Thursday, June 28, 2012



Tanpa sengaja tulisan ini saya temukan disebuah postingan salah seorang dosen. Dan dalam hal ini saya sangat sependapat dengan apa yang tercantum ditulisan ini. Bahwa siapa bilang kuliah di Teknik tidak membuka peluang untuk meraih berbagai macam ilmu lain. Berikut kutipan dari M. Abduh Tuasikal.

Kegiatan kuliah terasa amat menyibukkan. Sibuk dengan berbagai tugas, harus buat presentasi, menyusun laporan praktikum dan lebih sibuk lagi jika sudah menginjak semester-semester akhir. Apakah mungkin kesibukan ini bisa dibarengi dengan menuntut ilmu agama? Jawabannya, mungkin sekali. Segala kemudahan itu datang dari Allah. Maka bisa saja seorang engineer menjadi pakar fiqih. Bisa jadi pula seorang ekonom menjadi pakar hadits. Atau seorang ahli biologi menjadi hafizh Al Qur’an. Semua itu bisa terwujud karena anugerah dan kemudahan dari Allah.

Realitas, Lebih Banyak Menyia-nyiakan Waktu

Mahasiswa sebenarnya punya banyak waktu senggang. Cuma sebagian mahasiswa saja yang benar-benar menyia-nyiakan waktunya. Tidak setiap saat ia mesti mendapatkan tugas. Tidak setiap hari mesti kerjakan laporan praktikum. Mahasiswa yang tidak pintar membagi waktu saja yang selalu “sok sibuk”.

Sebagian mahasiswa masih bisa menyisihkan waktu untuk renang dengan shohib dekatnya. Ia masih sempat juga untuk fitness meskipun di kala laporan praktikum menumpuk. Ia juga masih sempat berpetualang menjelajah berbagai gunung meskipun minggu depan ada ujian mid. Ia masih bisa begadang semalam suntuk untuk menanti pertandingan Liga Champions meskipun katanya ada banyak tugas yang mesti diselesaikan. Sebagiannya pula bisa menyisihkan waktu untuk update status setiap jam di FB (Facebook), twitter dan semacamnya. Mau tidur, mau makan, mau renang, bahkan mau ke WC sekali pun bisa ada statusnya di jejaring sosial tadi. Namun soal ngaji (istilah untuk mendalami ilmu agama) bisa menjadi nomor sekian baginya. Padahal aneh kan, hal-hal tadi bisa ia lakukan. Sedangkan berkaitan dengan urusan akhiratnya di mana ia wajib mempelajari Islam karena ibadah-ibadah tertentu akan ia lewati setiap harinya. Setiap muslim tentu mesti mengetahui bagaimanakah ia harus berwudhu yang benar sehingga shalatnya pun bisa sah. Ia pun harus tahu apa saja yang termasuk pembatal-pembatal shalat, sehingga shalatnya tidak jadi sia-sia. Ia pun harus tahu bagaimana mandi wajib.

Lihatlah mereka bisa menyisihkan waktu untuk hal-hal dunia yang kadang sia-sia. Namun untuk hal yang menyangkut akhirat mereka, di mana tentu ini lebih urgent, mereka tidak bisa membagi waktu dengan baik. Benarlah firman Allah Ta’ala,
 “Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS. Ar Ruum: 7).

Syaikh Abu Bakr Jabir Al Jazairi hafizhohullah menjelaskan, “Mereka mengetahui kehidupan dunia secara lahiriah saja seperti mengetahui bagaimana cara mengais rizki dari pertanian, perindustrian dan perdagangan. Di saat itu, mereka benar-benar lalai dari akhirat. Mereka sungguh lalai terhadap hal yang wajib mereka tunaikan dan harus mereka hindari, di mana penunaian ini akan mengantarkan mereka selamat dari siksa neraka dan akan menetapi surga Ar Rahman.” (Aysarut Tafasir, 4/124-125)

Beberapa Sampel

Beberapa orang bisa membuktikan bahwa mereka di samping kuliah di pagi hari, sore harinya masih bisa “ngaji” (menuntut ilmu agama). Bahkan ada di antara mahasiswa yang bisa menjadi hafizh Al Quran dengan sempurna di masa kuliahnya. Ada pula yang bisa menguasai ilmu aqidah dengan baik padahal ia seorang dokter. Setelah kuliah pun ia bisa menyusun beberapa buku berkaitan dengan masalah aqidah dari hasil ia belajar di saat-saat kuliah dulu (paginya kuliah, sorenya ia duduk di majelis ilmu). Ada pula yang amat pakar dalam bahasa Arab dan menjadi seorang ustadz yang mumpuni dalam hal aqidah serta ilmu lainnya, padahal ia adalah sarjana biologi. Yang lainnya lagi adalah seorang dosen (lulus S3), namun tidak diragukan ia sangat mumpuni dalam ilmu hadits hasil dari belajar dulu bersama  beberapa ustadz di saat-saat ia kuliah. Bahkan di Arab Saudi sendiri ada seorang ulama yang dulunya adalah seorang yang belajar ilmu Teknik Kimia. Dan saat ini, beliau menjadi imam dan ulama yang jadi rujukan. Ia pun memiliki situs yang berisi berbagai fatwa yang sering dikunjungi dari berbagai negara. Ada lagi ulama yang dahulunya belajar ilmu teknik mesin. Saat lulus ia mendalami ilmu hadits dan menjadi hafizh al quran. Karya-karya beliau dalam tulisan pun amat banyak. Dua ulama yang kami sebutkan di sini adalah Syaikh Sholeh Al Munajjid dan Syaikh Musthofa Al Adawi hafizhohumallah.

Itu sekedar beberapa contoh riil yang kami ketahui. Kami yakin masih banyak contoh-contoh lainnya yang mungkin para pembaca sendiri mengetahuinya. Ini pertanda bahwa orang yang belajar ilmu umum (ilmu teknik, ekonomi, IT, dll) sebenarnya tidak terhalang untuk belajar agama bahkan bisa menjadi ulama atau pun ustadz karena kerajinannya di luar jam kuliah untuk mengkaji Islam. Itulah karunia Allah untuk mereka-mereka tadi.

Mulai Belajar Islam

Kalau sudah tahu demikian, Anda selaku mahasiswa seharusnya tidak usah ragu lagi untuk menaruh perhatian pada ilmu diin (ilmu agama). Cobalah mulai dengan mempelajari Islam mulai dari dasar. Terutama pelajarilah hal-hal yang wajib yang jika Anda tidak mengetahuinya maka bisa terjerumus dalam dosa atau bisa meninggalkan kewajiban. Inilah ilmu yang wajib dipelajari.

Selaku mahasiswa wajib punya ilmu aqidah dan tauhid yang benar sesuai dengan pemahaman generasi terbaik Islam (salafush sholeh). Cobalah mempelajari beberapa tulisan karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab seperti Qowa’idul Arba’ (empat kaedah memahami syirik), Tsalatsatul Ushul (tiga landasan dalam mengenal Allah, Islam dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), dan Kitab Tauhid (pelajaran tauhid dan syirik secara lebih detail). Kitab-kitab aqidah pun ada yang mudah dipelajari seperti Al ‘Aqidah Al Wasithiyah karya Ibnu Taimiyah dan Al ‘Aqidah Ath Thohawiyah karya Abu Ja’far Ath Thohawiy.

Anda pun wajib mempelajari fiqih secara bertahap terutama pelajaran bagaimana cara wudhu yang benar, bagaimana cara mandi wajib, dan bagaimana shalat yang benar serta berbagai hal yang berkaitan dengan hal-hal tadi. Amat mudah jika Anda menguasai dari fiqh madzhab sebagaimana anjuran para ulama. Karena di negeri ini menganut madzhab Syafi’i, Anda bisa belajar dari berbagai kitab fiqh Syafi’iyah. Pelajari dari matan-matan yang ringkas seperti kitab Al Ghoyah wat Taqrib karya Abu Syuja’ dan Minhajuth Tholibin karya Imam An Nawawi. Inilah kitab dasar yang bisa Anda kuasai. Setelah itu bisa melanjutkan dengan kitab fiqih yang lebih advance dengan mendalami dalil-dalil lebih jauh. Baru setelah itu bisa menelaah berbagai pendapat ulama dan perselisihan mereka dalam hal fiqih sehingga akhirnya kita tidak fanatik pada satu madzhab atau satu imam. Anda pun bisa menguasai fiqih melalui berbagai buku hadits seperti dari kitab ‘Umdatul Ahkam karya ‘Abdul Ghoni Al Maqdisi dan kitab Bulughul Marom karya Ibnu Hajar Al Asqolani. Untuk memahami kitab-kitab fiqih ini, Anda bisa memiliki berbagai kitab syarh (penjelasan) dari masing-masing kitab.

Buku-buku yang kami sebutkan di atas sudah cukup mudah ditemukan saat ini di berbagai toko buku Islam bahkan sudah banyak yang diterjemahkan. Sehingga tidak ada alasan bagi yang belum menguasai bahasa Arab untuk terus belajar. Namun jika Anda sambil menguasai bahasa Arab terutama menguasai grammar-nya dalam ilmu Nahwu dan Sharaf itu lebih baik. Karena menguasai bahasa tersebut bisa membuat Anda meneliti lebih jauh kitab-kitab ulama secara lebih mandiri.

Selain mempelajari hal-hal di atas, tambahkan pula dengan mempelajari berbagai kitab akhlaq dan tazkiyatun nufus (manajemen hati). Juga janganlah sampai tinggalkan hafalan Al Qur’an. Karena orang yang menghafal Al Qur’an sungguh memiliki banyak keutamaan dan faedah di tengah-tengah umat. Lebih-lebih di akhirat hafalan Al Qur’an ini membuat dia lebih ditinggikan derajat di surga. Lalu para ulama pun menganjurkan untuk menghafal berbagai matan atau berbagai kitab ringkas seperti menghafalkan kitab kecil yang berisi 42 hadits yaitu Al Arba’in An Nawawiyah. Menghafal seperti ini memudahkan kita menguasai ilmu Islam dengan lebih mudah.

Sabar dalam Belajar

Kalau dilihat, terasa begitu banyak yang harus dipelajari. Sebenarnya tidak juga karena mempelajari berbagai buku di atas itu bertingkat-tingkat. Ada yang lebih dasar, baru setelah itu beranjak pada yang lebih lanjut. Jadi belajar yang baik adalah secara bertahap.  Sehingga di sini butuh kesabaran dalam belajar dan belajar butuh waktu yang lama. Yang terbaik pula adalah belajar di majelis ilmu lewat guru. Lihatlah sya’ir Imam Asy Syafi’i,
"Saudaraku … ilmu tidak akan diperoleh kecuali dengan enam perkara yang akan saya beritahukan perinciannya : (1) kecerdasan, (2) semangat, (3) sungguh-sungguh, (4) berkecukupan, (5) bersahabat (belajar) dengan ustadz, (6) membutuhkan waktu yang lama"

Pintar Bagi Waktu

Modal yang penting “nyambi” belajar Islam adalah pintar membagi waktu. Cobalah membagi waktu mulai dari Shubuh hari sudah bisa menghafal Al Qur’an. Butuh satu jam untuk menyisihkan waktu kala itu. Setelah itu sediakan waktu untuk persiapan kuliah di pagi hari. Pukul 7 atau 8 sudah bisa berangkat ke kampus. Di waktu-waktu shalat atau waktu senggang saat di kampus bisa digunakan untuk muroja’ah Al Qur’an atau mengerjakan  tugas-tugas kampus sehingga tidak menumpuk keesokan harinya. Pulang kampus di siang atau sore hari bisa istirahat sejenak untuk menghilangkan rasa capek. Di sore hari sehabis ‘Ashar bisa digunakan untuk mengikuti berbagai majelis ilmu sampai dengan waktu ‘Isya. Di  waktu malam bisa digunakan untuk mengerjakan tugas kuliah. Sebelum tidur bisa digunakan menghafal berbagai matan, mengulang hafalan Al Qur’an atau mengulang pelajaran yang ikuti di kajian.

Jadi cuma kepintaran saja membagi waktu, niscaya kita bisa kuliah sambil “ngaji”. Dan jangan lupakan minta pertolongan Allah agar dimudahkan mempelajari agama di samping kuliah. Doa ini amat menolong. Jika kita memohon kemudahan pada Allah, pasti segala urusan tadi akan begitu mudah. Berbeda halnya jika kita bergantung pada diri sendiri yang begitu lemah.

Baca selengkapnya di rumaysho.com:



Posted on Thursday, June 28, 2012 by Akhdan Mumtaz

No comments


Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya lalu beliau
bertanya :

Soal pertama
Imam Ghazali : Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?
Murid 1 : Orang tua
Murid 2 : Guru
Murid 3 : Teman
Murid 4 : Kaum kerabat

Imam Ghazali : Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI. Sebab itu janji Allah bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati ( Surah Ali-Imran:185) .

Soal kedua
Imam Ghazali : Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini ?
Murid 1 : Negeri Cina
Murid 2 : Bulan
Murid 3 : Matahari
Murid 4 : Bintang-bintang

Iman Ghazali : Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Soal ketiga
Iman Ghazali : Apa yang paling besar didunia ini ?

Murid 1 : Gunung
Murid 2 : Matahari
Murid 3 : Bumi

Imam Ghazali : Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al A'raf:  179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka .
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk neraka jahanam banyak dari jin dan manusia yang mempunyai hati (tetapi) tidak mahu memahami dengannya (ayat-ayat Allah), dan yang mempunyai mata (tetapi) tidak mahu melihat dengannya (bukti keesaan Allah) dan yang mempunyai telinga (tetapi) tidak mahu mendengar dengannya (ajaran dan nasihat); mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi; mereka itulah orang-orang yang lalai. " (Surah Al-A'raaf, Ayat 179)

Soal keempat
Imam Ghazali : Apa yang paling berat didunia ?

Murid 1 : Baja
Murid 2 : Besi
Murid 3 : Gajah

Imam Ghazali : Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Surah Al-Azab : 72 ). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah(pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka karena gagal memegang amanah.'

Soal kelima
Imam Ghazali : Apa yang paling ringan di dunia ini ?

Murid 1 : Kapas
Murid 2 : Angin
Murid 3 : Debu
Murid 4 : Daun-daun

Imam Ghazali : Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan sekali didunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT. Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia, kita tinggalkan solat. Na'uzubillahiminzaa lik.

Soal keenam
Imam Ghazali : Apa yang paling tajam sekali didunia ini ?

Murid- Murid dengan serentak menjawab : Pedang

Imam Ghazali : Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia ini adalah LIDAH MANUSIA . Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri. 


Teka-teki ini merupakan
repost dr http://forum.republika.co.id/showthread.php?2003-Teka-Teki-Imam-Ghazali 

Posted on Thursday, June 28, 2012 by Akhdan Mumtaz

No comments

Tuesday, June 26, 2012

"Mengenang dan mengingat masa lalu, kemudian bersedih
atas kegagalan didalamnya merupakan tindakan bodoh
dan gila. Itu sama artinya dengan membunuh semangat, 
memupuskan tekad, dan mengubur masa depan yang belum terjadi"

Dr. 'Aidh al-Qarni

Posted on Tuesday, June 26, 2012 by Akhdan Mumtaz

No comments

Saturday, June 23, 2012


Tanpa gentar aku 'kan melawan
Ya, tanpa gentar akan kulawan

Di tanah tumpah darahku, aku akan melawan
Siapa pun yang mencuri milikku, akan kulawan
Siapa yang membunuh anak-anakku, akan kulawan
Siapa yang robohkan rumahku, akan kulawan

Oh, rumahku tercinta!
Di bawah puing-puing tembokmu, aku akan melawan

Tanpa gentar akan kulawan

Dengan segenap jiwaku, aku akan melawan
Dengan tongkatku, dengan pisauku, akan kulawan
Dengan bendera di tangan, akan kulawan
Meski mereka potong tanganku
Dan nodai benderaku,
Dengan tanganku yang lain, akan kulawan

Tanpa gentar akan kulawan

Jengkal demi jengkal, di ladangku, di tamanku,
akan kulawan
Dengan tekad dan keimanan, akan kulawan
Dengan kuku dan gigiku, akan kulawan
Dan meski tubuhku
Tak lebih dari kumpulan bekas luka-luka menganga
Dengan darah dari luka-lukaku, aku 'kan melawan

Tanpa gentar akan kulawan

*Anonim
Warga Palestina dalam novel Sognando Palestine

Posted on Saturday, June 23, 2012 by Akhdan Mumtaz

No comments

Thursday, June 21, 2012

Sore ini langkah saya dimudahkan untuk menghadiri sebuah acara Tarhib Ramadhan bersama Dr. Shadi Raqeb yang berasal dari Palestina. Mungkin lebih tepatnya disebut Tarhib Rajab menuju Ramadhan. Karena terdapat sebuah pengingat ketika kita saat ini berada di bulan Rajab. Karena Rajab identik dengan Isra' Mi'raj. Dan Isra' Mi'raj sesungguhnya tidak hanya tentang perjalanan Rasulullah Saw menuju Sidratal Muntaha. Akan tetapi juga perjalanan menuju Baitul Maqdis. Baitul Maqdis adalah Al Aqsa. Dan Al Aqsa berada di Palestina. Setidaknya ada beberapa pelajaran yang diperoleh dari acara itu.

Pertama, persaudaraan (ukhuwah) itu memang indah..
terpisah jarak yang jauh, berbeda secara bahasa, tidak menjadi alasan untuk tidak bersaudara. Persaudaraan   karena Allah karena kita tahu bahwa orang-orang mukmin itu adalah bersaudara. 

Kedua, kebahagian karena persaudaraan itu memang menguatkan..

terbukti ketika kami para jama'ah berjabat tangan dengan beliau seusai acara, tidak henti-hentinya beliau berucap Barakallah, Jazakumullah kepada kami satu per satu. Belum lagi pegangan tangannya ketika menjabat tangan kami yang begitu kuat. Menunjukkan betapa bahagianya beliau bertemu dengan kami sebagai saudara sesama Muslim.

Ketiga, ruh dan semangat karena Allah itu mengalahkan segala-galanya
terasa ketika mendengarkan bagaimana beliau begitu berkobar ketika menceritakan kondisi Palestina, ketika menceritakan Al Quds, ketika menceritakan Al Aqsha. Beberapa dari kami mungkin tidaklah paham secara bahasa. Akan tetapi, ruh dan semangatnya ketika bercerita sudahlah sampai kepada kami secara makna. Bahwa Palestina adalah bagian tak terpisahkan dari umat Islam

Keempat, setiap kita memiliki peran 
dengan kondisi hari ini di Palestina sesungguhnya setiap umat Muslim memiliki tanggungjawab karena merupakan bagian dari perintah Allah swt dan apa yang Rasulullah sampaikan tentang 3 Masjid utama. Peran langsung disana tentunya oleh para pejuang Palestina. Dan bagi kita disini minimal selalu menitipkan do'a untuk para pejuang disana. Tidak cukup dengan itu. Kita bisa memberikan bantuan moril dan materil untuk perjuangan mereka.

Kelima, hendaklah kita memiliki cita-cita menuju Al Quds
sebagaimana penjelasan Rasulullah tentang 3 Masjid utama yakni Masjidil Haram, Al Aqsa, dan Masjidku (Nabawi). Jadi urutannya adalah berdasarkan itu. Sehingga apabila kita bercita-cita untuk Haji itu belumlah lengkap apabila kita belum ke Al Quds. 

Semoga kita termasuk yang diberikan kesempatan oleh Allah Swt untuk bisa shalat berjama'ah di Al Aqsa dan berkumpul di syurga dengan para syuhada Palestina.


Yk.21.6.2012


Idzkhir  al-Mu'adz









  

Posted on Thursday, June 21, 2012 by Akhdan Mumtaz

No comments

Friday, June 15, 2012

Beberapa catatan kaki ini adalah kisah nyata dari beberapa orang yang pernah saya temui dan bercerita. Diantaranya ada yang saya bertemu dan berinteraksi langsung dengan mereka yang terdapat dikisah. Dan beberapa juga ada yang menjadi cerita dari orang lain yang juga menceritakan kepada saya.

Catatan kaki 1:
Tidak ada yang tidak mengenal dirinya. Siswa SMA yang satu ini adalah siswa yang menjadi sosok yang semua masyarakat SMA mengenalnya. Patut dipertanyakan ketika ada masyarakat SMA yang tidak mengenal dirinya. Tidak lain karena kemampuan organisatorisnya disamping aspek kepemimpinannya yang patut diacungi jempol. Padahal saat itu, dia masih lah berada pada tahun pertama di SMA. Usia siswa yang masih sangatlah muda. Akan tetapi, usia tidaklah menjadi alasan. Sehingga sangatlah wajar dan digadang bahwa siswa ini merupakan calon tunggal Ketua OSIS tahun selanjutnya. Hingga akhir kepengurusan OSIS tahun ini pun sudah mendekati waktunya.

Akan tetapi, sebuah peristiwa gempar terjadi di SMA tersebut. Hal yang tidak pernah menjadi dugaan semua orang kala itu. Sang siswa itu menyatakan diri bahwa bersamaan dengan waktu menjelang akhir kepengurusan, dia mengundurkan diri dari OSIS SMA tersebut. Sehingga keputusan itu menjadi sebuah perbincangan dan buah mulut di SMA saat itu. Banyak yang tidak mengira dan tidak sedikit yang menyayangkan keputusan itu. Namun keputusannya telah mantap “Resign From OSIS”. Bagaimana mungkin seorang calon terkuat untuk Ketua OSIS memutuskan diri untuk mundur dari kepengurusan OSIS? Dan itulah pilihan terkuatnya.

Apakah alasan terkuatnya? Hal inilah yang dia sampaikan saat diamanahkan sebagai Ketua ROHIS. “Bahwa Islam lebih saya pilih dibandingkan hal lain”, itulah jawabnya. Semua gemerlap dan gegap gempita ketenaran tidaklah sebanding dengan kebahagiaan bersama dengan Islam. Itulah prinsip yang dia putuskan dan perlihatkan kepada semua orang saat itu.
Catatan kaki 2:
        
        Tidak ada yang tidak mengenal dirinya. Dari orang-orang pasar hingga semua siswa SMP yang dinyatakan terfavorit dikota tersebut. Bahwa dia adalah orang yang lebih ditakuti dibandingkan preman-preman pasar. Akan tetapi, dia juga merupakan orang yang dikenal karena kemampuan akademisnya. Kemampuan bahasa asingnya sangat mumpuni, public speaking skill-nya diakui, bakat seninya tidak ada yang menandingi. Ya, dia merupakan gitaris grup band sekolahnya yang memenangkan berbagai macam festival. Disamping itu dia juga merupakan pengurus OSIS aktif. Hal yang semakin lengkap dengan wajahnya yang terkategori tampan dengan teman dekat perempuan yang juga jadi idola di sekolahannya.
         
       Dan semua itu berubah. Keputusannya yang menggemparkan pasar dan para premannya. Keputusan yang menggemparkan teman akrab dan teman sebayanya. Dan yang lebih mengagetkan saat itu ketika dengan tegasnya dia berkata bahwa Saya Putus dengan teman dekat perempuannya. Ternyata usia 5 tahun dalam kacamata umum tidak menjadi arti apa-apa. Hingga sang perempuan pun sampai datang ke rumah keluarganya untuk meminta dia merubah keputusannya. Namun, tekadnya telah kuat bahwa dia harus berubah. Makna Islam secara utuh telah dia terima untuk benar-benar menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupnya. Maka semua itu telah diputuskan.

#Dibalik catatan kaki
Dalam beberapa hal beberapa kisah nyata ini mungkin belum bagian dari apa-apa dibandingkan bagaiamana para sahabat Rasulullah saw menyatakan hijrahnya. Akan tetapi, sering menjadi dilema ketika itu kita lihat dalam sudut pandang hari ini. “Ya, itukan pada masa mereka. Sedangkan kita sedang berada pada masa sekarang”, ungkapan yang sering jadi alasan. Namun 2 catatan kaki diatas mungkin bisa jadi renung bagi kita. Bahwa keputusan untuk berubah secara total itu benar-benar mungkin. Dan kita bisa berkata Saksikanlah bahwa ini keputusan yang aku ambil !!




Yk.14.06.2012



Idzkhir al-Mu'adz

Posted on Friday, June 15, 2012 by Akhdan Mumtaz

No comments