Tuesday, December 25, 2012

Pernah menonton sebuah film menarik berjudul Patch Adams? Akan ada banyak pelajaran berharga dari film yang dibintangi oleh Robin Williams ini. Film ini bercerita tentang sebuah bentuk penyembuhan berbeda dari seorang dokter bernama Adams (diperankan oleh Robin Williams). Bahwa rasa bahagia justru menjadi sebuah penyembuhan terbaik yang harus pertama kali diberikan oleh seorang dokter. Karena dengan kebahagiaan itulah setiap proses penyembuhan itu bisa menjadi lebih cepat. Hingga sebuah impian terbesar dari dokter Adams, tidak lain adalah membahagiakan semua orang.

Bisa jadi inilah salah satu bagian yang membuat saya sangat sesuai dengan tema film ini. Keinginan membahagiakan semua orang. Akan tetapi, ikhtiar terbaik kita untuk hal ini tidak akan selalu berhasil sebagaimana yang diharapkan. Setidaknya hal itulah yang mungkin diperoleh dari hikmah hari ini, 12-12-2012. Meskipun sesungguhnya apa yang terjadi hari ini hanyalah sebuah puncak dari apa yang berlangsung beberapa waktu sebelumnya. Bahwa sesungguhnya membahagiakan orang lain lebih saya maknai dengan berusaha agar tidak sedikitpun memberikan rasa tidak enak, tidak nyaman bagi orang lain. Dan mungkin itulah yang sering “menjebak” kita dalam hidup. Memikirkan bagaimana perasaan orang lain.

Hari ini, 12-12-2012 adalah hari terberat dalam catatan agenda semester ini. Karena di tanggal ini setidaknya ada 3 jadwal penting yang harus dipenuhi. Expo Proyek Terpadu, yang tidak lain adalah proyek akhir kami dalam tugas kelompok sebagai mahasiswa Teknik Industri. Dan ternyata Allah mentakdirkan dilengkapi  dengan bahwa hari ini adalah batas akhir penyelesaian Laporan Keuangan Hibah KKN LPPM UGM, dana yang diterima ketika menjalani KKN Semester Genap. Selain itu, hari ini juga menjadi jadwal presentasi tugas akhir semester ganjil untuk mata kulian Manajemen Rantai Pasok, mata kuliah yang kembali saya ulang semester ini. Yap, What a Nice Due Time. Hal lain bahwa hari terpadat jadwal kuliah adalah pada hari ini, hari Rabu. Disamping, hari ini juga jadwal kampanye salah seorang rekan terbaik saya, yang terpilih untuk menjadi calon pejabat penting di kampus ini.
Dan semua kembali kepada apa yang disebut Manajemen Fokus. Bahwa ada hal yang bersifat penting dan mendesak dengan beberapa turunannya. Bagi saya, hal penting dan mendesak adalah laporan Hibah. Mengapa? Karena jika tidak diselesaikan maka berarti saya mengorbankan Dosen Pembimbing Lapangan untuk mengganti dana yang telah kami terima. Padahal saya adalah penanggungjawab kelompok KKN yang memegang dana itu. So, it’s the most priority. What next? Menurut saya adalah presentasi SCM, dimana hari itu adalah jadwalnya. Maka sejak beberapa hari sebelumnya saya terpaksa “mempercayakan” semua hal untuk persiapan Expo PT kepada teman-teman anggota kelompok PT. Apalagi ditimeline yang ada, seharusnya terkait PT tidak ada hal yang mendesak kecuali penyiapan stand dan materi presentasi lisan saat Expo.

Maka itulah rencana terbaik yang dimiliki. Namun, Rencana Allah Swt diluar rencana manusia. Laporan Akhir Proyek Terpadu ternyata dikumpul saat Expo plus Buku Kontrak. Hal lain yang menjadi tuntutan adalah pada saat yang sama juga harus menyelesaikan bagian dari literature review materi tugas akhir SCM lengkap dengan menyelesaikan pptnya. Sehingga tidak lain harus ada trade off yang terpaksa dilakukan. Sebuah pilihan sulit karena saya meyakini akan ada beberapa pihak yang merasa terkorbankan dan teraniaya. Dan inilah yang saya maknai dengan “Engkau tidak bisa membahagiakan semua orang”.

Maka persiapan Expo PT pun bisa jadi korban pertama yang “teraniaya”. Karena pada akhirnya saya memang tidak muncul dalam persiapannya. Dari mendekor stand, memproduksi produk, asesoris, dll. Semua itu saya minta untuk dihandle salah seorang anggota tim yang saya yakini lebih capable untuk urusan ini. Sedangkan saya memilih focus untuk menyelesaikan laporan akhir sambil menyelesaikan tanggungjawab laporan hibah dan SCM. Mungkin penyelesaian laporan hibahlah yang menguras pikiran dan tenaga. Mulai dari “wara-wiri” menghabiskan dana tersisa hingga kelengkapan administrasi yang harus diselesaikan. Sedangkan untuk laporan akhir PT plus SCM mengakibatkan saya berada didepan laptop setelah kelengkapan laporan hibah dikerjakan. Hal yang berakibat tidak ada tanda-tanda kehadiran saya dikampus selama persiapan Expo.

Dan bertepatan dengan hari-H, 12-12-2012. Allah berkehendak memberikan kuasa-Nya. Ketika Expo secara resmi dibuka, saya justru berada diruang kuliah. Padahal sejak kemaren belum menginjakkan kaki di stand Expo. Tidak berapa lama pesan singkat masuk mengingatkan penyelesaian laporan hibah hari itu oleh DPL dan seorang rekan KKN. What Next? Masih ada pesan singkat yang mengingatkan pembagian tugas saat presentasi SCM siang hari nanti. Ya, 2 jam kuliah berjalan akhirnya salah seorang anggota kelompok SCM diruang kuliah mengingatkan, “Id, ditunggu teman-teman di stand”.

Bismillah, maka pilihan pertama setelah kuliah adalah segera menuju stand Expo. Sedangkan untuk penyelesaian laporan hibah pada pagi itu akhirnya terpaksa dikomunikasikan dengan keadaan saat ini. Dan syukurnya rekan KKN tersebut bisa memahami dan mau mencicil target sendirian. Stand yang ramai cukup menyita perhatian kami. Sampai pada waktu menjelang dzuhur, pilihan yang saya ambil adalah untuk izin lebih dulu karena butuh persiapan sejenak untuk presentasi SCM. Nah, ini berarti harus meninggalkan kembali Expo. Maka Expo pun ditinggalkan.

Maka beberapa materi untuk presentasi SCM bisa dengan sangat baik dipersiapkan. Apabila memang hari ini saatnya presentasi maka insya ALLAH siap. Dan sungguh semua kembali kepada kuasa Allah swt. Sejak urutan presentasi kelompok pertama, dilanjutkan kedua hingga akhirnya kelompok terakhir, kelompok kami tidak kunjung dipersilahkan maju. Ya, giliran kami akhirnya adalah presentasi minggu depan. Maka dipresentasi kelompok terakhir saya putuskan untuk meninggalkan kelas dan kembali menemui teman-teman di Expo PT.

Namun, beberapa saat sebelum meninggalkan kelas. Sebuah pesan singkat masuk. “Id, fiksasi akhir sekaligus melengkapi tanda tangan. Dan kita butuh tandatangan DPL untuk laporan hibah”. Yap, maka kembali keputusan awal untuk menuju Expo ditunda menuju bagian lain KPFT untuk menyelesaikan laporan hibah. Karena inilah prioritas utama saat ini. Melengkapi beberapa tanda tangan pun harus disertai tandatangan DPL. Maka akhirnya saya kembali menghubungi beliau. Alhamdulillah beliau mau menunggu kedatangan saya dikampusnya. Apalagi kondisi DPL berbeda fakultas.

Dan singkat cerita, pilihan terakhir saya adalah kembali izin berangkat lebih awal untuk meninggalkan Expo setelah ditutup. Tidak lain karena ada panggilan dari DPL. “Dri, jadi ketemu. Karena saya sudah akan pulang”. Saya bersyukur karena DPL masih berkenan untuk menunggu bahkan menghubungi. Namun, sedikit merasa berat dengan kembali harus meninggalkan Expo, yang berarti kurang lebih saya hanya berada 3 jam disana sejak dibuka. Ya, pilihan tersulit. Maka saya menemui DPL untuk menyelesaikan prioritas utama dan penting serta mendesak itu.

12 Desember 2012, hari ini memang menjadi sebuah hikmah dan makna mendalam bagi saya di semester ini. Makna bahwa Engkau (tidak) bisa membahagiakan semua orang bukan dalam artian tidak mungkin. Melainkan bahwa kita terkadang memiliki keterbatasan diri dalam melakukan banyak hal. Teringat sebuah nasehat kepada diri saya, “Kamu bukan SUPERMAN, yang bisa melakukan segala hal sendiri”. Ya, nasehat yang kembali harus saya maknai lagi. Bahwa tidak semua hal bisa saya selesaikan sendiri. Oleh karena itu, saya berterimakasih kepada beberapa orang yang mau saya repotkan dengan kondisi saya saat itu. Dosen Pembimbing KKN yang sabar dengan setiap jawaban saya, beberapa rekan KKN penyelesaian laporan hibah, sahabat perjuangan Proyek Terpadu “Werkudara”, adik-adik yang menguatkan di kelompok SCM, sahabat PKP AAI Teknik yang saya tinggalkan sejenak dan beberapa sahabat yang menguatkan pada hari ini.


Yk.25.12.2012

Memaknai nasehat 
"Engkau Bukan SUPERMAN"


Idzkhir al-Mu’adz

Posted on Tuesday, December 25, 2012 by Akhdan Mumtaz

No comments

Friday, December 14, 2012

Tweeps, dikarenakan ada perhelatan besar di UGM akhir tahun ini
maka sprtinya memang butuh juga berdskusi ttg #Pemir4UGM

Salah satu kekhasan UGM adalah dia merupakan miniatur dr negara Indonesia
#Pemir4UGM

Mahasiswa2ny brasal dr ujung paling barat hngga paling timur Indonesia
#Pemir4UGM

tidak hanya itu, bahkan dr ujung paling utara hingga paling selatan Indonesia
#Pemir4UGM

maka nyaris semua prkumpulan suku bangsa ada disini, UGM #Pemir4UGM

Bahkan utk memilih pemimpinnya pun nyaris seperti miniatur Indonesia
#Pemir4UGM

UGM mengenal Pemira dan Pemilu, sama dengan negara Indonesia #Pemir4UGm

UGM pun mengenal Lembaga Legislatif, dalam hal ini Senat Mahasiswa
#Pemir4UGM

Bahkan UGM pun memiliki partai-partai layaknya Pemilu Indonesia
#Pemir4UGM

Maka sangatlah tepat apabila di Universitas ini kita melatih diri sebagai
bagian dr bangsa Indonesia #Pemir4UGM

Namun, berpengaruh nggak sih bagi diri Qt ktika melibatkan diri sebagai
bagian dari sistem ini, minimal menjadi voter? #Pemir4UGM

Menurut pribadi saya, ini sangat berpengaruh bahkan berpengaruh besar
#Pemir4UGM

Ketika di kampus saja Qt telah apatis thd segala sesuatu, bgmn
mgkin ktika Qt hadir sbg masyarakat Indonesia tidak ikut2an apatis
#Pemir4UGM

Padahal, ktika nastel naik harganya Rp500 saja diburjo, itu sudah cukup
menjadi perbincangan Qt sbg mahasiswa #PemiraUGM

Lalu bagaimana ktika misalnya biaya BOP tiba-tiba naik, KIK diberlakukan,
masa studi diperpendek.. #Pemir4UGM

Setiap Qt pasti mengeluarkan pendapat, beropini, berargumen, dll karena
itu menyangkut kepentingan Qt #Pemir4UGM

Namun, ktika ada yg berniat menyampaikan aspirasi, Qt lebih cenderung
enggan utk ikutan #Pemir4UGM

Padahal dalam hati Qt brharap ada sebuah keputusan yg brpihak pd diri
Qt #Pemir4UGM

Yg saya tahu, lembaga-lembaga tadi brperan dlm hal itu, menyampaikan
aspirasi kecil Qt #Pemir4UGM

Karena Qt memang butuh org yg mau memikirkan ttg hal itu sembari Qt
tetap sibuk dgn kuliah dan tugas2 Qt #Pemir4UGM

Toh.. mau ikut2an seperti itu, secara jujur Qt akan bilang, "masih banyak
tugas yg hrs saya selesaikan" #Pemir4UGM

Maka stidaknya Qt bisa mendelegasikan sedikit suara Qt utk org yg mau
utk menjalankan peran itu #Pemir4UGm

Caranya, dengan mengeluarkan hak pilih kita saat #Pemir4UGM

Karena sadar nggak sih, 1 suara itu berharga Lho #Pemir4UGM

Agar org yg Qt pilih memang benar2 mnjalankan perannya sbg prwakilan
suara dan aspirasi Qt #Pemir4UGM

Jangan sampai yg Qt pilih hanya menjadikan pencapaian keterpilihannya
sebagai ajang gagah-gagahan didepan Qt #Pemir4UGM

Gagah-gagahan bahwa dia adalah pejabat besar di kampus Qt padahal
dia terpilih krn suara Qt #Pemir4UGM

Gagah-gagahan bahwa dia mencapai prestasi besar krn menumbangkan yang
lain tapi lupa peran yg dia jalankan #Pemir4UGM

Lebih parah lagi, ketika ditengah jalan justru benar-benar lupa dgn
tanggungjwbnya pdhal Qt butuh delegasi aspirasi #Pemir4UGM

Maka, Ayo sama2 mnggunakan hak pilih Qt pada #Pemir4UGM nanti

Karena Mahasiswa UGM itu mahasiswa yg harus Tegas Bersikap #Pemir4UGM

Dan pergunakan hak pilih Qt dgn mnyalurkan aspirasi 4 better UGM
#Pemir4UGM



Posted on Friday, December 14, 2012 by Akhdan Mumtaz

No comments

Menjadi santri adalah menjadi bagian dari sebuah peran lebih dalam untuk perbaikan diri. Karena kata santri mengandung makna bahwa dia adalah pembelajar seumur hidup. Santri menjadikan semua hal yang diperolehnya sebagai sebuah pembelajaran. Tidak terbatas melalui ilmu-ilmu diruang kelas, tidak terbatas melalui penjelasan dan tausiyah bersama astatidz. Menjadi santri adalah menjadikan setiap hal yang diterima, didengar, dirasa sebagai sebuah pembelajaran hidup. Karena itulah santri.

Setidaknya itulah yang saya pahami selama menjadi santri kilat disini, asrama Lembaga Pendidikan Insani. Santri kilat selama 2 tahun yang katanya tidaklah cukup untuk dianggap menjadi santri. Dan tak terasa, sudah setahun lebih saya menjalani peran itu. Dan sudah mendekati waktunya akan lepas dari tempat belajar ini. Ya, itulah yang saya rasakan ketika mengikuti acara Pertemuan LPI Nasional sepekan yang lalu di kota Malang. Karena santri LPI disana sudah memasuki masa-masa akhir keberadaan mereka di LPI. Dan sama seperti yang kami rasakan, begitu cepat dan terasa sayang untuk harus segera diberakhirkan.

Bukan tentang hal itu saya bercerita disini, mungkin ada kesempatan lain ketika Allah berkehendak mengakhirkan status saya sebagai santri disini. Meskipun status santri itu adalah status seumur hidup. Namun saya akan bercerita tentang sebuah peristiwa yang mengagetkan siapa pun pada hari itu. Hari terakhir Pertemuan Nasional LPI.

Karena ada satu sesi yang dinanti dan menjadi pertaruhan apakah patut untuk diadakan. Yakni sesi pengumuman Santri Terbaik dari masing-masing LPI, Jogja dan Malang. Dinanti karena tentunya semua santri ingin mengetahui siapakah dan apa dirinyakah. Apalagi sesungguhnya bagi saya semua santri adalah orang-orang terbaik yang pernah saya ketahui. Maka apakah mungkin ada yang bisa menjadi santri terbaik. Menjadi pertaruhan karena kriteria untuk hal ini bersifat abstrak dan tak berdimensi kalau kata salah seorang santri. Berprestasi, Aktif di Kampus dan Berakhlak. Kesulitannya terletak pada indicator terakhir  yang sangat sulit dinilai. Sampai salah seorang santri saking yakinnya bernazar kalo sampai salah seorang dari kami, sebut saja santri X terpilih sebagai santri terbaik maka dia akan mencucikan pakaiannya selama 2 minggu. BERSIH sebersih-bersihnya. Niatnya memang bercanda hingga semua santri dan astatidz pun tertawa.

Maka ketika sampai pada sesi pengumuman itu, semua menjadi hening. Apalagi ketika Ustadz Ali Wafa, musyrif santri Malang menyatakan bahwa pemilihan ini mungkin memang subjektif musyrif. Akan tetapi, meminta pertimbangan dari para astatidz yang mengisi kajian/dirasah kami secara rutin diasrama. Jadi, sebenarya tidak sepihak saja. Dan pengumuman pun dimulai dengan pengumuman pemenang artikel penulisan yang menjadi tugas kami sebelum mengikuti pertemuan ini sejak beberapa bulan yang lalu. Penulisan artikel pertama dengan tema kepemimpinan dalam Islam. Tak disangka, memang menjadi rencana Allah tulisan saya terpilih menjadi tulisan terbaik kedua. Padahal beberapa penulisan sebelumnya tidak pernah masuk kategori terbaik.
Pengumuman kedua juga pengumuman pemenang artikel penulisan dengan tema Korupsi vs Islam. Dan tanpa pernah saya bayangkan lagi, saya masih terpilih dan istiqomah sebagai tulisan terbaik kedua. Bagi saya ini sudahlah cukup menjadi sebuah anugrah dari Allah Swt. Apalagi mengingat hadiah yang akan diperoleh biasanya dari pemenang penulisan artikel, tambahan uang beasiswa. Dan tentunya pengumuman terakhir yang kami tunggu-tunggu, santri terbaik. Membuat semuanya menjadi kembali hening setelah gemuruh pengumuman para pemenang artikel.

Bagi saya, tidak pernah terbersit sedikit pun saya berada dikategori tersebut. Mengingat selama dikampus sepertinya saya belum mencapai prestasi yang WAW klo diekspresikan. Karena lebih sering mengorbankan peluang itu untuk amanah yang harus saya jalani. Aktif dikampus? Sepertinya saya justru menjadi kader yang tidak punya amanah formal untuk dibanggakan. Meskipun saya meyakini amanah lain yang saya jalani saat ini bisa saya banggakan dihadapan Allah Swt. Maka santri-santri LPI yang lain pantas dan mungkin mendapatkan predikat itu.

Sehingga Ustadz Ali Wafa pun mengumumkan bahwa santri terbaik LPI Jogja adalah Idriwal Mayusda. Na’udzubillahi min dzalik. Santri yang lain akhirnya memukul-mukul pundak saya. Yang lain bahkan berkata, “Tidak salah Mas antum sampai harus mengorbankan ujian Remedi antum untuk mengikuti agenda ini”. Dan yang lain tentunya menggoda dan bercanda dengan gurauannya. Sekali lagi, tidak ada terbersit sedikit pun dalam pikiran saya untuk hal ini. Kalau artikel sangat wajar sedangkan untuk hal ini, sepertinya masih dengan beberapa alasan yang saya utarakan tadi.

Pengumuman ini pun ditutup pembawa acara dengan sebuah becandaan. “Alhamdulillah saya tidak menjadi pemenang yang terbaik ya. Sehingga bisa terhindar dari Dosa”. Deg.. terhindar dari dosa. Benar juga. Tidak ada hal lain yang lebih luar biasa dan menjadi anugrah selain bisa terhindar dari dosa. Terhindar dari dosa karena bisa saja dalam penulisan artikel kita hanya sekedar copas. Terhindar dari dosa, bisa saja apa yang dilihat secara lahiriah oleh para astatidz dalam penilaian, tidak sebagaimana adanya didalam hati. Astagfirullahal ‘adzhim. Mungkin ungkapan inilah yang harus menjadi perhatian kita saat ini ketika menerima sebuah amanah, ujian ataupun anugrah. Yakni terhindar dari dosa. Karena semua itu akan kita pertanggungjawabkan dihadapan Allah Swt. Tidak ada sebuah beban yang sangat berat ketika kita menyadari bahwa terdapat dosa yang berpotensi padanya. Sehingga saatnya kita untuk merenung-renung diri dalam setiap amanah kita. Sudah benarkah niat kita?
*Sebuah Renungan saat Ramainya Akhir Tahun
Di UGM

Yk.12.12.2012

Idzkhir al-Mu’adz

Posted on Friday, December 14, 2012 by Akhdan Mumtaz

No comments