Hm... Sebuah mimpi itu seolah diperlihatkan hari ini. Jurusan Teknik Madani & Islami, memang bukan hanya sebuah impian. Dan inilah kisahku untuk mozaik kehidupan hari ini. Hari ini yang cerah ketika menapaki perjalanan ba’da Shubuh dari Mesjid Al Ashri. Ketika saya harus bersiap untu menuju sebuah mata kuliah wajib yang hampir seluruhnya dinikmati mahasiswa, Matematika 2. Hm... sebuah resiko menjadi mahasiswa yang mengulang mata kuliah. Ada sebuah kemalasan untuk menikmati setiap prosesnya apalagi ini untuk pertama kali menjadi mahasiswa dengan label “sesepuh” dikelas. Namun, sebuah tekad perbaikan haruslah tetap dipertahankan. Karena sebuah gengsi haruslah dibelakangkan untuk sebuah ilmu.

Namun kisah ini bukan tentang saya yang harus mengulang mata kuliah dengan berbagai alasannya. Akan tetapi tentang sebuah hal yang tanpa sadar direncanakan Allah untuk diperlihatkan. Ketika memasuki kelas sebagai 5 orang pertama pagi itu dengan segala aktivitas adik angkatan yang masih bertahan dengan sifat rajinnya. Hingga secara bergantian kelas dipenuhi oleh mahasiswa dan mahasiswi mata kuliah tersebut.
Dan dosen pun memasuki ruang kelas sehingga kuliah “ceria” pagi itu pun dimulai. Sebuah hal biasa sesungguhnya ketika dosen memberikan kuliah, mahasiswa mendengarkan, mahasiswa membuat keributan, mahasiswa sms-an (untuk beberapa hal terakhir ini seharusnya bukan menjadi hal biasa). Namun, saya secara tidak sadar melihat kondisi yang bagi saya menjadi sebuah hal yang beda.


Apakah itu? (semoga ini bukan pandangan subjektif yang berlebihan). Posisi duduk saat itu secara tidak sadar telah menjadi 2 blok yang jarang ditemui. Mahasiswi di blok tempat duduk bagian kiri sedangkan mahasiswa berkumpul di blok tempat duduk bagian kanan. Adakah yang aneh dengan hal itu? Mungkin bukan hal aneh ketika kita kuliah dikampus Teknik Kimia (berdasarkan kisah dari Kajur yang juga memberikan kuliah disana) ataupun di kelasnya Teknik Mesin yang memang diisi oleh mahasiswa semua. Namun bagi saya, ini sebuah hal yang luar biasa terjadi dikampus tercinta ini (sekali lagi, semoga ini bukan pandangan subjektif yang berlebihan). Semoga ini wujud fitrah yang digerakkan Allah pada mahasiswa mahasiswi yang hadir pada hari ini.
Tidakkah hal ini menjadi impian kita bersama?

Kisah hari ini bukan hanya kisah manis layaknya yang sering tergambar dari gambaran awal dari tulisan ini. Namun masih berlanjut dengan hal yang mungkin harus menjadi evaluasi bersama dalam menjalani perjuangan ilmu.
Hm... Ketika mata kuliah ini berlanjut dengan curahan ilmu dari sang dosen. Tapi.... Mahasiswa dan mahasiswi ternyata belum bisa menahan rayuan dalam menjalani mata kuliah ini. Rayuan untuk mengobrol dengan teman sebelah, rayuan untuk tetap sms an, rayuan untuk tetap menikmati rasa kantuk. Meskipun saya pun terkadang menganggap biasa hal itu. Namun, ternyata kondisi ini sepertinya sudah tidak dapat dikendalikan lagi. Suasana gaduh sangat terasa dalam menjalani mata kuliah ini.

Dan.... sebuah keputusan pun menyelesaikan semua hal ini. “Kuliah hari ini berakhir sampai disini”, ucapan yang mengheningkan suasana kelas. Maka kelas pun berakhir dengan keberangkatan sang dosen dari ruang kelas. Adakah hal yang aneh dari tindakan itu? Ataukah itu juga sudah menjadi hal biasa dalam pandangan kita. Bagi saya justru itu merupakan wujud teguran yang baik. Sebuah teguran bukan dengan wujud pelampiasan amarah yang menjadi-jadi. Jikalau kita melihat lebih dalam maka kita mungkin teringat bahwa Dan berdebatlah kamu dengan cara yang ahsan...”

Sebuah tauladan insya Allah bagi kita dalam menahan amarah. Dan tidakkah ini menjadi impian kita terhadap para pengajar kita dalam memberikan sebuah ketauladan dalam mengajar? Kisah ini masih berlanjut dengan salah satu mozaik secercah asa dari JTMI tercinta. Yakni ketika saya memutuskan untuk mengalihkan pandangan menuju Musala Al Hadid yang insya Allah diberkahi. Apa yang aneh pada hari ini? Bukan pada musalanya yang tiba-tiba menjadi berlantai tiga ataupun musalanya yang dipenuhi masyarakat JTMI untuk melaksanakan Dhuha (insya Allah inilah impian kita).

Namun pada muncul serangkaian besi terstruktur di depan Musala tercinta. Ketika saya mendekati benda tersebut, ternyata tercantum sebuah tulisan “TEMPAT SEPATU, JANGAN DIPINDAHKAN, M***** M*******A, Dosen UGM”. Subhanallah, sebuah hal yang luar biasa bagi saya (semoga ini subjektivitas yang tidak berlebihan) ketika menjadi saksi pertama keberadaan benda tersebut. Bukan karena bagusnya desain benda itu yang telah memenuhi syarat ergonomis, bukan karena sepertinya emang dibutuhkan ataupun hal lain. Tapi karena sebuah inisiatif fastabiqul khairat dari pengajar kita dalam beramal. Tanpa banyak bicara ataupun janji-janji, namun terlihat dengan memberikan sebuah bukti nyata dalam beramal.

Tidakkah semangat berlomba-lomba dalam kebajikan (fastabiqul khairat) seperti inilah yang kita impikan dari jurusan kita tercinta?
Pada akhirnya semua ini hanyalah mozaik-mozaik kisah yang diperoleh dari hari ini. Sebuah kejadian nyata bukan sebuah mimpi terhadap sebuah impian Jurusan Teknik Madani dan Islami. Tidakkah sesungguhnya harapan itu telah ada dan tak terasa menjadi sebuah fitrah dalam aktivitas-aktivitas di kampus kita tercinta. Tidakkah sesungguhnya kitalah yang berusaha membangkitkan fitrah-fitrah tersebut agar menjadi kejadian nyata yang terjadi setiap harinya. Bukan hanya secercah harapan yang saya alami pada hari ini.

Pada akhirnya semuanya berawal dari diri sendiri. Bagaimana mungkin impian kita melihat jurusan kita menjadi Jurusan Teknik Madani & Islami tercapai ketika kita belum memulainya dari diri sendiri. Apakah ketika memilih tempat duduk justru sangat nyaman dengan posisi yang bercampur tanpa memperhatikan siapa di kiri & kanan kita. Apakah kita lebih suka duduk santai dan bercanda di lobi JTMI di pergantian jam kuliah pagi hari dibandingkan mengajak sahabat-sahabat kita di lobi menuju Musala untuk melaksanakan Dhuha. Ataukah justru karena kita nyaman berada di Musala sehingga membuat kita tidak berinteraksi dengan sahabat-sahabat kita sehingga dicap mengekslusifkan diri. Ataukah justru karena kita sangat “supel” dalam berinteraksi sehingga sedikit melupakan posisi bagaimana seharusnya dalam berinteraksi terhadap lawan jenis.

Semua tulisan ini hanyalah sebuah pengingat bagi diri saya ketika menjalani hari ini. Sebuah evaluasi bagi diri saya dalam menjalani perjuangan ilmu di kampus tercinta ini. Sebuah pesan kebermanfaatan dari mozaik kehidupan hari ini.
“Sungguh Sebuah Jurusan Teknik Madani & Islami Menuju Teknik Yang Islami Bukanlah Sebuah Mimpi”

Dimulai di Mushala Harapan, Musala Al Hadid JTMI Diselesaikan di Mushala Ukhuwah, Musala Teknik 11 Rabi’ul Tsani 1432/16 Maret 2011 M 14:23 WIB Oleh Idzkhir Al Muadz