Tuesday, May 21, 2013

Oleh: Ustadz Mohammad Fauzil Adhim


Berapa banyak perjuangan yang tampaknya sia-sia dan bahkan harus terusir dari negerinya sendiri, tapi Allah Ta'ala catat sebagai kemuliaan. Bila saudaramu berjuang menegakkan dien ini dan tampak tidak membawa hasil, bukan berarti engkau boleh campakkan kebenaran. Bila saudaramu tak memiliki kepatutan dalam mewujudkan apa diperjuangkannya, bukan berarti apa yang diperjuangkan serta-merta salah dan hina.



Boleh jadi atas kegagalannya mewujudkan apa yang mereka perjuangkan, kitalah yang justru amat berat tanggung-jawabnya di akhirat. Kita mengalami kesengsaraan di akhirat bersebab sikap nyinyir kita terhadap perjuangkan menegakkan yang haq, menjadikan manusia futur dan menghalangi manusia lainnya dari bersimpati serta berkiprah terhadap perjuangan. Yang awalnya ingin mendukung, berbalik menelikung. Adapun mereka telah ditetapkan apa-apa yang telah mereka usahakan sepenuh kesungguhan, liLahi Ta'ala, ilaLlah dan fiLlah.

Kewajiban kita berjuang mengantarkan hidayah. Tapi bukan wewenang kita memastikan seseorang memperoleh hidayah melalui dakwah kita. Sebagian di antara kesungguhan berdakwah, baru tampak hasilnya justru sesudah kita tiada. Lamban diterima, tapi disambut secara penuh. Janganlah terkecoh oleh cepatnya manusia menyambut kita. Boleh jadi ini bukan penanda keberhasilan dakwah, melainkan justru kelirunya kita. Mereka bergegas menyambut kita bukan karena menerima seruan kita, tetapi karena kita bawakan untuk mereka apa yang mencocoki hawa nafsu.

Sesungguhnya dakwah tidak bernilai, tak berharga sama sekali, kecuali liLlah, fiLlah dan ilaLlah. Bukan menyeru pada kelompok. Jika tak mampu menjadi penyokong dakwah, maka hendaklah kita tidak menjadi penyebab runtuh dan rusaknya dakwah. 

Sedikit yang dapat saya sampaikan. Jika ada yang batil, ingatkanlah saudaramu ini dengan tawashau bil haq, bish-shabr dan bil marhamah. Jika ada yang tidak tepat, jangan tertawakan saudaramu seiman. Ini adalah adab sangat buruk yang menjadikan seseorang kehilangan muru'ahnya. Engkau tidak menjadi mulia karena mentertawakan orang bodoh yang berusaha meraup ilmu; ia penuh kekurangan tapi berjuang meraih kebaikan.

Posted on Tuesday, May 21, 2013 by Akhdan Mumtaz

No comments

Saturday, May 11, 2013

Part #1


Menikmati fase dimana kita berperan sebagai orang tua, sesepuh ataupun pensiunan akan lebih banyak proporsi dalam sebuah renung dan evaluasi. Begitu pun saya. Apalagi dengan apa yang telah dijalani sebelumnya saat masih berperan sebagai wajah muda, kalaupun mau dibilang begitu. Dalam hal ini saya mencoba menulis beberapa hal terkait sebuah hal yang menjadi pembahasan klasik bagi  mahasiswa, Dakwah Kampus. Karena tentunya sudah barang tentu bahasa ini sudah sangat umum dikalangan aktivis kampus.

Dan pada bagian tulisan ini saya mencoba kembali bertanya tentang satu hal utama dalam melayarkan kapal (dakwah kampus-read) yakni kemanakah Tujuan Dakwah Kampus itu? Berkaca terhadap hal ini saya mencoba menggali beberapa pedoman utama terhadap gerak dakwah kampus. Dan dalam Risalah Manajemen Dakwah Kampus tertulis,

“Membentuk civitas akademika yang bercirikan intelektualitas dan profesionalitas, memiliki komitmen yang kokoh terhadap Islam, dan mengoptimalkan peran kampus dalam upaya mencapai kebangkitan Islam”  

        Dimana melalui dakwah kampus diharapkan lahir intelektual-intelektual muda yang professional dalam bidang yang digelutinya dan tetap memiliki ikatan dan keberpihakan yang tinggi terhadap Islam. Merekalah pembaharu-pembaharu yang dapat melakukan perubahan-perubahan kondisi masyarakat menuju kehidupan Islami hingga akhirnya terwujud bersama cita-cita kebangkitan Islam.

          Adalah menjadi pertanyaan bagi kita berdasarkan apa yang tertulis 9 tahun yang lalu ini. Sudah sejauh apakah tujuan ini terealisir dikalangan aktivis dakwah kampus?  Karena tentunya rangkaian kalimat tujuan dakwah kampus itu ditetapkan bukan tanpa maksud dengan ketidak-feasible-an. Melainkan memang itulah hal yang tepat untuk ditetapkan sebagai sebuah cita-cita kebangkitan Islam dari gerbang kampus.

          Berdasarkan tujuan itu tertera ciri output dari dakwah kampus adalah civitas akademika yang intelektualitas dan profesionalitas. Tentunya kaca pertama yang coba kita lihat adalah kepada aktivis dakwah kampus sebagai pelaku. Sebelum kita jauh-jauh melihat civitas akademika. Sudahkah bercirikan intelektualitas dan profesionalitas? Kita bisa memulainya dari bagaimana kondisi kuliah para aktivis dakwah kampus sebagai tugas pertama mereka ketika datang ke kampus. Apakah mereka termasuk yang paling baik kuliahnya. Terbaik dalam kehadirannya, terbaik dalam tugas-tugasnya, terbaik dalam kerja kelompoknya, terbaik dalam intensitas membaca literature bidang studinya. Ketika hal ini belum selesai maka bagaimana akan menuntut lebih kepada intelektualitas dan professional dalam gerak dakwahnya.

          Ciri selanjutnya adalah memiliki komitmen yang kokoh terhadap Islam. Kembali menjadi pertanyaan tentunya bagi kita. Seberapa kokohkah komitmen aktivis dakwah terhadap Islam. Sudahkah aqidah, fikrah, dan manhaj Islam menjadi pengarah dan sumber petunjuk. Sudahkan iman dan amal shalih sebagai dasar penerapan nilai-nilai Islam. Atau yang lebih konkrit secara komitmen. Sudahkah 5 waktu shalat dilaksanakan secara berjama’ah tepat waktu dan dimasjid. Apabila aktivis dakwah masih belum selesai dalam hal utama yang akan dihisab di yaumul akhir bagaimana mungkin kita akan bertanya tentang yang lain secara komitmen dalam Islam. Bagaimana mungkin kita akan membicarakan tentang militansi menerima panggilan dakwah saat militansi untuk memenuhi seruan Allah saja masih enggan untuk dipenuhi bahkan telat-telatan. Na’udzubillahi min zalik.

          Namun akan banyak pendapat bahwa tidak banyak yang menjadi terbaik dalam semuanya. Bahkan dengan pertimbangan aspek multitasking yang tidak semua orang memilikinya. Ketika secara kognisi memang divided attention secara kontinu/terus menerus akan berakibat pada semakin kurangnya perhatian kita pada satu tugas. Hal yang berujung pada aspek kinerja mengalami penurunan kualitas (dual-task interference) ketika berusaha untuk melakukan banyak tugas secara bersamaan. Ya, itulah yang ditanggung di pundak para aktivis dakwah.

          Sungguh pertanyaan-pertanyaan ini bukan untuk menyatakan aktivis dakwah hari ini dalam degradasi total. Hanya sebagai cambuk bagi diri sendiri dan kita semua karena melihat fenomena-fenomena yang mulai muncul hari ini. Bahkan bukan dalam kerangka pesimistis bahwa tidak ada yang bisa secara sempurna mencapainya. Tidak banyak tapi juga banyak yang saya temukan bisa. Maka tidak ada alasan harusnya yang menyatakan aktivis dakwah tidak bisa terbaik di semuanya. Bukankah aktivis dakwah itu berjuang untuk mencapai 10 karakter muslim sejati. Aktivis yang lurus dalam aqidahnya, benar dalam ibadahnya, mantap akhlaknya, teratur dalam urusannya, terjaga waktunya, luas pengetahuannya, sehat dan kuat jasmaninya, mandiri, terkendali hawa nafsunya dan bermanfaat bagi orang lain. Maka tawazun itulah modal kita.

         Apabila masih ada pertanyaan tawazun itu SULIT. Maka jawabannya berarti kita belum pernah berikhtiar untuk melaksanakannya. Kita belumlah teratur urusannya. Belumlah terjaga waktunya. Belumlah terkendali hawa nafsunya. Dan pada akhirnya berujung kepada bisa jadi belum terjaga secara benar niatnya.
Wallahu a’lam bi shawab.
          
Yk.8.5.2013
*menulis ini justru menjadi renung mendalam
bagi diri sendiri

Idzkhir al-Mu’adz

Posted on Saturday, May 11, 2013 by Akhdan Mumtaz

No comments

Monday, May 6, 2013

Analisis Pembebasan Palestina Berdasarkan Sirah Khulafa’ur Rasyidin, Generasi Emas Islam danMasa Kejatuhannya  

 Latar Belakang

“Kami juga menyeru para intelektual dunia dan masyarakat internasional pada umumnya, untuk membuka mata terhadap peristiwa memilukan ini dengan logika/akal sehat dan obyektivitas, untuk memberikan hak-hak bangsa Palestina dan mengangkat kezhaliman dari mereka, hingga mereka dapat hidup dengan kemuliaan. Bersamaan dengan itu, kami mengucapkan terima kasih kepada setiap negeri dan orang yang turut andil di dalam memberikan bantuan dan pertolongan kepada bangsa Palestina[1]

Kutipan diatas merupakan penggalan dari Fatwa Al-Lajnah ad-Dâ`imah lil Bu h ûts al- 'Ilmîyah wal Iftâ`(Komisi Tetap bagian Studi Ilmiah dan Fatwa) Kerajaan Arab Saudi tentang Palestina. Karena diantara salah satu permasalahan umat Islam yang penting hari ini adalah Palestina. Sebuah negeri yang Allah anugrahkan keutamaan-keutamaan. Diantara beberapa keutamaan itu antara lain : sebagi tempat bersejarah bagi umat sebelum dan setelah Nabi Muhammad Saw serta menjadi kiblat pertama umat Islam.

Dan perjuangan ini pun sebenarnya adalah bukan untuk Palestina sebagai sebuah negeri. Akan tetapi, lebih dari itu yakni untuk Al Quds atau lebih dikenal didunia dengan nama Jerusalem dengan Al Aqsa yang ada di dalamnya. Sehingga perjuangan Palestina sesungguhnya menjadi tanggungjawab umat Islam karena “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara.” (Al-Hujurat: 10). Dan “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Dia tidak menzalimi saudaranya, tidak membiarkannya (tidak ditolong), tidak mencelakakannya, dan tidak meremehkannya.” (HR. Muslim). Maka adalah menjadi sebuah perhatian besar bagi umat Islam tentang bagaimana Palestina dan Al Quds bisa dibebaskan dari cengkeraman Israel Laknatullah.


Oleh karena itu, Pembebasan Palestina menjadi sebuah keharusan untuk diperjuangkan bagi umat Islam. Namun pertanyaan selanjutnya yang muncul tentulah tentang pembebasan seperti apa yang dapat dilakukan terhadap Palestina? Apakah dengan pengakuan Perserikatan Bangsa-bangsa bahwa Palestina telah menjadi negara peninjau non-anggota PBB sudah bisa terkategori bahwa Palestina telah terbebas? Karena justru serangan Israel tidak pernah terhenti. Dan hukum dunia pun melalui PBB pun terhadap kekejaman ini tetap belum bisa berlaku.


Maka, tulisan ini mencoba untuk menggali aspek Pembebasan Palestina berdasarkan aspek sejarah. Melalui Sirah Khulafa’ur Rasyidin dan historis sejarah dunia. Karena sejarah merupakan salah satu sarana untuk mempertepat pemahaman terhadap peristiwa yang sudah Allah perlihatkan. Dan Palestina sudah Allah perlihatkan saat dibebaskan dan ketika akhirnya terlepas dari umat Islam.

 Palestina Dahulu, Kini dan Akan Datang

Palestina, dalam hal ini kota Jerusalem juga sering dikenal dengan sebutan Aelia Capitolina. Kota ini telah ditaklukan, dihancurkan, dan dibangun kembali selama berkali-kali. Selama tiga puluh abad terakhir, sudah lebih dari dua puluh kali kota ini ditaklukan dan dihancurkan serta dibangun kembali. Hal ini dapat tergambar dari tabel sejarah Jerusalem berikut :
Periode
Tahun
Peristiwa
Hyksos
1400 SM
Nama Jerusalem muncul dengan nama Urusalim di Surat Amarna.
1000 SM
Raja Daud menaklukan Jerusalem.
960 SM
Raja Solomon mendirikan Kenizah pertama
931 SM
Pembagian wilayah kerajaan menjadi Israel dan Judea.
721 SM
Kerajaan Asuriah mengalahkan Samaria pengungsi melarikan diri ke Jerusalem kota berkembang kearah barat.
597 SM
Babilonia mengepung Jerusalem.
586 SM
Penghancuran Jerusalem dan Kenizah pertama oleh Nebukadnezar dan pengasingan bangsa Yahudi ke Babilonia.
539 SM
Kejatuhan Kerajaan Babilonia
Persia
539 SM
Kerajaan Persia diperintah oleh Cyrus yang mengalahkan Babilonia menduduki Jerusalem
537 SM
50.000 Orang Yahudi yang ditawan di Babilonia diizinkan kembali ke Jerusalem atas perintah Raja Cyrus.
516 SM
Membangun Kenizah kedua dipimpin oleh Zerubbabel.
458 SM
Ezra, ahli kitab dari Babiloniamemulihkan peraturan.
445 SM
Nehemiah menemui Gubernur Yudea, Artaxerxes, kembali dari Babilonia dan membangun kembali dinding kota. Kota berkembang kearah Timur.
Helenistik
332 SM
Kerajaan Makedonia dibawah Raja Alexander Agung mengalahkan Darius di Gaugamela dan menduduki Jerusalem setelah mengalahkan Persia.
537 SM
Kematian Alexander Agung di Babilonia.
164 SM
Judah Makabe menguasai kembali Jerusalem dan memperbaiki Kenizah.
Hasmonean
141 SM
Jerusalem meluaskan wilahnya kearah Barat.
Herodian
37 SM
Herodes naik tahta, menguasai Jerusalem dan membangun kembali Kenizah kedua.
70
Jerusalem jatuh, Kenizah dirusak oleh Legiun Romawi pimpinan Titus.
Kekaisaran Romawi
70
Romawi menjadikan Jerusalem sebagai kota Pagan dengan nama Aelia Capitolina dan menumpas bangsa Yahudi di Palestina.
63
Jendral Romawi Pompey menguasai Jerusalem.
135
Kaisar Hadrian menghancurkan Jerusalem, tembok kota dan kota baru Aelia Capitolina, orang Yahudi tidak diizinkan tinggal di Jerusalem.
Byzantium
326
Ratu Helena, Ibunda Konstantinus Agung mengunjungi Jerusalem dan meminta dibangun Gereja Makam Kristus.
438
Kaisar Eudocia mengizinkan orang Yahudi untuk kembali ke Jerusalem.
614
Bangsa Persia mengalahkan Jerusalem, mengahancurkan hampir seluruh Gereja dan mengusir orang Yahudi.
Islam Awal
637
Khalifah Umar memasuki Jerusalem.
691
Dome of the Rock dibangun Khalifah Abdul Malik.
705
Konstruksi Masjid Al-Aqsha diawali oleh Khalifah Al-Wahid.
1010
Khalifah Al-Hakim memerintahkan penghancuran Sinagoga dan Gereja.
Perang Salib
1099
Bangsa Frank, dipimpin Godfrey de Bouillon, menguasai Jerusalem. Baldum 1 sebagai Raja Jerusalem.
Ayyubiah
1187
Saladin merebut Jerusalem dari pasukan Salib. Saladin mengizinkan Yahudi dan muslim kembali dan menetap di Kota Jerusalem.
1219
Tembok Kota dihancurkan oleh Sultan Malik Al-Mu’assam.
Mameluk
1250
Memeluk Mesir merebut Jerusalem.
Ottoman
1517
Ottoman mengambil alih Jerusalem secara damai.
1537-1541
Sultan Sulaiman membangun kembali Tembok Kota termasuk tujuh pintu gerbang dan menara Daud. Gerbang Damaskus dibangun tahun 1542.
1700
Rabbi Yehuda He Hassi datang, mulai membangun Sinagoge Hurva.
1838
Kedutaan pertama (Inggris) dibuka di Jerusalem.
1860
Pemukiman Yahudi pertama diluar Tembok Kota.
Mandat Inggris
1917
Inggris menguasai Palestina setelah mengalahkan kekaisaran Ottoman pada PD 1.
Israel
1948
Negara Israel berdiri setelah mendat Inggris berakhir.
1949
Jerusalem diresmikan sebagai ibukota Israel.
1967
Perang enam hari, Israel merebut Kota Tua, tepi barat dan Jerusalem Timur dari Jordania, Jalur Gaza, dan Gurun Sinai dari Mesir serta Dataran Tinggi Golan dari Suriah.
23 Juni 1967
Umat Muslim, Kristen,Yahudi diberi akses ketempat suci Jerusalem.
1980
Jerusalem ditetapkan sebagai ibukota Israel, secara sepihak.

Oleh karena itu, terdapat beberapa peristiwa penting yang menjadi perhatian terhadap pembebasan maupun penaklukkan Palestina. Yakni : Pembebasan oleh Islam, Perang Salib, dan Kejatuhannya.

 Pembebasan Palestina Masa Khulafaur Rasyidin

Pembebasan Palestina telah dimulai sejak masa Khalifah Pertama kaum Muslimin yakni Abu Bakr Ash Shidiq. Dimana negeri Iraq dibebaskan pada periode pertama ini yang menjadi langkah awal menaklukan wilayah-wilayah timur pada masa Khulafaur Rasyidin berikutnya. Dan secara khusus Abu Bakar mengutus Amru bin al-Ash beserta para tentaranya untuk menaklukkan Palestina. Saat melantik para panglima serta menyerahkan.panji-panji perang kepada masing-masing panglima[2].

Hal inilah yang dilanjutkan pada fase berikutnya di kekhalifahan Umar bin Khatb RA. Dimana pada strategi pembebasan Palestina, Umar memberikan sebuah petunjuk, "Mulailah menyerang Damaskus terlebih dahulu, sebab wilayah ini merupakan benteng negeri Syam dan ibu kota pemerintahan mereka. Jangan lupa, kacaukanlah konsentrasi pasukan Romawi yang berkumpul di Fihl dengan menempatkan pasukan berkuda tepat di depan pasukan mereka, jika pasukan berkuda berhasil menaklukkan mereka sebelum Damaskus ditaklukkan maka itulah yang kita harapkan, tetapi jika Damaskus yang terlebih dahulu berhasil ditaklukkan berjalanlah beserta pasukanmu (menuju Fihl, pent.) setelah me-nunjuk penggantimu untuk wilayah Damaskus. Jika Fihl berhasil kalian tak-lukkan maka berjalanlah kamu dan Khalid ke Horns dan serahkan Amru bersama Syarhabil untuk mengurusi Yordania dan Palestina”[3].

Berdasarkan petunjuk ini maka Abu Ubaidah bergerak menuju Fihl bersama sepuluh kepala pasukan. Disamping itu, juga mengutus pasukan yang ditempatkan antara Damaskus dan Palestina. la mengutus pasukan ke Dzil Kala' dan ditempatkan antara Damaskus dan Horns, untuk menghadang datangnya bantuan musuh yang dikirim Heraklius. Sehingga dengan strategi ini pasukan mengepung Damaskus dari segala penjuru selama 70 malam, ada yang mengatakan pengepungan terjadi selama 4 bulan, bahkan ada yang berpendapat 6 bulan. sementara penduduk Damaskus mempertahankan benteng mereka mati-matian, sambil mengirim surat kepada Raja mereka Heraklius -yang tinggal di Horns- meminta agar bala bantuan segera dikirimkan kepada mereka. Hingga akhirnya kota Damaskus pun ditaklukkan.

Setelah Damaskus ditaklukkan setidaknya terdapat beberapa pertempuran yang mendahului dan setelah ditaklukkan karena perbedaan pendapat para ahli sejarah. Yakni pertempuran Horns, Qinnasrin, Qaisariyah, Baisar dan Thabariyah, dan Fihl. Dan ketika Abu Ubaidah selesai menaklukkan Damaskus, dia segera menulis surat kepada penduduk Elliya agar mereka memeluk agama Allah SWT. Dan masuk Islam, atau mereka membayar jizyah, jika tidak maka mereka akan diperangi. Namun mereka enggan menerima tawaran itu. Akhirnya Abu Ubaidah segera mengerahkan segenap pasukannya untuk menyerbu Deganmenunjuk Said bin Zaid sebagai pimpinan sementara di Damaskus. Setelah itu dia mulai mengepung Baitul Maqdis hingga mereka terjepit dan meminta damai dengan syarat yang datang langsung adalah Amirul mukminin Umar bin Khaththab. Hingga akhirnya Baitul Maqdis atau Palestina dibebaskan dengan kedatangan Umar Ibn Khatb.


 Perang Salib dan Jatuhnya Palestina

Perang Salib adalah sebuah gambaran dari dorongan keagamaan yang intens yang merebak pada akhir abad ke-11 di masyarakat. Seorang tentara Salib, sesudah memberikan sumpah sucinya, akan menerima sebuah salib dari Paus atau wakilnya dan sejak saat itu akan dianggap sebagai “tentara gereja”. Hal ini sebagian adalah karena adanya Kontroversi Investiture, yang berlangsung mulai tahun 1075 dan masih berlangsung selama Perang Salib Pertama. Karena kedua belah pihak yang terlibat dalam Kontroversi Investiture berusaha untuk menarik pendapat publik, maka masyarakat menjadi terlibat secara pribadi dalam pertentangan keagamaan yang dramatis. Hasilnya adalah kebangkitan semangat Kristen dan ketertarikan publik pada masalah-masalah keagamaan. Hal ini kemudian diperkuat oleh propaganda keagamaan tentang Perang untuk Keadilan untuk mengambil kembali Tanah Suci – yang termasuk Yerusalem (dimana kematian, kebangkitan dan pengangkatan Yesus ke Surga terjadi menurut ajaran Kristen) dan Antiokhia (kota Kristen yang pertama) - dari orang Muslim[4]. 

Tanah suci yang dimaksud inilah yang dikenal dengan nama lain Palestina. Maka dengan diprovokasinya Kaisar Elexius Komeninus dari Byzantium (Konstantinopel) oleh Peter Amiens, agar waspada terhadap kemungkinan kekuasaan Islam Saljuk menguasai imperium konstantin yang besar itu. Kaisar pun terpengaruh, lalu menyampaikan permohonan kepada Paus Urbanus II agar segera mengeluarkan perintah suci kepada raja-raja di benua Eropa untuk mengumpulkan kekuatan, merebut Baitul Maqdis dari tangan kaum muslimin. Ringkasnya, Paus mengabulkan permohonan itu. ”Deus La Volts” (Demikianlah kehendak Tuhan). Seperti itulah seruan ”jihad suci” dari Paus, sebagai sebagai tanda dimulainya Perang Salib.
”Fatwa” Paus yang terkenal adalah: ”Barangsiapa yang bersedia masuk dalam angkatan perang suci itu, akan diampunilah sekalian dosanya, kecil ataupun besar.” Perang Salib I (1097-1099) pun diberi keistimewaan sebagai penebus dosa. Prancis, Bourgandia dan Normandia adalah bangsa Eropa pertama yang mendaftarkan diri sebagai ”relawan jihad”. Mereka dipimpin oleh raja dan kaum bangsawan, seperti Godfrey dari Bourgandia, Duke dari Loftharingen dan sebagainya. Hampir 100 ribu tentara yang tergabung dalam pasukan itu.

Godfrey of Buillon mengambil alih kepemimpinan pasukan Salibin, sehingga mengubah kaum Salibin menjadi ekpedisi militer yang terorganisasi rapi. Pasukan ini terlebih dahulu menaklukkan Anatolia, Tartur, Aleppo, Tripoli, Syam, dan Acre. Untuk selanjutnya pasukan Godfrey mengepung tanah suci Palestina dengan kekuatan 40 ribu tentara yang tersisa, sedangkan tentara Mesir yang mempertahankan kota hanya seribu orang saja. Setelah  pengepungan selama 15 hari jatuhlah pertahanan kota dan masuklah tentara Salib ke Baitul Maqdis (Palestina)

Saat Palestina ditaklukkan pasukan salib, umat Islam mendapatkan perlakuan keji yang sulit dilupakan. Ahli-ahli sejarah perang salib mengakui terjadinya kebiadaban itu: orang Islam dipaksa menjatuhkan diri dari puncak benteng, dibakar hidup-hidup, ditarik ke jalan raya dengan kuda-kuda perang mereka sampai mati, kemudian mayatnya ditumpuk seperti menimbun sampah.
Kemenangan pasukan Salib dalam periode ini telah mengubah peta situasi Dunia Islam kawasan itu.  Sebagai akibat dari kemenangan itu, berdirilah beberapa kerajaan Latin-Kristen di Timur, yaitu kerajaan Baitul Maqdis di bawah pemerintahan Raja Godfrey, Edessa  diperintah oleh Raja Baldwin, dan Tripoli dibawah kekuasaan Raja Raymond.

 Pembebasan Palestina Masa Generasi Shalahuddin Al Ayyubi

Melalui perjalanan yang akhirnya menjadi perhatian umat Islam, maka dalam Perang Salib II tampillah Nuruddin, Asaduddin, dan Shalahuddin, yang tentaranya terdiri dari bangsa Arab, Turki dan Kurdi. Kekuatan ini full menjadi satu. Pasukan muslim ini berhasil menghalau pasukan Salib dari Mesir.
Shalahuddin berkeyakinan, untuk berjihad memerangi pasukan salib, ia harus mempersatukan Mesir dan Suria (Syam) terlebih dahulu. Sebab, jika pecah sulit bagi pasukan Islam mengusir musuh. Mesir yang sebelumnya  diperintahkan kerajaan Fathimiyah yang berpaham Syi’ah, dan Syam berpaham Sunnah. Oleh Shalahuddin disatukanlah Mesir dan Syam dengan mahzab Syafi’i, sehingga keduanya menjadi sejalan dibawah komando Shalahuddin. Yang menarik, Shalahuddin pun memerangi kaum Ismailiah atau Bathiniah yang sangat merugikan Islam.

Mesir dan Syam pun dipersatukan dibawah titah Shalahuddin. Sejumlah ekspedisi militer dilakukan sebagai tahapan merebut kembali Baitul Maqdis. Ketika itu Shalahuddin memerintahkan abangnya Tauran Syah pergi menaklukkan Yaman, termasuk Hijaz (Makkah-Madinah) lebih dulu takluk dibawah Mesir yang dipimpin Shalahuddin.

Pada tahun 1175, atas permintaan Shalahuddin, khalifah di Baghdad mengeluarkan keputusan: mengakui Shalahuddin sebagai penguasa bagi negeri Mesir, Maghribi, Naubah, Jazirah Arab bagian Barat, Palestina dan Syiria tengah. Dari pengalamannya bertempur, Shalahuddin mempelajari penyebab keruntuhan dan kekalahan Islam selama ini, diantaranya adalah perpecahan para raja dan pemimpinnya. Yang satu ingin kejatuhan yang lain, agar berkuasa sendiri. Sebab lainnya adalah akibat pengkhianatan wazir di Mesir, yang sudi berhubungan rahasia dengan pihak musuh, asal mereka mendapat jaminan kekuasaan.

Shalahuddin memerangi raja-raja Islam karena Beliau yakin bahwa Amir-amir (Gubernur) ini tidak akan kuat bertahan menghadapi tentara Salib, apalagi jika tidak ada kesatuan komando. Dikhawatirkan, para amir itu akan meletakkan senjatanya dan membuat perdamaian sendiri dengan musuh. Yang ada dalam otaknya adalah harta dan tahta tetap ada dalam genggamannya.

Hal yang terbukti di kemudian hari, ketika Raja Abdullah dari bangsa Arab, membuat perdamaian sendiri dengan opsir tinggi Inggris, saat perang sedang berkecamuk. Bukankah ini pengkhianatan. Karena itulah, Shalahuddin lebih dulu membersihkan raja-raja Arab sebelum ia menghadapi musuh sesungguhnya pasukan Salib.

  Pembebasan Palestina Hari ini

Palestina tidak kurang selama empat abad berada dibawah pemerintahan kerajaan Turki Osmany,setelah tahun 1517 Sultan Salim 1 berhasil  merebutnya dari kerajaan Mamluk Mesir dan berakhir pada tahun 1917 ketika Inggris merebut kawasan itu pasca Osmany bertekuk lutut dalam perang dunia 1(1914-1918). Dan sejak saat itu wilayah Palestina yang juga disebut kawasan bulan sabit (fertile crescent) sampai abad ke 20 dijadikan sebagai daerah   mandat  PBB  yang   dikuasai oleh Inggris.

Kondisi Palestina sendiri secara bertahap dimulai tahun 1948 ketika penderitaan dimulai dengan kedatangan Israel. Hingga berujung pada tahun 1987 ketika mulai dilakukan pengosongan dan penyingkiran terhadap penduduk Palestina. Wilayah-wilayah Palestina secara paksa dicaplok oleh Israel. Hal inilah yang berlanjut hingga hari ini ketika semua akses menuju Palestina diputus sehingga terisolir dari dunia. Dan tidak hentinya penyerangan dan penyiksaan dilakukan oleh Israel terhadap Palestina dari semua sisi.

Akibat penjajahan Zionis Israel, wilayah Palestina pun menjadi terbelah. Tepi Barat terpisah dengan Jalur Gaza. Di wilayah pemisah ini lalu dibangun permukiman Yahudi. Tepi Barat dikuasai faksi Fatah selaku penguasa Otoritas Palestina. Sedangkan, Jalur Gaza diperintah faksi Hamas[5].

Sejak itu, Palestina mempunyai dua pemerintahan. Masing-masing mempunyai perdana menteri berikut menteri-menterinya. Di sinilah sebenarnya tantangan terberat setelah Palestina menjadi negara. Hampir mustahil sebuah bangsa dalam sebuah negara diatur oleh dua pemerintahan. Apalagi, negara itu sebagian besar wilayahnya masih dijajah oleh bangsa lain. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mendamaikan kedua faksi. Namun, selalu gagal. Kegagalan disebabkan oleh perbedaan prinsip. Faksi Fatah berideologi sekuler sehingga terlalu lemah dalam menghadapi Zionis Israel. Terbukti, semua upaya permbicaraan damai dengan Israel tidak membuahkan hasil bagi perjuangan bangsa Palestina. Sedangkan, faksi Hamas berperan berbeda dibanding Fatah. Dimana Israel harus dilawan dengan perjuangan bersenjata. Beberapa kali mereka pun berhasil memukul mundur militer Israel yang mencoba menginvasi wilayah mereka di Jalur Gaza.

Namun, dua hal inilah yang berperan secara internal kenegaraan terhadap pembebasan Palestina. Yaitu, kemenangan secara politik yang dialami Fatah di Sidang Umum PBB dan kemenangan Hamas secara militer untuk menghentikan invasi militer Israel di Gaza. Hal yang masih memiliki jalan panjang dengan invasi militer Israel yang tidak pernah mundur dan berhenti. Terlepas dari ditetapkannya Palestina dengan status baru menjadi “negara pengamat non-anggota” dari yang sebelumnya hanya “badan pengamat non-anggota”. Atau, tepatnya Otoritas Nasional Palestina menjadi Negara Palestina (State of Palestina/ Daulah Filistin). Karena meskipun status berubah, Israel tetap bertahan dan hadir di bumi Palestina.

  Penutup

Berdasarkan sejarah panjang Palestina dari beberapa bagian yang telah dibahas diatas. Sesungguhnya menjadi sebuah perhatian besar ketika cita-cita agar Palestina dibebaskan lahir untuk diperjuangkan. Dan inilah yang menjadi pelajaran sejarah dari masa Khulafa’ur Rasyidin, jatuhnya Palestina ke pasukan Salib hingga berhasil dibebaskan kembali sampai hari ini kembali terjajah. Bahwa ada beberapa aspek yang bisa menjadi pembelajaran untuk membebaskan Palestina. Dan ini menjadi sebuah kesamaan dalam perjalanan sejarah.

Pada masa khalifah Umar bin Khatb, sebuah petunjuk diberikan dalam rangka pembebasan Palestina kepada Abu Ubaidah. 
"Mulailah menyerang Damaskus terlebih dahulu, sebab wilayah ini merupakan benteng negeri Syam dan ibu kota pemerintahan mereka. Jangan lupa, kacaukanlah konsentrasi pasukan Romawi yang berkumpul di Fihl dengan menempatkan pasukan berkuda tepat di depan pasukan mereka, jika pasukan berkuda berhasil menaklukkan mereka sebelum Damaskus ditaklukkan maka itulah yang kita harapkan, tetapi jika Damaskus yang terlebih dahulu berhasil ditaklukkan berjalanlah beserta pasukanmu (menuju Fihl, pent.) setelah me-nunjuk penggantimu untuk wilayah Damaskus. Jika Fihl berhasil kalian tak-lukkan maka berjalanlah kamu dan Khalid ke Horns dan serahkan Amru bersama Syarhabil untuk mengurusi Yordania dan Palestina

Begitu pun pada masa pembebasan Palestina oleh Shalahuddin Al Ayyubi. Beliau  berkeyakinan, untuk berjihad memerangi pasukan salib, ia harus mempersatukan Mesir dan Suria (Syam) terlebih dahulu. Hal yang kurang lebih sama ketika pasukan Salib ketika berhasil menaklukkan Palestina. Pasukan Salib terlebih dahulu menaklukkan Anatolia, Tartur, Aleppo, Tripoli, Syam, dan Acre sebelum akhirnya bisa menaklukkan Palestina.

Oleh karena itu, secara faktor eksternal negeri, pembebasan Palestina bisa dilakukan dengan adanya dukungan dan kekuatan yang berada di negeri yang ada dalam sejarah pembebasan yakni Syam dan Mesir. Negeri Syam pada hari ini adalah Syria, Palestina, Lebanon, Yordania, dan wilayah pendudukan Israel[6]. Sedangkan Mesir mencakup wilayah sebagaimana dikenal hari ini. 

Dan kondisinya, pada hari ini dua negeri yang termasuk dalam pelajaran sejarah ini belum termasuk yang menjadi faktor pendukung terhadap kebebasan Palestina. Bahkan negara Syria yang termasuk bagian negeri Syam berada dalam keprihatinan dengan kezaliman Basyar Assad hari ini.

Terakhir, facktor penting dalam pembebasan Palestina adalah tidak hanya factor terbaik dari dukungan strategi dan kenegaraan. Namun, terdapat aspek fundamental yang juga menjadi kekuatan generasi awal umat ini dalam pembebasan Palestina. Aspek internal yang menjadi penting untuk dibenahi. Yakni perubahan dalam diri manusia itu sendiri. ”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah kondisi yang ada pada satu kaum, sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka.” (QS ar-Ra’d:11). Nabi saw juga menyatakan: ”Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, jika ia baik, maka baiklah seluruh anggota tubuh. Namun, jika ia rusak, maka rusaklah seluruh anggota tubuh. Ketahuilah, itu adalah qalb.” (HR Muslim). Dimana aspek ini menjadi kekuatan sepanjang sejarah Islam tercipta ketika terjadi kombinasi dua unsur, yaitu unsur keikhlasan dalam niat dan kemauan serta unsur ketepatan dalam pemikiran dan perbuatan[7].



[1] Al-Lajnah ad-Dâ`imah lil Bu h ûts al- 'Ilmîyah wal Iftâ`(Komisi Tetap bagian Studi Ilmiah dan Fatwa)  Kerajaan Arab Saudi
[2] Ibn Katsir, Al Bidayah Wan Nihayah Masa Khulafaur Rasyidin
[3] Ibn Katsir, Al Bidayah Wan Nihayah Masa Khulafaur Rasyidin
[4] Wikipedia, Perang Salib
[5] Republika Online, Palestina Hitam, Putih, Hijau, dan Merah
[6] Salim A. Fillah, Menyimak Kicau Merajut Makna hal 266
[7] Dr. Majid Irsan Al Kilani. Misteri Masa Kelam Islam dan Kemenangan Perang Salib: Refleksi 50 Tahun Gerakan Dakwah Para Ulama untuk Membangkitkan Umat dan Merebut Palestina 


Yk.4.5.2013
*tulisan ini merupakan salah satu tugas paper asrama 
yang meraih juara 1  Lomba Penulisan Paper dengan Tema "Palestina"

Posted on Monday, May 06, 2013 by Akhdan Mumtaz

No comments