Entah kenapa saya menjadi tercenung ketika akan
menulis tema ini. Karena tema ini pastinya bercerita tentang sebuah perbuatan
tercela. Dan saya pun bisa jadi tidak terlepas dari sifat ini. Termasuk ketika
menulis ini. Akan tetapi, sungguh menjadi sebuah perenungan dan evaluasi bagi
diri kita ketika memang penyakit ini benar-benar ada pada diri kita.
Ketika ditilik lebih dalam ”Menjatuhkan untuk
menjadi yang naik” hanyalah salah satu cabang dari perbuatan dengki. Dengki,
perbuatan tercela yang memiliki padanan kata “al hiqd”. Secara bahasa berarti
kobaran panas yang dahsyat atau kobaran marah. Dan secara istilah bermakna
menahan atau mengekang permusuhan dan kebencian yang ada didalam hati, karena
tidak mampu menuntut balas sambil menunggu serta menanti kesempatan untuk
mengungkapnnya dengan sosok atau bentuk apa pun. Na’udzubillah..
Dan salah satu bentuk menunggu serta menanti
kesempatan untuk mengungkapannya adalah menjatuhkan orang lain dengan tujuan
mengangkat diri sendiri pada satu momen yang dirasa sangatlah tepat. Bahkan
menjadi sangat melegakan karena diakhir pertarungan momen ini kita bisa
berkata, “Rasakanlah olehmu! Karena saya termasuk golongan yang menang”.
Astaghfirullahal ‘adzhim..
Kita akan melihat realitas yang hadir dari sifat
ini ketika berada pada hal yang berbau politik. Makna berbau politik berarti
tidak hanya ditempat orang berpolitik akan tetapi juga di realias mu’amalah
lainnya. Karena memang prinsip politik adalah merusak semua hal yang dimasukinya
ketika dipahami oleh orang yang sangat tumpul pemahaman dan ilmunya. Betapa
sangat sering tipu muslihat lahir hanya untuk menjatuhkan. Dengan bentuk
mencela, memfitnah, menjelekkan, menebar aib saudara, dan bentuk-bentuk lain.
Bahkan yang lebih memprihatinkan lagi itu semua ditutupi dengan wajah manis J,
wajah terdzholimi L, dan wajah-wajah lainnya sehingga terlihat
sangatlah indah dari luarnya. Na’udzubillahi min zalik.
Oleh karena itu, mari kita coba melihat lebih
dalam pada diri kita beberapa cara dan bentuk dari dengki ini yang mungkin terlihat.
DR Sayyid M. Nuh menyampaikan ada beberapa bentuk dan tanda dari sifat yang
semoga kita dijauhkan oleh Allah darinya antara lain :
-
Mengacaukan
profil orang tersebut (yang didengkikan)
-
Terfokus
kepada beberapa kesalahan orang (yang didengkikan) tersebut
-
Menafsirkan
beberapa sikap orang (yang didengkikan) tersebut sesuai dengan kesimpulan
sendiri bahkan memberi cap atau label, dsj
-
Merendahkan
setiap orang yang tidak mengakui kekuasaannya (yang tanpa sadar memiliki sifat
dengki)
Pertanyaannya, adakah diri kita memiliki beberapa
tanda-tanda diatas dalam berinteraksi dengan saudara kita? Apabila ada maka
patutlah kita memohon ampun kepada Allah swt. Karena sungguh Allah berhak dan
berkehendak untuk menelanjangi aib dan kita ketika menyimpan sifat ini. Karena
Allah berhak menampakkan apa yang ada didalam hati kita.
“atau
Apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak
akan Menampakkan kedengkian mereka ?” (QS Muhammad : 29)
Dan
bukankah sungguh memalukan ketika semua aib kita dibukakan tabirnya oleh Allah swt
didunia?
Menjatuhkan orang lain untuk menaikkan
diri sendiri hanyalah bentuk yang tidak jauh berbeda dengan sifat ciptaan Allah
yang menjerumuskan ayahanda kita, Adam as. Sebagaimana permintaannya kepada
Allah swt saat terusir dari syurga. Siapa dia? Iblis yang dimurkai Allah swt.
71. (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada
Malaikat: "Sesungguhnya aku akan menciptakan manusia dari tanah".
72. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya
dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan
bersujud kepadaNya".
73. lalu seluruh malaikat-malaikat itu bersujud
semuanya,
74. kecuali Iblis; Dia menyombongkan diri dan
adalah Dia Termasuk orang-orang yang kafir.
75. Allah berfirman: "Hai iblis, Apakah yang
menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku.
Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) Termasuk orang-orang yang
(lebih) tinggi?".
76. iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya,
karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan Dia Engkau ciptakan dari
tanah".
77. Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu
dari surga; Sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk,
78. Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai
hari pembalasan".
79. iblis berkata: "Ya Tuhanku, beri
tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan".
80. Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu
Termasuk orang-orang yang diberi tangguh,
81. sampai kepada hari yang telah ditentukan
waktunya (hari kiamat)".
82. iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau
aku akan menyesatkan mereka semuanya,
83. kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara
mereka.
84. Allah berfirman: "Maka yang benar (adalah
sumpah-Ku) dan hanya kebenaran Itulah yang Ku-katakan".
85. Sesungguhnya aku pasti akan memenuhi neraka
Jahannam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara
mereka kesemuanya.
Kita tentunya sangatlah hafal cerita ini. Namun terkadang
lupa akan pelajaran dan hikmahnya. Kita paham bahwa pada akhirnya Iblis memilih
untuk menjatuhkan Nabi Adam as dan kita sebagai keturunannya karena kedengkian
dan kesombongannya. Memilih menjatuhkan manusia ikut bersamanya kedalam neraka
dibandingkan bersujud menjalankan perintah Allah swt.
Bedanya, Iblis menyadari bahwa dia akan dimasukkan
Allah kedalam neraka. Namun kita, menjatuhkan orang lain tanpa menyadari bahwa
kita akan masuk kedalam neraka. Bahkan sangat sering dan mungkin merasa dengan
menjatuhkan orang lain kita menjadi yang terbaik sehingga jauh dari neraka.
IRONI, sungguh IRONI sekali.
Wallahu
a’alam bis shawab..
Yk.17.11.2012
*dalam
renungan akhir tahun
yang
mengusik hati
Idzkhir
al-Mu’adz