Tanpa sengaja tulisan ini saya temukan disebuah
postingan salah seorang dosen. Dan dalam hal ini saya sangat sependapat dengan
apa yang tercantum ditulisan ini. Bahwa siapa bilang kuliah di Teknik tidak
membuka peluang untuk meraih berbagai macam ilmu lain. Berikut kutipan dari M.
Abduh Tuasikal.
Kegiatan kuliah terasa amat menyibukkan. Sibuk
dengan berbagai tugas, harus buat presentasi, menyusun laporan praktikum dan
lebih sibuk lagi jika sudah menginjak semester-semester akhir. Apakah mungkin
kesibukan ini bisa dibarengi dengan menuntut ilmu agama? Jawabannya, mungkin
sekali. Segala kemudahan itu datang dari Allah. Maka bisa saja seorang engineer menjadi pakar fiqih. Bisa jadi pula
seorang ekonom menjadi pakar hadits. Atau seorang ahli biologi menjadi hafizh
Al Qur’an. Semua itu bisa terwujud karena anugerah dan kemudahan dari Allah.
Realitas, Lebih Banyak
Menyia-nyiakan Waktu
Mahasiswa sebenarnya punya banyak waktu senggang.
Cuma sebagian mahasiswa saja yang benar-benar menyia-nyiakan waktunya. Tidak
setiap saat ia mesti mendapatkan tugas. Tidak setiap hari mesti kerjakan
laporan praktikum. Mahasiswa yang tidak pintar membagi waktu saja yang selalu
“sok sibuk”.
Sebagian mahasiswa masih bisa menyisihkan waktu
untuk renang dengan shohib dekatnya. Ia masih sempat juga untuk fitness
meskipun di kala laporan praktikum menumpuk. Ia juga masih sempat berpetualang
menjelajah berbagai gunung meskipun minggu depan ada ujian mid. Ia masih bisa
begadang semalam suntuk untuk menanti pertandingan Liga Champions meskipun
katanya ada banyak tugas yang mesti diselesaikan. Sebagiannya pula bisa
menyisihkan waktu untuk update status setiap jam di FB (Facebook), twitter dan
semacamnya. Mau tidur, mau makan, mau renang, bahkan mau ke WC sekali pun bisa
ada statusnya di jejaring sosial tadi. Namun soal ngaji (istilah untuk
mendalami ilmu agama) bisa menjadi nomor sekian baginya. Padahal aneh kan,
hal-hal tadi bisa ia lakukan. Sedangkan berkaitan dengan urusan akhiratnya di
mana ia wajib mempelajari Islam karena ibadah-ibadah tertentu akan ia lewati
setiap harinya. Setiap muslim tentu mesti mengetahui bagaimanakah ia harus
berwudhu yang benar sehingga shalatnya pun bisa sah. Ia pun harus tahu apa saja
yang termasuk pembatal-pembatal shalat, sehingga shalatnya tidak jadi sia-sia.
Ia pun harus tahu bagaimana mandi wajib.
Lihatlah mereka bisa menyisihkan waktu untuk
hal-hal dunia yang kadang sia-sia. Namun untuk hal yang menyangkut akhirat
mereka, di mana tentu ini lebih urgent, mereka tidak bisa membagi waktu dengan
baik. Benarlah firman Allah Ta’ala,
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja)
dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.”
(QS. Ar Ruum: 7).
Syaikh Abu Bakr Jabir Al Jazairi hafizhohullah
menjelaskan, “Mereka mengetahui kehidupan dunia secara lahiriah saja seperti
mengetahui bagaimana cara mengais rizki dari pertanian, perindustrian dan
perdagangan. Di saat itu, mereka benar-benar lalai dari akhirat. Mereka sungguh
lalai terhadap hal yang wajib mereka tunaikan dan harus mereka hindari, di mana
penunaian ini akan mengantarkan mereka selamat dari siksa neraka dan akan
menetapi surga Ar Rahman.” (Aysarut Tafasir, 4/124-125)
Beberapa Sampel
Beberapa orang bisa membuktikan bahwa mereka di
samping kuliah di pagi hari, sore harinya masih bisa “ngaji” (menuntut ilmu
agama). Bahkan ada di antara mahasiswa yang bisa menjadi hafizh Al Quran dengan
sempurna di masa kuliahnya. Ada pula yang bisa menguasai ilmu aqidah dengan
baik padahal ia seorang dokter. Setelah kuliah pun ia bisa menyusun beberapa
buku berkaitan dengan masalah aqidah dari hasil ia belajar di saat-saat kuliah
dulu (paginya kuliah, sorenya ia duduk di majelis ilmu). Ada pula yang amat
pakar dalam bahasa Arab dan menjadi seorang ustadz yang mumpuni dalam hal
aqidah serta ilmu lainnya, padahal ia adalah sarjana biologi. Yang lainnya lagi
adalah seorang dosen (lulus S3), namun tidak diragukan ia sangat mumpuni dalam
ilmu hadits hasil dari belajar dulu bersama
beberapa ustadz di saat-saat ia kuliah. Bahkan di Arab Saudi sendiri ada
seorang ulama yang dulunya adalah seorang yang belajar ilmu Teknik Kimia. Dan
saat ini, beliau menjadi imam dan ulama yang jadi rujukan. Ia pun memiliki
situs yang berisi berbagai fatwa yang sering dikunjungi dari berbagai negara.
Ada lagi ulama yang dahulunya belajar ilmu teknik mesin. Saat lulus ia
mendalami ilmu hadits dan menjadi hafizh al quran. Karya-karya beliau dalam
tulisan pun amat banyak. Dua ulama yang kami sebutkan di sini adalah Syaikh
Sholeh Al Munajjid dan Syaikh Musthofa Al Adawi hafizhohumallah.
Itu sekedar beberapa contoh riil yang kami
ketahui. Kami yakin masih banyak contoh-contoh lainnya yang mungkin para
pembaca sendiri mengetahuinya. Ini pertanda bahwa orang yang belajar ilmu umum
(ilmu teknik, ekonomi, IT, dll) sebenarnya tidak terhalang untuk belajar agama
bahkan bisa menjadi ulama atau pun ustadz karena kerajinannya di luar jam
kuliah untuk mengkaji Islam. Itulah karunia Allah untuk mereka-mereka tadi.
Mulai Belajar Islam
Kalau sudah tahu demikian, Anda selaku mahasiswa
seharusnya tidak usah ragu lagi untuk menaruh perhatian pada ilmu diin (ilmu
agama). Cobalah mulai dengan mempelajari Islam mulai dari dasar. Terutama
pelajarilah hal-hal yang wajib yang jika Anda tidak mengetahuinya maka bisa
terjerumus dalam dosa atau bisa meninggalkan kewajiban. Inilah ilmu yang wajib
dipelajari.
Selaku mahasiswa wajib punya ilmu aqidah dan
tauhid yang benar sesuai dengan pemahaman generasi terbaik Islam (salafush
sholeh). Cobalah mempelajari beberapa tulisan karya Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab seperti Qowa’idul Arba’ (empat kaedah memahami syirik), Tsalatsatul
Ushul (tiga landasan dalam mengenal Allah, Islam dan Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam), dan Kitab Tauhid (pelajaran tauhid dan syirik secara lebih detail).
Kitab-kitab aqidah pun ada yang mudah dipelajari seperti Al ‘Aqidah Al
Wasithiyah karya Ibnu Taimiyah dan Al ‘Aqidah Ath Thohawiyah karya Abu Ja’far
Ath Thohawiy.
Anda pun wajib mempelajari fiqih secara bertahap
terutama pelajaran bagaimana cara wudhu yang benar, bagaimana cara mandi wajib,
dan bagaimana shalat yang benar serta berbagai hal yang berkaitan dengan
hal-hal tadi. Amat mudah jika Anda menguasai dari fiqh madzhab sebagaimana
anjuran para ulama. Karena di negeri ini menganut madzhab Syafi’i, Anda bisa
belajar dari berbagai kitab fiqh Syafi’iyah. Pelajari dari matan-matan yang
ringkas seperti kitab Al Ghoyah wat Taqrib karya Abu Syuja’ dan Minhajuth
Tholibin karya Imam An Nawawi. Inilah kitab dasar yang bisa Anda kuasai.
Setelah itu bisa melanjutkan dengan kitab fiqih yang lebih advance dengan
mendalami dalil-dalil lebih jauh. Baru setelah itu bisa menelaah berbagai
pendapat ulama dan perselisihan mereka dalam hal fiqih sehingga akhirnya kita
tidak fanatik pada satu madzhab atau satu imam. Anda pun bisa menguasai fiqih
melalui berbagai buku hadits seperti dari kitab ‘Umdatul Ahkam karya ‘Abdul
Ghoni Al Maqdisi dan kitab Bulughul Marom karya Ibnu Hajar Al Asqolani. Untuk
memahami kitab-kitab fiqih ini, Anda bisa memiliki berbagai kitab syarh
(penjelasan) dari masing-masing kitab.
Buku-buku yang kami sebutkan di atas sudah cukup
mudah ditemukan saat ini di berbagai toko buku Islam bahkan sudah banyak yang
diterjemahkan. Sehingga tidak ada alasan bagi yang belum menguasai bahasa Arab
untuk terus belajar. Namun jika Anda sambil menguasai bahasa Arab terutama
menguasai grammar-nya dalam ilmu Nahwu dan Sharaf itu lebih baik. Karena
menguasai bahasa tersebut bisa membuat Anda meneliti lebih jauh kitab-kitab
ulama secara lebih mandiri.
Selain mempelajari hal-hal di atas, tambahkan
pula dengan mempelajari berbagai kitab akhlaq dan tazkiyatun nufus (manajemen
hati). Juga janganlah sampai tinggalkan hafalan Al Qur’an. Karena orang yang
menghafal Al Qur’an sungguh memiliki banyak keutamaan dan faedah di
tengah-tengah umat. Lebih-lebih di akhirat hafalan Al Qur’an ini membuat dia
lebih ditinggikan derajat di surga. Lalu para ulama pun menganjurkan untuk
menghafal berbagai matan atau berbagai kitab ringkas seperti menghafalkan kitab
kecil yang berisi 42 hadits yaitu Al Arba’in An Nawawiyah. Menghafal seperti
ini memudahkan kita menguasai ilmu Islam dengan lebih mudah.
Sabar dalam Belajar
Kalau dilihat, terasa begitu banyak yang harus
dipelajari. Sebenarnya tidak juga karena mempelajari berbagai buku di atas itu
bertingkat-tingkat. Ada yang lebih dasar, baru setelah itu beranjak pada yang
lebih lanjut. Jadi belajar yang baik adalah secara bertahap. Sehingga di sini butuh kesabaran
dalam belajar dan belajar butuh waktu yang lama. Yang terbaik pula adalah
belajar di majelis ilmu lewat guru. Lihatlah sya’ir Imam Asy Syafi’i,
"Saudaraku … ilmu tidak akan diperoleh
kecuali dengan enam perkara yang akan saya beritahukan perinciannya : (1)
kecerdasan, (2) semangat, (3) sungguh-sungguh, (4) berkecukupan, (5) bersahabat
(belajar) dengan ustadz, (6) membutuhkan waktu yang lama"
Pintar Bagi Waktu
Modal yang penting “nyambi” belajar Islam adalah
pintar membagi waktu. Cobalah membagi waktu mulai dari Shubuh hari sudah bisa
menghafal Al Qur’an. Butuh satu jam untuk menyisihkan waktu kala itu. Setelah
itu sediakan waktu untuk persiapan kuliah di pagi hari. Pukul 7 atau 8 sudah
bisa berangkat ke kampus. Di waktu-waktu shalat atau waktu senggang saat di
kampus bisa digunakan untuk muroja’ah Al Qur’an atau mengerjakan tugas-tugas kampus sehingga tidak
menumpuk keesokan harinya. Pulang kampus di siang atau sore hari bisa istirahat
sejenak untuk menghilangkan rasa capek. Di sore hari sehabis ‘Ashar bisa
digunakan untuk mengikuti berbagai majelis ilmu sampai dengan waktu ‘Isya. Di waktu malam bisa digunakan untuk
mengerjakan tugas kuliah. Sebelum tidur bisa digunakan menghafal berbagai
matan, mengulang hafalan Al Qur’an atau mengulang pelajaran yang ikuti di
kajian.
Jadi cuma kepintaran saja membagi waktu, niscaya
kita bisa kuliah sambil “ngaji”. Dan jangan lupakan minta pertolongan Allah
agar dimudahkan mempelajari agama di samping kuliah. Doa ini amat menolong.
Jika kita memohon kemudahan pada Allah, pasti segala urusan tadi akan begitu
mudah. Berbeda halnya jika kita bergantung pada diri sendiri yang begitu lemah.
Baca selengkapnya di rumaysho.com: