami khawatir dan membawanya ke ke rumah sakit. Dokter masih menyatakan bahwa itu hanya demam biasa meskipun kedua orang tua tetap meminta untuk rawat inap di rumah sakit. Esok harinya demam sang adik semakin bertambah panas hingga orang tuanya pun senantiasa mendampingi. Akan tetapi, adik saya tetap menjalaninya dengan sabar dan tenang. Bahkan meminta kepada kedua orang tuanya untuk mengambilkan alqur’an dan membacakan surat yasin. Bahkan adik saya mengejakan di halaman berapa surat yasin berada.

Selesai surat yasin dibacakan tiba-tiba adik saya bergumam kepada ayah saya. “Pa, siapa orang yang berada disamping papa”, kata anak itu. Kedua orang tua tsb saling memandang dan menyadari bahwa tidak ada orang diruangan tsb kecuali mereka berdua. Hingga sang bapak pun seolah-olah melebarkan tangannya untuk menyatakan bahwa tidak ada orang disampingnya. “Sekarang, dia berada disebelah mama”, tambahnya. “ Siapa ?”, ungkap sang ibu. “Orang yang berjubah putih Ma yang tadi berada disamping Papa”, imbuhhya.

Sang ibu pun juga melakukan hal yang sama dilakukan sang ayah. “Sekarang, beliau sudah berada di depan saya”, ungkap adik saya. Kedua orang tua hanya bisa heran akan pernyataan sang anak. Dan seketika sang anak melipat kedua tangannya, meluruskan badannya seolah akan sholat dan mengucapkan dua kalimat syahadat. Dan memandang ke arah langit dengan sebuah senyuman. Sang adik telah berpulang ke rahmatullah dengan begitu damainya.


Pertanyaannya teman-teman apakah kita bisa mencapai akhir hayat seperti itu. Dengan begitu lancarnya mengucap dua kalimat syahadat dan damai. Apalagi sebagai seorang remaja yang penuh dengan godaan dan hiruk pikuk dunia. Dan tahukah teman-teman apa yang terjadi dengan kedua orang tua sang anak saat ini? Hidayah memang datang di saat yang tidak disangka-sangka termasuk saat kepergiaan sang anak. Sang ayah tanpa malu kembali belajar membaca al qur’an dari tahap dasar yakni iqro’. Keluarga inipun semakin mendekatkan diri kepada ilahi Rab. Ini adalah sebuah kisah nyata, satu dari beribu pelajaran yang diberikan Allah kepada kita.